Jose Mourinho selama ini dikenal sebagai manajer sepak bola yang ogah ”mengabdi” lama kepada sebuah klub. Ia adalah petualang sejati yang gemar berburu trofi, sekaligus mencari tantangan baru di sejumlah negara. Namun, persepsi lama itu mulai sirna saat ia mengikat perpanjangan kontrak baru dengan Manchester United, Kamis (25/1) malam waktu Inggris.
Manajer berjuluk ”Si Spesial” itu mengikat janji setia di ”Setan Merah” hingga 2020 plus opsi perpanjangan semusim. Dengan demikian, Mourinho bisa terus bertahan di Old Trafford hingga 2021. Sebelumnya, saat pertama kali dikontrak MU pada Mei 2016, manajer bergelimang prestasi ini hanya mengikat diri dengan klub itu selama tiga tahun alias hingga 2019.
Jika Mourinho terus bertahan di Old Trafford hingga paling tidak tahun 2020, itu bakal menjadi rekor baru baginya. Ia adalah manajer yang paling tidak betah berlama-lama di sebuah klub. Dikutip dari Transfermarkt, situs yang mencatatkan kontrak setiap pelatih dan pemain sepak bola profesional di dunia, rata-rata durasi kontrak Mourinho adalah 2,1 tahun.
Jika Mourinho terus bertahan di Old Trafford hingga paling tidak tahun 2020, itu bakal menjadi rekor baru baginya. Ia adalah manajer yang paling tidak betah berlama-lama di sebuah klub.
Si Spesial, dalam perjalanan kariernya, memang tidak pernah tinggal di satu klub lebih dari tiga tahun. Di FC Porto, klub yang membesarkannya, misalnya, Mourinho hanya mampu bertahan 2,5 tahun. Setali tiga uang, di Inter Milan, ia hanya betah dua tahun. Namun, dalam periode yang singkat, ia mampu meraih enam trofi penting di kedua klub itu, yaitu 2 trofi Liga Portugal, 2 trofi Liga Italia, dan 2 trofi Liga Champions.
Manajer asal Portugal itu memang pernah lebih dari tiga tahun menangani sebuah klub, yaitu Chelsea. Ia bahkan pernah lima tahun tinggal di klub Inggris itu. Namun, durasi lima tahun itu dibagi dalam dua periode berbeda, yaitu 2004-2007 dan 2013-2015. Lagi-lagi, Mourinho juga mengoleksi banyak trofi di klub itu, antara lain 3 trofi Liga Inggris, 3 trofi Piala Liga, dan 1 trofi Piala FA.
Pernah menolak komitmen
Menariknya, dalam sebuah wawancara pada Oktober 2017, Mourinho pernah menolak berkomitmen di MU, apalagi dibandingkan dengan pendahulunya, Sir Alex Ferguson, yang seolah ”menikahi” MU. Manajer legendaris di Inggris itu hampir 27 tahun menangani Setan Merah.
”Saat ini, di era sepak bola modern, ada manajer yang tetap bertahan di sebuah klub selama 15 atau 20 tahun. Arsene Wenger (Manajer Arsenal) adalah yang terakhir,” ujarnya seperti dikutip The Guardian, Oktober lalu.
Si Spesial kepincut pada atmosfer kondusif di MU. Di tim terkaya di dunia itulah ia merasa ’lebih hidup’.
Lantas, apa yang membuat Mourinho kini berubah pikiran dan beritikad mengabdi lebih lama kepada Setan Merah? Si Spesial kepincut pada atmosfer kondusif di MU. Di tim terkaya di dunia itulah ia merasa ”lebih hidup”. Ia merasa sangsi bisa mendapatkan hal serupa di klub lain.
”Adalah sebuah keistimewaan bisa berada di klub ini, bekerja dengan sekelompok anak-anak yang fantastis,” ujarnya.
”Kontrak awal saya adalah tiga tahun. Namun, sekarang jelas, kontrak itu tidak lagi tiga tahun, tetapi bisa empat atau lima tahun. Siapa tahu bahkan bisa lebih dari itu. Saya cinta dengan para pemain saya. Kami sekarang menciptakan kondisi untuk masa depan yang brilian dan penuh kesuksesan di MU,” tutur Mourinho menambahkan.
Gairah baru Mourinho ini tidak terlepas dari keberhasilan MU menggaet salah satu penyerang tersubur dan kreatif di Liga Inggris, Alexis Sanchez. Ia menganggap eks bintang Arsenal itu sebagai ”kepingan terakhir” yang melengkapi mozaik barisan bintang di MU. Dengan kehadiran Sanchez, Mourinho merasa memiliki skuad kompetitif untuk meraih trofi Liga Champions.
Dengan koleksi dua trofi Liga Champions dan dua Liga Europa di tiga klub berbeda, Mourinho paham betul bagaimana caranya berjaya di kompetisi Eropa. Sanchez menawarkan jalan untuk meraih trofi impian semua klub di Eropa itu. Sanchez tidak hanya punya kualitas teknik mengolah bola di atas rata-rata, tetapi juga visi permainan dan insting mencetak gol. Ia mengingatkan publik MU akan ketajaman mantan bintangnya, Cristiano Ronaldo.
Dengan kehadiran Sanchez, Mourinho merasa memiliki skuad kompetitif untuk meraih trofi Liga Champions.
Sebelum Sanchez hadir, MU sebetulnya telah memiliki pemain yang setipe, yaitu Anthony Martial. Penyerang muda asal Perancis itu juga punya akselerasi membawa bola di atas rata-rata. Hanya saja, visi dan teknik dribbling Martial tidak sebaik Sanchez. Ketiadaan penggocek bola yang mampu menusuk ke jantung pertahanan lawan seperti Wayne Rooney di MU satu dekade lalu membuat serangan tim itu kerap terlihat monoton, terutama ketika menghadapi tim-tim dengan taktik ”parkir bus”.
Liga Champions
Kehadiran Sanchez bakal memperkaya MU. Setan Merah bakal memiliki lebih banyak variasi serangan, tidak hanya mengandalkan umpan-umpan silang dengan keunggulan duel di udara barisan pemain jangkung, seperti Romelu Lukaku, Paul Pogba, atau Marouane Fellaini.
Sanchez bisa menjadi ”pisau” yang menyayat-nyayat pertahanan atau setidaknya merusak konsentrasi lawan sehingga mampu membuka ruang bagi striker seperti Lukaku.
Variasi gaya bermain seperti itu sangat dibutuhkan Setan Merah untuk menandingi para raksasa menakutkan di Eropa, seperti Barcelona, Paris Saint-Germain, dan Manchester City. Besarnya kans MU untuk meraih trofi Liga Champions membuat pejabat Setan Merah tidak berpikir ulang untuk melanjutkan proyek besarnya bersama Mourinho.
Sanchez bisa menjadi ’pisau’ yang menyayat-nyayat pertahanan atau setidaknya merusak konsentrasi lawan sehingga mampu membuka ruang bagi striker seperti Lukaku.
Sejauh ini, para pejabat MU puas dengan kinerja Mourinho. Di musim pertamanya, ia sukses mengantarkan dua trofi, yaitu Liga Europa dan Piala Liga Inggris, untuk MU.
”Ia telah membawa energi dan ambisi kesuksesan seperti yang telah ia capai selama ini. Saya yakin, ia akan melanjutkan hasil yang menggembirakan untuk fans dan klub,” ujar CEO Manchester United Ed Woodward. (BBC)