BI Larang Uang Digital, Aladincoin Justru Ekspansi ke Indonesia
Oleh
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Setelah Bank Indonesia mengimbau kepada masyarakat untuk mewaspadai uang digital, Aladin Capital hadir dan meluncurkan aladincoin di Indonesia. Fungsinya bukan sebagai alat pembayaran, melainkan sarana investasi.
Uang digital merupakan alat tukar virtual yang bernilai tertentu dan tidak diterbitkan oleh otoritas moneter negara. Contoh uang virtual antara lain bitcoin, bitcoin cash, ripple, ethereum, dan litecoin.
Bank Indonesia memperingatkan seluruh pihak agar tidak memperjualbelikan atau memperdagangkan mata uang digital. ”Siapa pun yang mengeksplorasi mata uang digital harus taat asas. Kalau melanggar, ada konsekuensinya sesuai hukum yang berlaku,” kata Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo saat ditemui pada Jumat (26/1).
Larangan itu bertujuan untuk menjaga stabilitas keuangan nasional dari model bisnis yang merugikan. ”Kami juga ingin menghindari adanya praktik pencucian uang atau pembiayaan aksi terorisme melalui sistem mata uang digital,” ujar Agus.
Dalam rilis, Bank Indonesia juga menyatakan, sistem uang digital ini tidak memiliki otoritas atau administrator resmi yang bertanggung jawab. Karena itu, larangan tersebut juga merupakan wujud perlindungan konsumen dalam bentuk pencegahan.
Indonesian Leader Aladin Capital Shandy Saputra mengatakan, sampai saat ini pihaknya belum berkoordinasi dengan Otoritas Jasa Keuangan ataupun Bank Indonesia terkait aladincoin. ”Ada tim pengacara yang akan mengurusnya,” ujarnya saat konferensi pers di Jakarta, Kamis.
Tenggat untuk berkoordinasi juga belum ditentukan. Shandy mengatakan, pihaknya baru menargetkan memiliki kantor dalam 1-2 bulan ke depan.
Aladin Capital menyatakan mampu memberikan perlindungan kepada penggunanya. Shandy mengklaim, pihaknya memiliki aset sebesar 1 miliar dollar AS di HSBC Inggris.
Kesuksesan aladincoin di Vietnam membuat Chief Operating Officer Aladin Capital Eric Nguyen berani melebarkan pasarnya ke Indonesia. ”Apalagi melihat populasi Indonesia. Saya targetkan, keuntungan di Indonesia tiga kali lipat dibandingkan di Vietnam,” ujarnya dalam konferensi pers, Kamis.
Aladincoin yang dibawa ke Indonesia diklaim Eric hanya sebagai sarana investasi. Mata uang acuan konversinya adalah dollar Amerika Serikat (AS).
Hingga saat ini, ada lebih dari 10.000 akun yang berinvestasi pada aladincoin. Total kapitalisasi pasarnya berkisar 20 juta dollar AS.
Sistem aladincoin
Secara prinsip, aladincoin sama seperti bitcoin. Ada cara menambang (mining) dan membeli langsung untuk memperoleh koin virtual tersebut.
Di dalam sistem aladincoin, ada 21 juta koin virtual yang tersebar secara global. Shandy mengatakan, 9 juta koin sudah ditambang dan beredar dalam sistem.
Namun, berbeda dengan bitcoin, aladincoin menyediakan sistem keanggotaan sebagai salah satu cara memperoleh koin virtual.
Sistem keanggotaan ini terdiri dari delapan tingkat. Indikator yang membedakan di tiap tingkat meliputi jumlah iuran yang dibayarkan, persentase pengembalian uang beserta bonus, serta jangka waktu pengembalian uang yang disetor di awal.
Pada tingkat terendah, pengguna diminta membayar 180 dollar AS. Nantinya, pengembaliannya sebesar 0,83 persen per hari selama 180 hari.
Sistem keuangan ini bertujuan mengontrol aliran nilai konversi Aladincoin. ”Supaya fluktuasinya dapat dikendalikan,” ucap Shandy.
Aladincoin juga dapat dikonversi menjadi mata uang digital lainnya yang ada dalam pasar. Karena itu, dalam paparannya, Aladin Capital berusaha mendaftarkan aladincoin dalam bursa di situs coinmarketcap.com sejak Desember 2017.
Berdasarkan situs coinmarketcap.com, ada 1.495 uang digital yang beredar secara global. Akan tetapi, hingga berita ini diturunkan, aladincoin tidak terdaftar dalam situs itu.
Jika dikonversikan, nilai pasar uang digital ini berkisar 514 miliar dollar AS. Dalam situs itu, uang digital yang paling tinggi nilainya adalah bitcoin, yakni sekitar 178 miliar dollar AS. (DD09)