AGATS, KOMPAS — Petugas kesehatan dari sejumlah instansi terus menyisir kampung-kampung di pedalaman Kabupaten Asmat, Papua, yang diduga terdapat anak-anak pengidap campak dan gizi buruk. Pengobatan dan bantuan makanan diberikan di lokasi.
Dari pantauan Kompas di Kampung Kapi, Distrik Pulau Tiga, Minggu (21/1), sebanyak 26 anak diperiksa tenaga kesehatan. Sehari sebelumnya, lebih dari 100 orang diperiksa di Kapi. Selain dari Kampung Kapi, pasien juga berasal dari Kampung Aou, As, dan Atat di Distrik Pulau Tiga.
Pada Sabtu (20/1) petang, 15 anak dirujuk ke Rumah Sakit Umum Daerah Agats, yang ditempuh dalam tiga jam dari Kapi. Menurut rencana, Senin ini dua anak penderita anemia dan gizi buruk dirujuk ke RSUD Agats. Selain anak-anak, sejumlah ibu hamil dan warga dewasa yang sakit ikut diperiksa dan diobati.
Kapi, As, dan Atat merupakan daerah dengan jumlah korban meninggal terbanyak akibat kejadian luar biasa (KLB) campak dan gizi buruk di Asmat. Dari 68 korban meninggal sejak September 2017 hingga Minggu pagi, sebanyak 39 berasal dari ketiga kampung itu.
Warga di Kapi menyambut baik kedatangan petugas kesehatan. Ketiadaan petugas medis menyebabkan selama ini warga tak tertolong. Semua anak juga belum diimunisasi.
Tim kesehatan yang datang ke sejumlah lokasi antara lain dari Kementerian Kesehatan, Kementerian Sosial, TNI, Polri, dan Keuskupan Agats. Mereka mengobati warga dan memberikan bantuan makanan.
Bantuan alat medis
RSUD Agats membutuhkan bantuan perlengkapan dan alat medis untuk mengantisipasi bertambahnya pasien gizi buruk dan campak yang dievakuasi dari distrik-distrik di Asmat. Rumah sakit bertipe D itu tidak memiliki kasur dan tabung oksigen dalam jumlah cukup.
Berdasarkan data dari Posko Satuan Tugas Kesehatan Terpadu, TNI telah mengevakuasi lima anak balita penderita gizi buruk ke Agats, ibu kota Asmat, pada Minggu. Kelimanya berasal dari tiga distrik, yakni Safan (3 orang), Unirsarau (1 orang), dan Sawa Erma (1 orang).
Total ada 85 anak balita yang telah dievakuasi ke Agats karena terserang campak dan gizi buruk sejak 8 Januari lalu. Tercatat 40 pasien dirawat di RSUD Agats dan 45 pasien dirawat di aula serta halaman Gereja Protestan Indonesia Klasis Asmat.
KLB campak dan gizi buruk sejauh ini tercatat melanda 11 dari 23 distrik di Asmat. Ke-11 distrik itu adalah Swator, Aswi, Akat, Fayit, Pulau Tiga, Kolf Braza, Jetsy, Pantai Kasuari, Safan, Unirsarau, dan Siret.
Ke-45 anak balita yang dirawat di aula dan halaman Gereja Protestan Indonesia Klasis Asmat hanya tidur di atas matras bantuan Kementerian Sosial. ”Kami tidak punya kasur lagi untuk 45 anak ini. Semua kasur di rumah sakit sudah terpakai di ruang instalasi gawat darurat, aula, bangsal, dan beberapa kamar,” kata Direktur RSUD Agats Riechard Mirino.
Ia pun menuturkan, RSUD Agats sudah kehabisan stok tabung oksigen yang dibutuhkan pasien anak penderita gizi buruk atau campak dengan komplikasi malaria, TBC, dan radang paru. ”Kami telah meminta bantuan 50 tabung oksigen ke Dinas Kesehatan Mimika,” kata Riechard.
Selain memberikan pengobatan, petugas juga mengingatkan warga tentang pola hidup sehat. ”Kebiasaan warga untuk minum air mentah diminta untuk segera dihentikan,” kata dokter Bruder Bambang OFM dari tim asistensi Keuskupan Agats.
Sementara itu, Pemerintah Kota Surabaya telah menyiapkan dana sekitar Rp 200 juta dari APBD untuk disalurkan ke Pemerintah Kabupaten Asmat. Namun, uang tersebut belum ditransfer karena Pemkot Surabaya belum menerima nomor rekening Pemerintah Kabupaten Asmat. ”Kami menunggu jawaban resmi (dari Pemkab Asmat). Saya enggak mau kirim kalau belum ada kejelasan karena butuh bukti transfer,” ujar Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini.
Pemkot Surabaya juga akan mengirimkan bantuan 28 koli kepada korban banjir di Kabupaten Gorontalo, Provinsi Gorontalo. Bantuan itu berupa selimut, baju anak, seragam sekolah, tikar, pakaian dalam, popok bayi, sarung, dan obat-obatan.(FRN/FLO/JOS/ADY)