Korsel Berharap Pintu Komunikasi Terus Terjalin
JAKARTA, KOMPAS — Pemerintah Korea Selatan berharap dengan dibukanya pintu komunikasi dengan Korea Utara setelah hampir dua tahun dapat menjadi awal baru bagi hubungan kedua negara. Pintu komunikasi kembali dibuka dalam rangka membahas tim gabungan atlet Olimpiade Pyeongchang tahun 2018.
Duta Besar Republik Korea Selatan (Korsel) untuk Indonesia Cho Tae-yong menyatakan, keikutsertaan Korea Utara (Korut) dalam Olimpiade Musim Dingin yang akan digelar di Pyeongchang ini menyambung jaringan komunikasi yang terputus selama ini. Pejabat pemerintahan akhirnya telah dapat berdialog sejak jaringan diputuskan pada tahun 2016.
”Harapan besar kami adalah saluran komunikasi dan dialog yang terputus terus dilakukan selesai Olimpiade digelar,” kata Cho, dalam konferensi pers Pyeongchang 2018 Promotion, di Jakarta, Rabu (24/1). Ia menambahkan, Olimpiade itu akan menjadi simbol perdamaian. Korut akan turut meramaikan dan menyukseskan pesta olahraga tersebut.
Pada 3 Januari, Korut akhirnya menghidupkan kembali komunikasi langsung lewat jaringan telepon dengan Korsel. Pemutusan terakhir dilakukan Februari 2016 akibat perselisihan mengenai kompleks industri Kaesong yang dikelola bersama oleh keduanya.
Selama hampir dua tahun, komunikasi dilakukan secara tidak langsung melalui pernyataan yang dibacakan dalam siaran televisi. Dialog pertama kedua negara terjadi pada 9 Januari lalu, sejak pertemuan pada Desember 2015.
Cho melanjutkan, bentuk keikutsertaan Korut adalah pengiriman kontingen untuk berkompetisi dalam lima cabang olahraga. Korut akan mengirim 400 orang, terdiri dari pejabat, komite nasional Olimpiade, atlet, suporter, seniman pengisi acara, pengamat, tim demonstrasi taekwondo, dan wartawan.
Korsel dan Korut juga membentuk tim gabungan hoki putri dan telah disetujui oleh Komite Olimpiade Internasional (IOC). Korsel berterima kasih dengan keputusan IOC karena penambahan jumlah atlet tersebut di luar batas yang telah ditetapkan. Menurut Cho, keputusan itu juga mencerminkan harapan dan dukungan dunia internasional untuk memperbaiki hubungan kedua negara.
Pembentukan tim gabungan tersebut membuat kedua negara harus melakukan latihan bersama. Tim Korsel akan segera melakukan kunjungan ke Korut untuk berlatih bersama.
Ketua Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Tono Suratman mengatakan, Indonesia berharap agar penyelenggaran Olimpiade Musim Dingin di Korsel dapat membawa makna perdamaian. Ia berharap, ketegangan di Semenanjung Korea dapat berkurang dengan pesta olahraga tersebut.
”Kami mendukung agar perdamaian dunia dapat tercapai melalui olahraga,” kata Tono. Indonesia juga akan terus mendukung upaya perdamaian tersebut.
Keikutsertaan Korut dalam Olimpiade Musim Dingin tersebut melalui proses yang tidak mudah. Awalnya, Presiden Korsel Moon Jae-in, saat membuka Kejuaraan Dunia Taekwondo di Muju, 24 Juni 2017, menawarkan Korut untuk membuat tim gabungan dalam Olimpiade Musim Dingin 2018 itu. Kedua negara terakhir pernah berbaris bersama pada pembukaan Olimpiade Sydney 2000.
Dua hari kemudian, anggota Komite Olimpiade, Chang Un, menyatakan, ia ragu Korut akan bergabung dengan tim Olimpiade Korsel. Ia beralasan, waktu negosiasi pembentukan tim gabungan kedua negara tidak cukup.
Korsel dan Korut pernah membutuhkan 22 pertemuan untuk membentuk tim gabungan tenis meja pada tahun 1991. Pertemuan dilakukan selama lima bulan.
