Sejak Muda Miliki Bekal Keuangan Mandiri Berkat Saham
Peribahasa \'sedikit demi sedikit, lama-lama menjadi bukit\' relevan bagi para investor muda. Awalnya hanya ratusan ribu, kini berkali-kali lipat.
Memulai investasi saham sejak usia 20 tahun, mereka kini tengah menikmati keuntungannya dalam hidup sehari-hari.
Investasi saham atau menanamkan uang di pasar modal untuk memperoleh keuntungan tidak hanya kegiatan milik perusahaan, tetapi seorang individu.
Dalam konteks ini, laba yang diperoleh dapat berdampak langsung pada kehidupan pribadi investor saham itu.
Berdasarkan riset yang dikeluarkan oleh Acorns, mayoritas generasi yang lahir pada 1980 sampai 2000 sudah merasakan pentingnya berinvestasi sejak dini. Dari skala 1 sampai 10, mereka memberi angka 7 untuk urgensi berinvestasi.
Salah satunya William Prasetyo (27) yang masuk ke dunia saham saat masih menjadi mahasiswa. Awalnya, dia dikenalkan oleh orangtuanya pada bursa efek saat usianya 20 tahun.
Setahun kemudian, dia membuka rekening saham dan menyadari kalau ivestasi saham ini gaya hidup yang baik.
"Investasi saham menyadarkan, saya tidak hidup hanya untuk hari ini, tetapi juga tahun-tahun mendatang. Saya tidak hidup untuk diri saya sendiri, tetapi juga untuk sekitar, termasuk keluarga saya nantinya," tuturnya saat ditemui di Jakarta, Sabtu (26/1).
Karena kesadaran itu, William mengalokasikan 50 persen dari pendapatannya untuk investasi saham, 25 persen untuk tabungan, dan 25 persen untuk kebutuhannya sehari-hari.
Saham merupakan instrumen yang ditempuhnya dalam menyiapkan dana untuk menikah, berkeluarga, serta aset hunian dan otomotif.
Saham merupakan instrumen yang ditempuhnya dalam menyiapkan dana untuk menikah, berkeluarga, serta aset hunian dan otomotif.
Saat ini, William memegang dua saham perusahaan. Setiap tiga bulan sekali, dia menjual sahamnya untuk mengambil keuntungan.
Kesadaran pentingnya saham sebagai instrumen investasi juga disadari oleh Kenny Marcellino (18). Dia tengah mengambil kelas-kelas pengelolaan saham untuk lebih memahaminya.
Selama tiga sampai empat bulan, Kenny sudah menabung untuk membuka rekening saham. Kira-kira satu atau dua bulan lagi dia akan mendaftar ke bursa.
Dalam pandangan Kenny, investasi saham merupakan pendapatan pasif yang dapat menstabilkan pendapatan aktif. "Ini cara lain buat mencari penghasilan. Pendapatan aktif tetap perlu, tapi tidak cukup," ujarnya.
Secara jangka pendek, Kenny berniat memperlebar sahamnya dan dilipatgandakan. Hasilnya, untuk kebutuhan mendatang secara jangka panjang.
Modal hidup
Tidak hanya mengajarkan investornya tentang keuangan, lebih dari itu, dunia saham juga mengajarkan sikap hidup.
"Saya mendapatkan kepercayaan diri, konsistensi, dan keberanian mengakui kesalahan karena mengelola investasi saham, terutama untuk percaya pada analisis dari diri sendiri," kata William.
Kalau kajiannya sudah meyakinkan untuk menjual atau membeli saham, William berkomitmen untuk memutuskan sesuai keyakinannya itu. Karena terbiasa, dia juga memiliki sikap konsistensi dalam dirinya.
Kalau saya membuat keputusan tidak tepat dengan saham yang saya pegang, saya harus berani mengakuinya dan mengevaluasi pengelolaannya.
Jatuh bangun dalam investasi saham mengajarkan William untuk berani mengakui kesalahan.
"Kalau saya membuat keputusan tidak tepat dengan saham yang saya pegang, saya harus berani mengakuinya dan mengevaluasi pengelolaannya," katanya.
Dunia saham juga memberikan wawasan bagi para investor. "Untuk mengamati perkembangan saham, saya sering membaca berita. Karena itu, saya bisa ngobrol-ngobrol dengan berbagai topik," kata Jason Gozali, pria kelahiran 1991 yang mendirikan Komunitas Investor Muda, saat ditemui di Jakarta, Sabtu (27/1).
