Bisnis Teknologi Digital Semakin Tumbuh di Indonesia
JAKARTA, KOMPAS — Bisnis bidang teknologi digital di Indonesia masih berpeluang besar. Kebutuhan masyarakat terhadap layanan informasi dan telekomunikasi akan memengaruhi peluang bisnis lain yang mendukung.
Berdasarkan data dari e-Marketer, diprediksi pada 2018 akan ada 123 juta pengguna internet di Indonesia. Jumlah tersebut membawa Indonesia berada di peringkat keenam dunia di bawah China, Amerika Serikat, India, Brasil, dan Japan.
”Bisnis informasi dan telekomunikasi di Indonesia akan terus tumbuh seperti pada 2017,” kata peneliti Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Bhima Yudhistira Adhinegara, saat dihubungi di Jakarta, Kamis (18/1).
Pertumbuhan tersebut terjadi seiring dengan pola konsumsi masyarakat yang berubah.
Bhima menjelaskan, sebagai contoh perubahan tersebut dapat dilihat dari gemarnya masyarakat membeli pakaian di internet dan penggunaan jasa layanan transportasi daring. Kebutuhan komunikasi lewat internet pun semakin tinggi.
Berdasarkan data dari Nielsen Media Research, pertumbuhan penggunaan ponsel pintar (smartphone) pada 2017 meningkat 94 persen dibandingkan tahun 2015.
Pertumbuhan itu juga terjadi pada laptop, yaitu sebesar 74 persen, dan komputer sebesar 59 persen.
Peningkatan pertumbuhan industri digital tersebut menjadi peluang bagi para pelaku usaha yang bergerak di dalamnya.
Peningkatan pertumbuhan industri digital tersebut menjadi peluang bagi para pelaku usaha yang bergerak di dalamnya. Salah satu peluang tersebut dapat dimanfaatkan pelaku usaha perangkat keras.
Chief Marketing Officer PT Sinergi Bangun Mandiri Budiasto Kusuma mengatakan, dengan pola hidup masyarakat yang mengedepankan penggunaan ponsel pintar dalam kehidupan sehari-hari, akan berpengaruh pada potensi kebutuhan fasilitas pendukungnya.
Pemakai ponsel pintar menggunakan gawainya untuk mengakses data secara signifikan sehingga infrastruktur teknologi informasi dibutuhkan untuk mendukung layanan tersebut.
Sebagai distributor salah satu produk perangkat keras Gigabyte, Budiasto yakin mampu meraih pasar sesuai dengan targetnya.
Dalam sebulan, Gigabyte memproduksi 1,6 juta motherboard, 570.000 Graphic Card, 200.000 produk sistem, dan 55.000 server solution. Produksi produk tersebut diharapkan dapat menghadirkan solusi teknologi informasi ke pasar dunia.
Deputy Division Director Gigabyte King Uang mengatakan, solusi yang ditawarkan oleh produknya adalah kefleksibelan karena dapat digabungkan dengan merek lain.
Saat ini masyarakat cenderung menggunakan data digital. Mereka mulai meninggalkan kebutuhan data fisik.
Gigabyte menawarkan produk dengan kepadatan hingga delapan kartu grafis yang dijalankan dalam satu server. Produk mereka juga dapat digunakan untuk multiplatform, seperti Intel, AMD, dan ARM.
Gigabyte berpeluang tumbuh di Indonesia. Bhima mengatakan, saat ini masyarakat cenderung menggunakan data digital. Mereka mulai meninggalkan kebutuhan data fisik.
Kecenderungan ini dapat dimanfaatkan oleh pelaku usaha perangkat keras menyediakan fasilitas penyimpanan data yang terjamin keamanannya.
Perlu pertimbangan
Meskipun penggunaan teknologi digital berkembang di Indonesia, pelaku usaha tetap harus mempertimbangkan kebutuhan masyarakat. Mereka tidak dapat menjalankan bisnis hanya berdasarkan tren yang sedang berkembang. Pengusaha perlu berinovasi menciptakan produk baru.
Sekretaris Dewan Pertimbangan Asosiasi Masyarakat Telematika Indonesia (Mastel) Ardi Sutedja mengatakan, peluang bisnis berbasis teknologi informasi di Indonesia sebagian besar berada pada penggunaan ponsel pintar. Sebagian besar masyarakat Indonesia menggunakan ponsel untuk kegiatan ekonomi yang sifatnya konsumtif, sebagai contoh untuk membeli pakaian.
Ardi mengatakan, perkembangan bisnis aplikasi yang sempat digemari di Indonesia, kemungkinan besar tetap dikuasai pemain lama. Oleh karena itu, seorang pengusaha baru di industri teknologi digital harus menemukan produk baru yang inovatif.
Menurut Ardi, saat ini usaha kecil menengah yang sifatnya tradisional belum digarap dan dapat menjadi peluang besar. Selain itu, Ardi melihat peluang besar industri teknologi digital terdapat pada bisnis iklan, streaming, dan teks berjalan.
Ardi mengatakan, belum banyak pelaku usaha yang bergerak pada ketiga peluang industri teknologi digital tersebut. Padahal, ketiganya berbasis teknologi digital dan sering diakses oleh pengguna ponsel pintar.
”Seorang pebisnis teknologi digital tidak hanya terbatas pada kemampuan teknis, tetapi harus mengetahui perkembangan pasar dan terencana,” kata Ardi. Ia menambahkan, seorang pengusaha teknologi digital harus mempunyai jaringan pasar yang luas dan memahami psikologi pasar. Untuk mengetahui psikologi pasar, pengusaha harus melakukan riset dan mempelajari data kebutuhan masyarakat. (DD08)