Namun, Kim Jong Un dalam pernyataan tahun baru pada 1 Januari 2018 mengungkapkan persetujuannya untuk mengirimkan kontingen dan mengirim perwakilan Korut dan Korsel dalam waktu dekat.
Pernyataan diberikan tak lama setelah Korut diberikan sanksi oleh Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB). Sanksi ekonomi itu diberikan pada 22 Desember 2017. Sanksi berupa pembatasan penjualan bensin ke Korut menjadi 500.000 barrel per tahun dan minyak mentah sebanyak 4 juta barrel per tahun. Tujuan pemberian sanksi adalah untuk menekan perekonomian Korut sehingga tidak dapat mengembangkan senjata nuklir dan rudal.
Dukungan Indonesia
Cho juga meminta agar Indonesia tetap mendukung perbaikan hubungan Korut-Korsel. Menurut dia, Indonesia adalah negara yang penting dan salah satu yang terbesar di dunia internasional. ”Kami percaya Indonesia akan memberikan bantuan besar,” ujarnya.
Ia melanjutkan, Korsel juga berterima kasih atas perhatian dan dukungan Indonesia selama ini. Korsel berharap, kerja sama di berbagai bidang, termasuk olahraga, akan semakin kuat.
Adapun konflik antara Korsel dan Korut telah berlangsung lama. Status kedua negara secara teknis masih berperang karena perang 1950-1953 berakhir hanya dengan kesepakatan untuk gencatan senjata.
Perpecahan Korut dan Korsel membuat ideologi kedua negara menjadi sangat berbeda. Korut menjadi negara komunis, sedangkan Korsel menjadi negara kapitalis.
Selama beberapa tahun terakhir, kondisi di Semenanjung Korea kembali memanas karena Korut secara berkali-kali melakukan uji coba nuklir dan rudal. Korut bahkan beberapa kali mengeluarkan ancaman untuk Korsel, Jepang, dan Amerika Serikat.
Misalnya, pada 15 September 2017, Korut mengonfirmasi berhasil meluncurkan rudal balistik jarak menengah Hwasong-12 sejauh 3.700 kilometer di atas Pulau Hokkaido, Jepang, dan mendarat di Samudra Pasifik.
Keesokan harinya, Kim Jong Un mengutarakan keinginanya agar kekuatan militer Korut setara dengan AS. Korsel juga tidak tinggal diam. Bersama AS, Korsel juga gencar melakukan latihan militer yang membuat geram Korut.
Setelah 30 tahun
Korsel akan mengadakan Olimpiade Musim Dingin 2018 pada 9-25 Februari dan Paralimpiade 9-18 Maret. Olimpiade ini dinilai Cho sebagai salah satu kesempatan untuk membantu memperbaiki hubungan Korsel dan Korut.
Olimpiade Pyeongchang adalah Olimpiade yang kedua kalinya digelar setelah 30 tahun yang lalu Korea menggelar Olimpiade Musim Panas 1988. Pyeongchang akan menjadi tempat pertandingan olahraga musim dingin di alam terbuka. Kota ini terletak sekitar 80 kilometer dari perbatasan Korsel dan Korut. Sementara itu, olahraga dalam ruangan akan dilaksanakan di Gangneung. Keduanya terletak di Provinsi Gangwong.
Dalam Olimpiade Musim Dingin akan ada 15 cabang olahraga dan 102 pertandingan. Olimpiade akan diikuti oleh 95 negara dan 2.900 atlet. Untuk Paralimpiade akan ada 6 cabang olahraga dan 80 pertandingan. Pertandingan akan diikuti oleh 45 negara dan 670 atlet.
Terdapat dua maskot bagi dua pesta olahraga itu, yaitu Soohorang dan Bandabi. Soohorang adalah harimau putih yang bersimbol perlindungan dan penuntun atlet Olimpiade Musim Dingin 2018. Sementara Bandabi adalah beruang hitam asiatik yang mencerminkan kesabaran dan beranian. (DD13/Reuters)