Kondisi Kesehatan Kritis, Daoed Joesoef Dirawat di RS Medistra
JAKARTA, KOMPAS — Daoed Joesoef, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (1978-1983) di era pemerintahan Presiden Soeharto, saat ini dalam keadaan kritis dan dirawat di Rumah Sakit Medistra, Jakarta Selatan.
Pembina lembaga think-thank Centre for Strategic and International Studies (CSIS) ini mulai masuk di rumah sakit pada Sabtu (20/1) lalu. Sebelumnya, kondisi Daoed sudah menurun, tetapi baru mendapatkan perawatan intensif dari dokter di rumahnya. Pada 8 Agustus 2018, Daoed Joesoef akan merayakan ulang tahun ke-92.
”Eyang memang agak sensitif dengan rumah sakit. Jadi tidak mau langsung dibawa ke rumah sakit. Sampai Sabtu, kondisinya tidak juga membaik akhirnya dibawa ke sini (RS Medistra),” ujar Aldi Nugroho (26), cucu Daoed Joesoef, saat ditemui di ruang tunggu ICCU RS Medistra, Selasa (23/1).
Tampak hadir membesuk adalah Direktur Eksekutif CSIS Philips J Vermonte, Direktur Sumber Daya Manusia CSIS Wisnu Dewanto, Rektor Universitas Prasetiya Mulya Djisman S Simandjuntak, dan pakar pendidikan Arief Rahman.
Menurut keterangan Aldi, Daoed Joesoef memang memiliki riwayat penyakit jantung. Dokter yang memeriksa Daoed mengatakan, kondisinya saat ini kemungkinan dipengaruhi penyakit jantungnya.
Sejak dirawat di ruang ICCU, kondisi Daoed semakin menurun. ”Baru pagi tadi dipasang ventilator (alat bantu pernapasan). Sekarang masih belum sadar. Doakan yang terbaik,” kata Aldi.
Aldi mengatakan, kondisi kesehatan kakeknya sebenarnya mulai menurun sejak awal tahun 2018. Padahal sebelumnya, Daoed masih beraktivitas seperti biasa. Pada pertengahan tahun 2017, buku karangan Daoed berjudul Rekam Jejak Anak Tiga Zaman diterbitkan.
Menurut Aldi, pola hidup Daoed dinilai sangat sehat. Daoed sangat menjaga pola makannya dengan tidak mengonsumsi garam dan gula. Ia rutin berolahraga setiap pagi dan sore hari.
Pola hidup Daoed dinilai sangat sehat. Daoed sangat menjaga pola makannya dengan tidak mengonsumsi garam dan gula. Ia rutin berolahraga setiap pagi dan sore hari.
Samirah (68), rekan kerja Daoed Joesoef saat masih bekerja di CSIS, mengatakan, Daoed merupakan sosok atasan yang sangat teliti dan tegas ketika bekerja. Meski begitu, ia juga sangat peduli dan mau berbagi dengan rekan kerjanya.
”Pernah Pak Daoed ini panen rambutan di rumahnya, besoknya langsung ia bawa ke kantor dan sudah diplastikin untuk setiap karyawannya,” katanya. Samirah hampir 40 tahun bekerja bersama Daoed untuk menjadi sekretaris dalam setiap kegiatan yang dilakukan. Pada penulisan buku Rekan Jejak Anak Tiga Zaman pun Samirah masih turut membantu penulisannya.
Ia mengatakan, sosok Daoed merupakan pemikir yang sangat inspiratif. Pada usia 90 tahun saja, Daoed masih bisa menjelaskan mengenai sejarah dan pendidikan di Indonesia. ”Sepertinya sudah tidak ada lagi sosok seperti Pak Daoed ini lagi di Indonesia,” kata Sumirah.
Rahasia sehat dan usia panjang
Dalam sebuah wawancara dengan Daoed Joesoef tahun 2014, Daoed Joesoef mengungkapkan rahasia sehatnya.
Saya tidak merokok. Saya makan kenyang cukup satu kali sehari. Pada pagi hari, saya sarapan roti karena lebih praktis. Siang hari, saya makan nasi satu piring dengan sayur asem atau sayur bening. Saya tidak bisa makan gulai kepala ikan yang mengandung santan.
