Pemkot Surabaya Mampu Jual Beras Medium Berkualitas di Bawah HET
SURABAYA, KOMPAS — Pemerintah Kota Surabaya menggelar pasar murah untuk mengurangi beban warga yang kian tercekik akibat kenaikan harga bahan kebutuhan pokok.
Dalam sehari, ada enam lokasi pasar murah yang bisa dikunjungi warga. Harga komoditas yang dijual lebih murah dibanding harga di pasaran.
Pasar murah sudah dilakukan sejak 2017 hingga saat ini ketika harga komoditas di pasar naik. Selama 2017, Pemkot Surabaya menggelar 524 operasi pasar. Sementara tahun ini hingga Kamis (18/1), sudah digelar 35 kali operasi pasar.
Adapun beberapa komoditas yang dijual adalah beras, gula pasir, telur, dan minyak goreng.
Beras dijual Rp 9.400 per kg, gula pasir Rp 10.500 per kg, minyak goreng Rp 11.000 per kg, telur ayam Rp 21.000 per kg, dan daging sapi Rp 86.000 per kg.
Beras yang dijual memiliki harga di bawah harga eceran tertinggi yang ditetapkan, yakni Rp 9.450 per kg.
Pada Kamis (18/1), pasar murah digelar di empat lokasi, yakni di Kecamatan Mulyorejo, Bulak, Jambangan, dan Dukuh Pakis.
Di Kecamatan Bulak, pasar murah dibuka sejak pukul 08.00 di atas mobil Satpol PP. Adapun barang yang dibawa sebanyak 29 karung beras yang masing-masing sebanyak 5 kg, 120 kg minyak goreng, 200 kg gula pasir, 14 kg telur ayam, dan 5 kg daging sapi.
Arum Gumalasari (24), pembeli di pasar murah Bulak, mengatakan, kenaikan harga kebutuhan pokok, terutama beras, amat meresahkan keuangan keluarganya.
Arum yang mengantre untuk membeli barang di pasar murah bersama anaknya, Aqila Ayu (3), amat terbantu dengan hadirnya pasar murah tersebut.
”Kalau bisa, pasar murah lebih rutin dilakukan untuk melepaskan jeratan masyarakat dari harga barang yang terus melambung,” kata Ima Salsabila, warga lain yang membeli di pasar murah.
Asrimayah (41), warga Krembangan, mengatakan, beras yang dijual di pasar murah Pemkot Surabaya kualitasnya baik, berbeda dengan beras dari pasar murah Perum Bulog.
Oleh sebab itu, dia berharap beras yang dijual saat pasar murah memiliki kualitas baik agar pasar murah bisa diminati warga.
”Untuk mendapatkan beras, harus mengantre agar kebagian karena barang yang dijual murah dengan kualitas yang baik,” katanya.
Berdasarkan pantauan Kompas di pasar, barang yang dijual tersebut lebih murah dibanding di pasaran. Di Pasar Wonokromo, harga beras medium masih berkisar Rp12.000-Rp 13.000 per kg. Sementara telur dijual Rp 22.000 per kg, minyak goreng Rp 13.000 per kg, dan gula Rp 11.500 per kg.
Menurut Kasinem (64), pedagang bahan kebutuhan pokok di pasar tersebut, kisaran harga itu belum berubah setidaknya sejak sebulan lalu. Bahkan untuk beras kualitas medium, harganya justru naik Rp 100 tiap hari.
Harga tersebut dinilai tinggi sehingga tidak banyak mengundang pembeli. Hadirnya beras dari operasi pasar Bulog juga tidak mampu menurunkan harga beras medium.
Sebab, beras yang dijual Rp 9.000 per kg itu kurang diminati masyarakat karena kualitasnya rendah yang ditandai dengan bau apek dan warna menguning.
Pemkot Surabaya mengambil sendiri beras dari sentra-sentra produksi sehingga bisa memotong rantai distribusi.
