Pasha, Gaya Rambut ”Skinhead” dan Kota Palu
Sigit Purnomo Said alias Pasha Ungu kembali menjadi sorotan media dalam empat hari terakhir. Kali ini soal gaya rambutnya saat ia mengenakan pakaian dinas sebagai Wakil Wali Kota Palu pada acara bincang yang dipandu penyanyi Tompi dan Glenn Fredly.
Pada acara yang dilaksanakan di Jakarta pada akhir pekan lalu, Pasha tampil dengan gaya rambut cukur tipis yang memperlihatkan kulit kepala (skinhead) di sisi kiri dan kanan kepalanya. Sementara rambut bagian atas kepala dilepas agak panjang dan dikuncir ke belakang.
Kementerian Dalam Negeri menyebutkan gaya rambut Pasha tidak melanggar peraturan. Itu hanya soal kode etik untuk seorang pemimpin.
Menanggapi sorotan penampilan tersebut, Pasha yang masih aktif sebagai vokalis band Ungu, Selasa (23/1), menyatakan, ”Saya nyaman dengan gaya rambut begini. Model atau gaya seperti ini masih pada batas kewajaran. Lagi pula tidak ada peraturan yang saya langgar. Jadi, tidak ada masalah.”
Saat diwawancara, rambutnya di sisi kiri dan kanan Pasha mulai tumbuh. Kulit kepala tidak lagi menonjol. Rambut bagian atas yang agak panjang pun tidak diikat.
Pasha tampil di acara bertajuk ”Musisi yang Menjadi Kepala Daerah”. Ia tiba di Jakarta sesaat sebelum acara dilaksanakan. Dengan kondisi itu, ia tak punya banyak waktu berdandan, termasuk mengatur rambutnya. Gaya skinhead dipadu dengan kuciran pun tak bisa lagi dihindari.
Terkait gaya rambut tersebut dicontoh anak-anak sekolah, ia mengatakan, itu tak dimaksudkan demikian. Ia sekali lagi menegaskan, penampilan tersebut hanya untuk kepentingan acara.
Ia mengatakan tak akan mengubah gaya rambut hanya karena sorotan warga internet atau media. Ia kembali tegaskan, gaya rambutnya masih pada batas normal.
Sebelum menjadi wakil wali kota, saat nge-band, Pasha mengaku sudah pernah mencoba banyak model rambut, antara lain gondrong, punk, dan skinhead, kecuali gaya gimbal.
Terkait gaya rambut tersebut dicontoh anak-anak sekolah, ia mengatakan, itu tak dimaksudkan demikian. Ia sekali lagi menegaskan, penampilan tersebut hanya untuk kepentingan acara.
Sebelum heboh gaya rambut, tahun lalu Pasha dua kali membikin ”kegaduhan”. Pertama, pemakaian beragam brevet. Ada brevet pamong, penyelam, dan Harley Davidson. Brevet tersebut dikaitkan di jas.
Penampilan itu menjadi mencolok karena ia mengenakan celana jins dengan tongkat komando di tangan.
Kedua, peluncuran lagu band Ungu di Singapura yang disinyalir tanpa izin ke Kemendagri melalui Gubernur Sulteng. Dua kehebohan sekaligus, yakni masih aktifnya Pasha di Ungu dan izin meninggalkan tempat tugas tak prosedural.
Belakangan, Gubernur Sulteng Longki Djanggola mengakui Pasha tak mengajukan surat izin ke luar negeri. Atas pelanggaran itu, ia diberi teguran.
Panggung politik
Jauh sebelum menduduki posisi Wakil Wali Kota Palu, publik mengenal Pasha sebagai penyanyi di panggung seni dan hiburan.
Kala memenangi pemilihan kepala daerah serentak edisi pertama pada Desember 2015, panggung Pasha bertambah satu, yaitu panggung politik.
Berduet dengan Hidayat, pasangan kombinasi tua-muda itu meraup 36 persen suara. Mereka mengalahkan tiga pasangan lain, termasuk Wakil Wali Kota Palu (waktu itu) Andi Mulhanan Tombolotutu yang berpasangan dengan akademisi Tahmidy Lasahido.
Banyak orang sangsi pasangan Hidayat-Pasha memenangi pemilihan waktu itu. Selain masalah minimnya pengalaman Pasha terkait pemerintahan, pasangan ini baru muncul jelang detik-detik penutupan pendaftaran di KPU Kota Palu.
Pasangan tersebut bahkan hasil ”kawin paksa”. Namun, kesan itu mental saat keduanya menang dengan persentase yang cukup signifikan.
Bersama Wali Kota Hidayat, Pasha sudah dua tahun memimpin Palu, kota di teluk bagian dari Selat Makassar.
Pelan-pelan wajah Kota Palu mulai berubah di bawah kepemimpinan Hidayat-Pasha.
Pelan-pelan wajah Kota Palu mulai berubah di bawah kepemimpinan Hidayat-Pasha.
Ruang terbuka hijau ditambah, termasuk pengerjaan hutan kota yang dirancang seluas 60 hektar. Hutan kota ini dibangun di Kelurahan Talise, Kecamatan Mantikulore.
Trotoar di sejumlah ruas jalan protokol dibenahi. Dulu, trotoar hanya berupa coran beton yang penuh lubang sana-sini.
Saat ini, di ruas-ruas jalan di Kecamatan Palu Timur, trotoar dibangun dengan paving blok. Di bagian tengah dipasang paving blok berwarna kuning.
Drainase pun mulai dibenahi. Drainase yang sempit dibikin lebar walaupun belum menyentuh semua sudut.
Kawasan seputar Teluk Palu juga ditata. Ruang terbuka diperbanyak. Pinggiran garis pantai dibangun seperti trotoar.
Itu sekadar contoh perubahan yang tampak dan dengan gamblang bisa dilihat warga kota.
Tentu masih banyak masalah kota yang perlu diurus dengan serius, termasuk soal sampah. Hingga kini, masalah sampah belum terselesaikan dengan baik.
Sampah dionggokkan di sejumlah titik ilegal. Sampah-sampah tersebut tidak terangkut petugas. Bau busuk menyebar di sekitar titik tersebut.
Masalah lain terkait dengan keamanan dan kenyamanan sebagai warga kota, kejahatan jalanan di Palu tergolong tinggi.
Pasha harus menempatkan diri sebagai pemimpin yang berwibawa tidak hanya karena penampilan, tetapi juga karena kontrol dan eksekusi kebijakan yang bagus.
Kepolisian Resor Palu mendata, setiap hari pihaknya menerima empat laporan pencurian sepeda motor. Ini memang bukan masalah yang hanya ditangani Pemkot Palu, melainkan isu keamanan dan kenyamanan bagi warga penting menjadi perhatian.
Pasha tentu saja boleh bergaya macam-macam. Namun, sebagai pejabat yang dipilih rakyat, bersama Hidayat dengan gerbong birokrasinya, mereka punya tugas tak ringan membenahi Kota Palu yang terus berkembang pesat.
”Pasha harus enempatkan diri sebagai pemimpin yang berwibawa tidak hanya karena penampilan, tetapi juga karena kontrol dan eksekusi kebijakan yang bagus,” kata dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Tadulako Palu Slamet Riyadi Cante.