”Saya tidak merokok. Saya makan kenyang cukup satu kali sehari. Pada pagi hari, saya sarapan roti karena lebih praktis. Siang hari, saya makan nasi satu piring dengan sayur asem atau sayur bening. Saya tidak bisa makan gulai kepala ikan yang mengandung santan. Itu bisa bikin kolesterol naik. Jadi, saya bukan orang Sumatera lagi, yang suka makan santan dan pedas. Sementara pada malam hari, saya makan buah-buahan pepaya atau pisang,” kata Daoed Joesoef (Kompas Siang epaper, 23 Agustus 2014).
Selain menjaga pola makan, Daoed Joesoef mengungkapkan selalu memberi nutrisi bagi body (badan), mind (pikiran), dan soul (jiwa), tiga unsur penting dalam hidup manusia. Menurut Daoed, banyak orang sering salah mengira. Yang diberi makan hanya badan. Padahal, pikiran dan jiwa juga butuh nutrisi.
Selain menjaga pola makan, Daoed Joesoef selalu memberi nutrisi bagi body (badan), mind (pikiran), dan soul (jiwa), tiga unsur penting dalam hidup manusia.
”Nutrisi untuk pikiran adalah pengetahuan. Cara mendapatkan pengetahuan adalah dengan membaca dan menulis,” kata lelaki berdarah Aceh kelahiran Medan itu. Nutrisi untuk soul adalah dengan melakukan retret atau bertapa.
Selain rajin menulis, Daoed Joesoef juga masih suka membaca. ”Teman-teman saya dari luar negeri sering membawakan buku untuk saya,” kata Daoed. Dia memuji bangsa Jepang yang gila membaca. Di mana pun, terlihat orang Jepang asyik membaca. Setelah buku selesai dibaca, orang Jepang meletakkan bukunya begitu saja. Mereka tahu rumah mereka sempit dan tidak cukup untuk menyimpan banyak buku.
Kebiasaan membaca
Menulis dan membaca memang menjadi salah satu perhatiannya ketika menjabat Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. Daoed Joesoef sudah berpikir jauh ke depan, anak-anak Indonesia harus memiliki kebiasaan membaca sejak dini.
Lelaki kelahiran Medan, 8 Agustus 1926, itu mengidam-idamkan masyarakat Indonesia memiliki kebiasaan membaca karena masyarakat yang tidak punya kebiasaan membaca akan dilindas dan ditinggalkan.
Lelaki kelahiran Medan, 8 Agustus 1926, itu mengidam-idamkan masyarakat Indonesia memiliki kebiasaan membaca karena masyarakat yang tidak punya kebiasaan membaca akan dilindas dan ditinggalkan. Dia melihat perpustakaan sekolah merupakan sarana penyiap bagi anak-anak usia sekolah yang menjalani pendidikan formal untuk mencapai masyarakat yang memiliki kebiasaan membaca.
”Bagaimana bisa menciptakan masyarakat yang mempunyai kebiasaan membaca jika anak didik sejak dini tidak disiapkan melalui kebiasaan membaca di sekolah? Bangsa Indonesia tidak akan mampu bersaing dengan bangsa lain jika kebiasaan membaca tidak ditanamkan sejak dini,” kata Daoed.
Dalam berbagai kesempatan saat menjabat Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Daoed Joesoef menilai makin banyak keluarga yang mampu membeli bahan bacaan bermutu untuk keluarga. Jika buku sudah selesai dibaca, supaya tak jadi hiasan belaka, sebaiknya diserahkan ke perpustakaan agar masyarakat tak mampu dapat ikut menikmati buku-buku itu.
Daoed Joesoef yang juga Pembina Yayasan CSIS berpendapat, penciptaan dan penyebarluasan buku di kalangan masyarakat Indonesia merupakan bagian integral dari proses membaca, menulis, berpikir, dan belajar. Proses itu bagian dari pendidikan kemanusiaan sehingga penciptaan dan penyebaran buku merupakan bagian integral dari sistem pendidikan nasional.
Negara-negara maju yang jumlah penduduknya hanya 30 persen dari jumlah penduduk dunia menghasilkan 81 persen jumlah judul buku yang terbit di dunia. Sementara rakyat negara-negara berkembang yang jumlahnya 70 persen dari rakyat seluruh dunia hanya menghasilkan 19 persennya. Indonesia termasuk negara terendah yang memproduksi buku.
Ketika menjadi menteri, Daoed Joesoef mewajibkan siswa mengarang dan mengulas buku-buku fiksi dan ilmiah populer dan itu masuk dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia. (DD04)