DEPOK, KOMPAS — Untuk memenuhi tanggung jawab sosialnya, PT BASF Indonesia mendampingi sejumlah kelompok masyarakat. Tujuannya, untuk memastikan produk akhir pabriknya dapat memberikan nilai tambah bagi kelompok tersebut.
PT BASF Indonesia memproduksi bahan-bahan baku kimiawi untuk keperluan rumah tangga (contohnya sabun, sampo, dan sikat gigi), konstruksi, pertanian, otomotif, plastik, dan karet. ”Kami memiliki program Mitra Tani yang melibatkan lebih dari 20.000 petani,” kata Presiden Direktur PT BASF Indonesia Daniel Loh dalam kunjungan pabrik di Cimanggis, Depok, Rabu (17/1).
Program Mitra Tani atau BASF Petani Sejahtera dijalankan sejak 2010. Daniel mengatakan, program ini menjangkau Indonesia di Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Selatan, Gorontalo, dan Papua.
Produktivitas pertanian yang berada dalam program Mitra Tani meningkat. ”Sebelum mengikuti program, hasil panennya 3-4 ton per hektar. Program ini menaikkan produktivitas sebesar 1-2 ton per hektar,” ujar Daniel.
Dalam menjalankan program tersebut, Daniel menekankan pentingnya pengajaran dan edukasi, terutama untuk menggunakan produk dengan tepat. Salah satu produk yang diberikan kepada petani-petani itu berupa proteksi tanaman (crop protection) dengan semacam zat yang berfungsi sebagai herbisida dan insektisida sekaligus.
Dari segi modal, program Mitra Tani mengurangi biaya pupuk. Daniel mengatakan, tanpa produk proteksi tanaman, petani harus menambah nutrisi bagi tanamannya. Namun, karena ada perlindungan, tanaman tersebut tidak memerlukan nutrisi tambahan.
Daniel mengatakan, produk proteksi tanaman itu juga ramah lingkungan. ”Sudah kami sesuaikan agar tidak mencemari air,” ucapnya.
PT BASF Indonesia mencatat, setiap bulan ada 2.000 sampai 2.500 kegiatan secara total yang diadakan di setiap kelompok petani. Sistemnya, ada konsultan yang mendampingi kelompok-kelompok itu.
Tak hanya soal penggunaan produk, keselamatan dalam bertani juga diperhatikan. ”Kami membagikan perlengkapan bertani untuk melindungi petani saat bekerja,” ucap Daniel.
Sistem digital juga diterapkan dalam Program Mitra Tani, khususnya untuk basis data petani-petani yang bergabung. Setiap satu sampai dua bulan sekali, ada evaluasi penggunaan produk terhadap produktivitas pertanian. Setiap perkembangan ataupun kesulitan yang dihadapi petani akan dikumpulkan dalam tabulasi data.
Mitra Tani juga melibatkan petani-petani kedelai. Nama subprogramnya adalah Dokter Kedelai. Bentuknya berupa pelatihan teknis bertani kedelai, mulai dari persiapan lahan, penggunaan perangkat perlindungan, perlakuan benih, penanaman, hingga penggunaan pupuk.
Subprogram Dokter Kedelai melatih 50-100 petani setiap tahun. Targetnya, pada 2018, penghasilan bersih petani-petani kedelai meningkat hingga 30 persen.
Dihubungi secara terpisah, ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira berpendapat, program-program semacam Mitra Tani merupakan wujud peran industri dalam meningkatkan pertanian. ”Bukan hanya penjualan produk yang diperhatikan, melainkan pendampingan intens bagi petani-petani sampai saat panen,” katanya.
Melalui pendampingan intens, perusahaan juga dapat melihat kecocokan produknya terhadap lahan yang digarap petani. Jika produknya tepat guna, produktivitasnya juga meningkat.
Secara jangka panjang, menurut Bhima, kesejahteraan petani dapat meningkat apabila produktivitas lahannya naik. ”Tetapi, ini memerlukan pendampingan dari perusahaan sampai penjualan hasil panen agar harga jualnya lebih sesuai dengan modal petani,” katanya.
Lingkungan
Selain memperhatikan petani, lingkungan juga merupakan aspek yang disoroti PT BASF Indonesia. Daniel mengatakan, BASF secara tidak langsung berperan menurunkan sekitar 540 juta metrik ton emisi gas karbondioksida di ranah global pada 2016.
Pabrik-pabrik PT BASF Indonesia juga mendapatkan penghargaan lingkungan, seperti Penghargaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Tahun 2014 dari Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. ”Limbah gas yang bersifat racun dan korosif (menyebabkan karat) kami olah dulu sebelum dibuang, sedangkan untuk limbah cairan, kami memiliki sistem manajemennya tersendiri sehingga tidak mencemari lingkungan,” katanya.
Dari segi lingkungan sosial, produk-produk bahan baku untuk rumah tangga, serta proses produksinya dalam pabrik di Cimanggis, PT BASF Indonesia telah mendapatkan sertifikasi halal pada 2017. Sertifikasi ini penting karena nanti produk akhirnya akan digunakan langsung oleh penduduk Indonesia yang mayoritas beragama Islam.
Ke depan, Daniel berharap sertifikasi dan registrasi produk dapat lebih efisien sehingga dapat menghemat waktu. ”Kami harus mendaftarkan produk yang sama ke berbagai lembaga pemerintahan. Saya rasa, pemerintah telah melihat hal ini sebagai bentuk birokrasi yang tidak efisien dan sedang berbenah. Semoga nantinya lebih baik,” ujarnya. (DD09)