Seniman Indonesia Dapat Tempat di Art Stage Singapura
Oleh
Mohammad Hilmi Faiq
·3 menit baca
Art Stage Singapore baru saja berakhir pada Minggu, 28 Januari 2018. Ada hal yang membanggakan, yakni karya-karya seniman Indonesia mendapat tempat khusus meskipun Art Stage kali ini lebih fokus pada karya-karya seniman Thailand.
Kali ini Art Stage melibatkan ratusan karya yang dipajang oleh sedikitnya 84 galeri. Salah satunya adalah UOB Art Space yang memajang beberapa karya seniman Indonesia, yakni karya Anggar Prasetyo dan Gatot Indrajati. Karya mereka bahkan sudah ditawar sejak hari pertama.
Anggar Prasetyo merupakan pemenang dalam kompetisi UOB Painting of the Year 2015 di kategori pelukis profesional.
Lewat lukisannya yang bertajuk ”Exploitation of Fish” itu dia juga dinobatkan sebagai UOB Southeast Asian Painting of the Year pada tahun yang sama. Dia mengalahkan karya-karya seniman dari Malaysia, Singapura, dan Thailand.
\'Exploitation of Fish\' bercerita tentang ketidakpedulian manusia terhadap lingkungannya dengan menangkap ikan secara berlebihan.
Juri terpukau dengan teknik lukisan dan narasi di balik karyanya itu. ”Exploitation of Fish” bercerita tentang ketidakpedulian manusia terhadap lingkungannya dengan menangkap ikan secara berlebihan.
Kali ini di Art Stage, Anggar memajang karyanya yang bertajuk ”Rhythm #5”, sebuah lukisan abstrak yang menarasikan kehidupan manusia.
Karya berukuran 190 cm x 190 cm ini berupa imaji sebuah bidang entah kayu atau tembok, yang semuanya berwarna biru.
Bidang itu tadi seperti tertutup oleh kain atau plastik basah, yang di baliknya terdapat kepala paku sehingga memunculkan kesan bintik atau benjol secara merata dalam jarak tertentu.
Bagi Anggar, itu mewakili misteri kehidupan. Bahwa kehidupan manusia memang sudah diatur sedemikian rupa, itu benar adanya, tetapi tetap saja menyimpan misteri-misteri yang sulit ditebak seperti benjolan yang tertutup kain tadi.
Apakah benjolan itu berupa rezeki, jodoh, atau bahkan hari kematian, tidak ada manusia yang tahu pasti. Ini semacam ketidaktahuan di dalam pengetahuan.
”Kita tahu bahwa akhirnya akan mati, tetapi tidak tahu kapan kematian itu datang,” begitu Anggar menggambarkan.
Karya ini dibanderol sekitar 130 dollar Amerika Serikat (AS). ”Sejak hari pertama sudah ada yang ngetag,” kata Assistant Vice President Strategic Communications and Customer Advocacy UOB Indonesia Fatma Tri Hapsari.
Lewat karya bertajuk \'Right or Wrong My Home\', Gatot menggambarkan betapa rumah atau negara sendiri itu lebih dicintai betapa pun semrawutnya.
Hari pertama Art Stage hanya dibuka untuk media dan tamu VIP, termasuk di dalamnya para kolektor.
Sementara itu, Gatot adalah juara kompetisi UOB Painting of the Year 2016. Lewat karya bertajuk ”Right or Wrong My Home”, Gatot menggambarkan betapa rumah atau negara sendiri itu lebih dicintai betapa pun semrawutnya.
Kali ini dia memamerkan delapan karya mungilnya di Galeri UOB. Karya berdimensi 30 cm x 21 cm ini dia kerjakan menggunakan media kertas dan cat air.
Mari coba kita simak beberapa karyanya. Salah satunya bertajuk ”Idea”, yang menggambarkan robot bertangan manusia serta berkepala manusia yang dibungkus kotak elektronik mirip tabung televisi.
Telinga dan tangan robot tadi mengeluarkan asap dan api. Kesan yang ingin disampaikan adalah betapa bergairahnya setiap manusia ketika menemukan gagasan atau ide, seolah-olah kepala dan tangannya berapi.
Karya lain berupa rumah kayu yang dihuni makhluk aneh, mirip alien. Rumah dijatuhi ikan-ikan dari langit.
Karya bertajuk After Rain itu menggambarkan hubungan antara manusia dan alam. Ketika manusia ramah kepada alam, alam akan memberi berkah berlimpah.
”Sebenarnya karya-karya saya berbau robot karena tema UOB kali ini tentang robot,” kata Gatot, yang karyanya laku lima buah dalam Art Stage Singapore.
Robot menjadi tema pokok UOB. Adapun tema utama Art Stage Singapore adalah tentang identitas lokal.
Pendiri sekaligus Presiden Art Stage Singapore Lorenzo Rudolf dalam ceramah pembukaan Art Stage Singapore mengatakan, ajang ini telah memiliki pengaruh luas di Asia.
Untuk itu, Art Stage Singapore edisi kedelapan ini akan lebih fokus pada penguatan identitas lokal, identitas Asia Tenggara.
”Art Stage kali ini fokus pada tiga hal penting yang saling berinteraksi, yakni artistik, kewilayahan, dan personal,” ujarnya.
Meskipun begitu, karya-karya seniman Indonesia di Art Stage Singapore mendapat apresiasi tinggi, termasuk di dalamnya karya-karya seniman lain dari Indonesia, seperti Heri Dono dan Ivan Sagita.