Jalan-jalan
Dalam jangka pendek, investasi saham memberi keuntungan yang dapat digunakan untuk jalan-jalan. Jason mengatakan, dia bisa jalan-jalan minimal sebulan sekali saat ini. Sebelum investasi saham, frekuensinya kurang dari sebulan sekali.
Bahkan, Jason berkomitmen, biaya jalan-jalan dalam rangka berlibur hanya berasal dari keuntungannya di pasar saham.
Kalau saya mau travelling tiga atau empat bulan mendatang, saya langsung targetkan untuk mendapatkan keuntungan saham selama tiga atau empat bulan ke depan.
"Kalau saya mau travelling tiga atau empat bulan mendatang, saya langsung targetkan untuk mendapatkan keuntungan saham selama tiga atau empat bulan ke depan untuk travelling," ujarnya.
Selain jalan-jalan, keuntungan yang didapatkan juga bisa meningkatkan frekuensi berpergian bersama teman sehari-hari. Ini dialami oleh penulis buku \'#YukBelajarSaham untuk Pemula\' Frisca Devi selama berkuliah sekitar tujuh tahun silam.
Perempuan kelahiran 1992 itu juga memiliki sumber dana darurat karena investasi saham. "Kalau tiba-tiba butuh uang, saya bisa menjual saham yang saya miliki," ucapnya saat dihubungi, Sabtu (27/1).
Untuk pemula
Memulai investasi saham membutuhkan minimal Rp 100.000. "Uang itu digunakan untuk membuka rekening saham," kata penulis buku \'Yuk Belajar Nabung Saham\' Ryan Filbert dalam acara bedah buku di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (27/1).
Tak perlu menunggu menjadi pekerja, saat masih menjadi mahasiswa juga dapat berinvestasi. "Waktu itu saya kuliah dengan beasiswa. Dari uang beasiswa itu, saya menabung selama tiga bulan hingga mencapai Rp 500.000. Lalu, saya mulai berinvestasi saham dengan modal itu," ujarnya.
Ketika pertama kali memasuki dunia saham, Frisca membeli saham perusahaan mi instan. Dia merasa pertumbuhan perusahaan itu menjanjikan karena konsumennya banyak, termasuk dirinya yang sering mengonsumsi produknya.
Kita harus mendisiplinkan diri untuk mengalokasikan pendapatan kita minimal setiap sebulan sekali untuk investasi saham.
Bagi Jason, sebagai investor pemula, saham-saham yang dibeli dapat berasal dari perusahaan yang produk-produknya sering dikonsumsi.
"Kalau kita berani menjadi konsumen perusahaan itu, kenapa tidak kita sekalian menjadi pemilik sahamnya? Ini salah satu sudut pandang untuk mendorong kita berani berinvestasi pada suatu perusahaan," tuturnya.
Apabila modal yang tersedia kurang dari Rp 1 juta, Jason menyarankan menggunakan jasa reksadana. Pada prinsipnya, reksadana sama seperti investasi saham, tetapi ada manajer yang mengelolanya.
Dalam investasi saham, kesabaran dan kedisiplinan dibutuhkan. "Kita harus mendisiplinkan diri untuk mengalokasikan pendapatan kita minimal setiap sebulan sekali untuk investasi saham," ujar Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia Prita Hapsari Ghozie dalam acara bedah buku di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (27/1).
Berani rugi
Fluktuasi pasar saham yang menyebabkan untung-rugi merupakan hal yang wajar. "Naik-turunnya pasar saham ini biasa. Justru saat rugi, ini melatih mental dan kepercayaan diri," kata Jason.
Jason mengalokasikan 25 persen dari penghasilannya untuk berinvestasi saham. Tujuannya, apabila dia merugi di pasar saham, dia tidak bangkrut.
Rasa \'sakit\' dan kerugian secara keuangan itu sebenarnya secara tidak langsung \'biaya\' belajar dalam mengelola saham yang datang dari pengalaman.
Menurut Jason, investor membutuhkan rasa \'sakit\' dari peristiwa rugi di pasar saham. "Rasa \'sakit\' dan kerugian secara keuangan itu sebenarnya secara tidak langsung \'biaya\' belajar dalam mengelola saham yang datang dari pengalaman," katanya.
Untuk meminimalkan kerugian, Frisca menganjurkan membagi alokasi keuangan untuk investasi saham. Alokasinya, 80 persen ditanamkan di pasar saham, sedangkan 20 persen di reksadana.
Pemuda-pemuda ini tak perlu menunggu satu dekade untuk menikmati hasil dari investasi saham. Mulai dari belanja kebutuhan hingga cicilan aset hunian. Bahkan, tanpa disadari, mereka juga telah berkontribusi terhadap pendapatan negara melalui pasar saham. (DD09)