Kepala Dinas Perdagangan Kota Surabaya Arini Pakistyaningsih mengatakan, Pemkot Surabaya membeli komoditas tersebut langsung dari petani.
Beras itu diperolah langsung dari gabungan kelompok tani di daerah penghasil, seperti Lamongan, Bojonegoro, dan Ngawi. Setiap hari, disediakan beras sebanyak 1,2 ton untuk pasar murah.
”Pemkot Surabaya mengambil sendiri beras dari sentra-sentra produksi sehingga bisa memotong rantai distribusi,” ujar Arini.
Menurut dia, harga beras di sentra memang sudah tinggi sehingga sampai ke pedagang pasar tetap tinggi, nyaris mendekati HET Rp 9.450 per kg.
Oleh sebab itu, tidak ada cara untuk menyediakan beras dengan harga murah selain mengambil langsung dari sentra.
Dengan demikian, harga yang diterima pembeli di pasar murah sama dengan harga yang dibeli dari sentra karena Pemkot Surabaya tidak mengambil keuntungan.
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini mengatakan, Pemkot Surabaya tidak ingin warga terus terbebani akibat kenaikan harga. Jangan sampai warga kurang mampu tidak bisa membeli kebutuhan pokok karena harga terus naik.
Menurut dia, warga harus tetap bisa mengonsumsi makanan bergizi dalam jumlah yang cukup setiap hari.
”Harganya tidak boleh lebih mahal dari harga pasar, tetapi kualitasnya juga tidak boleh lebih rendah agar diminati warga,” ujarnya.
Sementara itu, Gubernur Jatim Soekarwo mengklaim produksi GKG kurun 2017 surplus 200.000 ton. Kemudian, produksi GKG bulan ini diyakini akan mencapai 295.000 ton.
Pemerintah berasumsi konsumsi beras hampir 40 juta jiwa warga Jatim setara dengan 297.000 ton GKG.
Dengan demikian, hingga akhir Januari, stok di Jatim masih ada 198.000 ton GKG. Apabila konversi GKG ke beras atau rendemen 62,74 persen, Jatim memiliki sisa produksi 124.225 ton beras.
Namun, kenapa harga beras medium di pasar lebih tinggi daripada HET? ”Kami meyakini beras di Jatim tertarik ke luar daerah sehingga yang beredar di sini sedikit daripada permintaan,” kata Soekarwo.
Bahkan, Pemprov Jatim optimistis Februari akan ada panen raya. Bulan depan, Jatim memprediksi akan terjadi panen dengan hasil 900.000 GKG. Pada Maret, panen diyakini lebih besar mencapai 1,7 juta ton GKG.
Namun kenyataannya, meski di atas kertas produksi beras di Jatim berlebih, harganya tetap tinggi. Operasi pasar yang dilakukan Bulog sejak 20 hari lalu di kalangan pedagang belum mampu menurunkan harga.
Beras yang digelontorkan sebanyak 17.500 ton oleh Bulog tidak mendapat respons baik. Beras itu sebagian besar masih berada di pedagang karena tidak laku. Beras yang dipasarkan melalui operasi pasar tak diminati karena kualitasnya rendah dengan indikasi bau apek dan menguning.
Kepala Perum Bulog Divisi Regional Jatim Muhammad Hasyim mengatakan, beras yang dikeluarkan untuk operasi pasar saat ini memang lebih rendah dari beras yang beredar. Sebab, beras itu adalah serapan beras yang dilakukan Bulog sejak 10 bulan lalu.
Menurut Kepala Kantor Perwakilan Daerah Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPD KPPU) Surabaya Dendy Rakhmad, kenaikan harga beras disebabkan turunnya panen.
Stok di tingkat distributor dan penggilingan kosong sehingga harga naik. ”Permintaan tetap, namun stok kurang,” katanya. (ETA/BRO/ADY/BAH)