JAKARTA, KOMPAS — Potensi industri mebel untuk terserap di pasar domestik semakin besar. Kebutuhan mebel dari industri perhotelan hingga tiga tahun mendatang diprediksi meningkat. Pelaku industri mebel di Tanah Air disarankan mengoptimalkan pemenuhan kebutuhan pasar domestik tersebut tersebut. Di sisi lain, kebijakan yang mendukung daya saing industri mebel, peningkatan kompetensi desainer, serta pemasaran yang tepat diperlukan untuk menggarap peluang yang ada.
Berdasarkan data yang dihimpun Himpunan Desainer Interior Indonesia (HDII), pertumbuhan pembangunan kamar hotel di Indonesia hingga tiga tahun ke depan semakin meningkat. Data HDII mencatat hingga tahun 2020 akan ada penambahan sebanyak 29.600-32.000 kamar.
Pengamat industri permebelan dan kerajinan, Sae Tanangga Karim, menyampaikan, pelaku industri mebel sebaiknya lebih berfokus pada pemenuhan mebel di pasar domestik hingga tahun 2020 ini. Hal tersebut terkait potensi industri yang semakin berkembang di dalam negeri.
”Meski begitu, bukan berarti pasar ekspor tidak diperhatikan. Namun, melihat potensi dalam negeri yang besar sebaiknya dioptimalkan agar tidak dibanjiri produk mebel impor,” katanya seusai acara konferensi pers pameran Hospitality 2018 di Jakarta, Rabu (24/1).
Dia mengakatan, beberapa faktor memengaruhi perkembangan industri mebel domestik saat ini. Faktor tersebut antara lain percepatan pembangunan infrastruktur, penetapan destinasi wisata prioritas, dan pertumbuhan industri perhotelan di Indonesia.
Berdasarkan data Colliers International, pertumbuhan kebutuhan wisata domestik pada tahun 2016-2026 sebesar 4,8 persen per tahun, sedangkan kedatangan turis mancanegara dalam periode yang sama tumbuh 6,6 persen per tahun. ”Ini membuat ruang bagi industri perhotelan terus tumbuh dan berkembang,” ujar Tanangga.
Ketua Umum HDII Lea Aziz menambahkan, pertumbuhan pembangunan kamar hotel di Indonesia pun semakin meningkat. Berdasarkan data yang dihimpun HDII, hingga tahun 2020 akan ada penambahan 29.600-32.000 kamar. Dari penambahanan tersebut, sekitar 60 persen pembangunan berada di daerah.
”Pembangunan ini banyak dilakukan di 10 destinasi wisata prioritas yang ditetapkan pemerintah, seperti Mandalika (Nusa Tenggara Barat), Morotai (Maluku Utara), Wakatobi (Sulawesi Tenggara), dan Labuan Bajo (Nusa Tenggara Timur),” katanya.
Selain itu, pembangunan infrastruktur yang semakin cepat dilakukan juga turut meningkatkan potensi industri mebel dan interior di pasar domestik. Menurut Lea, masyarakat saat ini sudah lebih paham dan menghargai sentuhan desain interior dalam pembangunan infrastruktur.
Ia menambahkan, hampir semua bandara di Indonesia menggunakan desain dan produk dalam negeri. Alat transportasinya pun sudah mulai dilengkapi dengan sentuhan desain interior lokal. ”Hampir 80 persen desain yang ada di Indonesia menggunakan karya desainer lokal. Singapura saja sudah menggunakan desanier Indonesia sebesar 40 persen,” katanya.
Perkuat kebijakan
Tanangga menyampaikan agar pemerintah memperkuat kebijakan supaya cakupan potensi kebutuhan pasar domestik bisa optimal. Menurut dia, kebijakan terkait kewajiban menggunakan desain dan produk lokal untuk kebutuhan mebel suatu bangunan sangat diperlukan. ”Bisa dimulai dengan kewajiban pada pembangunan gedung pemerintah, BUMN, ataupun instansi lainnya,” ucapnya.
Selain itu, kata Lea, peningkatan kompetensi desainer lokal harus semakin didorong. Jika dilihat dari jumlah anggota HDII, terdata ada 2.500 desainer interior. Namun, menurut Lea, ada lebih dari 8.000 desainer interior di Indonesia. ”Sebelumnya Indonesia memang lebih banyak menggunakan jasa desainer luar negeri, tetapi saat ini desainer lokal yang profesional semakin banyak diakui secara global,” katanya.
Ia menyampaikan, desainer Indonesia saat ini sudah diakui oleh beberapa negara di Asia Tenggara. China pun sudah mulai menjadi sasaran pasar baru bagi desainer Indonesia.
Untuk meningkatkan kepercayaan global terhadap kompetensi desainer lokal, Lea mengatakan perlu lebih banyak pameran internasional yang diikuti. ”Dukungan pemerintah sangat diperlukan dengan mengenalkan karya desainer lokal di pasar global. Kami yakin kualitas desainer kita bisa bersaing. Pameran bisa menjadi ajang promosi yang efektif,” ujarnya.
Pameran Hospitality 2018
Dalam rangka mendukung perkembangan industri mebel untuk sektor perhotelan di Indonesia, akhir Oktober 2018 pameran Hospitality pertama kali digelar. Kegiatan ini diklaim sebagai pameran terbaru yang mendukung industri perhotelan terkait furnitur, kerajinan, desain interior, dan perlengkapan perhotelan di Indonesia.
Menurut rencana, pameran Hospitality digelar pada 24-27 Oktober 2018 di Hall B dan Hall C Jakarta International Expo (JIExpo) Kemayoran, Jakarta Pusat. Kegiatan ini merupakan konsorsium tiga pameran, yaitu Furniture and Craft Indonesia, Mozaik Indonesia, dan Hotel Sourcing Indonesia.
Presiden Direktur PT Traya Eksibisi Internasional Bambang Setiawan berharap pameran ini bisa menjadi wadah yang bisa mempertemukan para produsen, praktisi, dan konsumen-konsumen dari industri terkait. ”Kami juga berharap kegiatan ini bisa semakin merangsang industri kreatif dalam negeri, khususnya dalam bidang desain terkait furnitur, kerajinan, interior, dan perhotelan. Diharapkan pula pameran ini bisa turut memengaruhi pasar ekspor mebel di Indonesia,” ujar Bambang. Pameran ini ditargetkan akan dihadiri 7.000 pembeli potensial yang berasal dari 45 negara di dunia. (DD04)