AGATS, KOMPAS — Jumlah anak penderita gizi buruk yang dirawat di Rumah Sakit Agats, Kabupaten Asmat, Papua, membeludak hingga 37 orang, Jumat (19/1). Pihak rumah sakit pun memindahkan sebagian pasien untuk dirawat sementara di rumah ibadah karena kapasitas rumah sakit bertipe D itu tidak mencukupi.
Berdasarkan pantauan Kompas pada pukul 18.00 WIT, pihak RS Agats bersama anggota Polri dan TNI memindahkan 13 pasien gizi buruk ke Gereja Protestan Indonesia (GPI) Klasis Asmat. RS Agats hanya memiliki 20 tempat tidur.
Jarak gereja dengan RS Agats sekitar 100 meter. Para pasien ditempatkan di tempat tidur milik TNI yang dipasang di ruangan ibadah. Tim dokter dari Kementerian Kesehatan bersama tim dari Mabes TNI dan Polri langsung memeriksa para pasien berusia 1-3 tahun itu.
Di RS Agats, ada 24 pasien gizi buruk dan campak yang dirawat. Mereka tersebar di bangsal anak, bangsal dewasa, aula, dan empat ruang lain.
Bupati Asmat Elisa Kambu, di GPI Klasis Asmat, mengatakan, ada tambahan 16 anak gizi buruk dan satu penderita campak, Jumat. Hingga Kamis (18/1), pasien yang dirawat di RS Agats ada 20 orang, yakni 8 penderita campak dan 12 penderita gizi buruk.
”Jumlah ruangan di RS Agats tak dapat lagi menampung pasien gizi buruk dan campak yang dievakuasi tim medis dari kampung pedalaman. Kami menyiapkan sejumlah tempat untuk menampung para pasien, seperti Balai Latihan Kerja Pemerintah Kabupaten Asmat,” ujar Elisa.
Ia menuturkan, Pemkab Asmat sedang membangun rumah sakit agar dapat menampung lebih banyak pasien di Agats. Total anggaran untuk pembangunan rumah sakit Rp 200 miliar. ”Diperkirakan fasilitas ini rampung tahun depan,” ujarnya.
Menurut Elisa, pihaknya berencana menggalang kerja sama dengan TNI dan Kemenkes untuk penyediaan tenaga kesehatan pascapenyembuhan dan imunisasi anak penderita campak serta gizi buruk.
Evakuasi terus berjalan
Kapolda Papua Inspektur Jenderal Boy Rafli Amar mengatakan, tim akan bekerja keras menyisir semua kampung untuk mengevakuasi anak yang menderita gizi buruk dan campak.
”Hari ini (Jumat), tim satgas terpadu kemanusiaan mengevakuasi 14 anak penderita gizi buruk dan campak di Distrik Atsy,” kata Boy. Tim juga mengantar obat dan makanan bantuan sejumlah instansi.
Berdasarkan pantauan Kompas di dua kampung di Distrik Pulau Tiga, yakni Kapi dan Aou, banyak anak diduga menderita campak dan kurang gizi belum dievakuasi. Di Kampung Aou, ada 4 anak berusia kurang dari setahun dalam kondisi lemas, dua di antaranya panas tinggi. Di Kampung Kapi, dua anak yang sakit campak juga sedang demam.
Anak-anak di dua kampung itu sudah menerima bantuan makanan, tetapi belum mendapat pengobatan. Di kampung itu tidak ada petugas kesehatan.
Di dua kampung itu terlihat anak-anak yang kekurangan gizi. Perut mereka buncit, kaki dan tangan tinggal kulit membalut tulang. Mereka umumnya belum mendapat layanan imunisasi.
Di Kampung Aou, Suster Aloysia OSU mengajarkan cara penyajian susu kepada para ibu dan anak-anak dengan air yang dimasak. Selanjutnya, susu dan biskuit dibagi ke anak-anak.
Aloysia mengingatkan orangtua agar tidak ikut makan biskuit dan minum susu. Berdasarkan pengalaman selama melayani warga di pedalaman Asmat, bantuan untuk anak kadang dihabiskan orangtuanya karena mereka juga kekurangan makanan.
Suster juga menegur para ibu yang kedapatan merokok sambil menggendong bayi. Kondisi ibu-ibu itu juga sangat kurus.
Warga Kampung Kapi dan Aou mengandalkan air hujan dan air sungai. Tidak ada jamban di semua rumah. Warga membuang hajat di sembarang tempat, termasuk di pinggir sungai yang menjadi sumber air minum.
Sudah diperingatkan
Setiap pemda yang memiliki masalah kesehatan, terutama gizi, telah diberi masukan dan peringatan setiap akhir tahun saat pertemuan membahas pemantauan status gizi.
Menurut Dirjen Kesehatan Masyarakat Kemenkes Anung Sugihantono, Jumat, di Jakarta, pada forum itu pemda diberi umpan balik atas status gizi daerahnya. Harapannya, pemda menindaklanjuti dengan mengatasi masalah. Ketika berkunjung ke lapangan, pihak pemda sering diingatkan untuk melakukan analisis data kesehatan dan menindaklanjuti.
Berdasarkan Pemantauan Status Gizi tahun 2016, 3,2 persen anak balita Papua bergizi buruk dan 11,9 persen bergizi kurang. (FRN/FLO/EDN/ADH)