MEDAN, KOMPAS — Komando Armada RI Kawasan Barat TNI Angkatan Laut menangkap tiga penyelundup yang membawa kapal berisi 25 ton beras ketan di perairan Air Masin, Kabupaten Aceh Tamiang, Aceh. Penyelundupan beras ketan asal Thailand terus masuk ke perairan Indonesia karena selisih harga jual yang tinggi.
”Modusnya masih sama seperti sebelumnya. Pelaku mengangkut beras ketan dengan kapal kayu nelayan dan berlayar pada malam hari untuk mengelabui dan menghindari petugas,” kata Kepala Dinas Penerangan Pangkalan Utama TNI Angkatan Laut I Belawan Mayor (Mar) Jayusman, Rabu (31/1).
Jayusman mengatakan, penyelundupan beras ketan dari Thailand ke Sumatera bagian utara telah terjadi beberapa kali. Para penyelundup tergiur dengan harga beras ketan di Thailand yang murah, yakni di bawah Rp 10.000 per kilogram. Sementara di Indonesia harga beras ketan Rp 16.000-Rp 17.000 per kg.
Penyelundupan beras ketan dari Thailand ke Sumatera bagian utara telah terjadi beberapa kali.
Sebelumnya, November tahun lalu, Pangkalan Utama TNI Angkatan Laut I Belawan menggagalkan penyelundupan 60 ton beras ketan dan Oktober lalu 40 ton. Beras ketan selundupan sangat berbahaya bagi kesehatan masyarakat karena tidak melalui pemeriksaan keamanan pangan dan karantina.
Selain itu, petani bisa merugi karena harga beras ketan di dalam negeri bisa jatuh. Beras ketan selundupan itu biasanya dikirim ke Medan.
Beras OP diperdagangkan
Sebagian beras yang dijual dalam operasi pasar (OP) yang digelar Pemerintah Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, Rabu, dibeli oleh pedagang. Beras itu dibeli dengan harga Rp 9.000 per kg, kemudian dijual kembali dengan harga Rp 10.000-Rp 11.000 per kg.
Zuliyah, salah seorang pedagang di Pasar Kliwon, Kabupaten Temanggung, mengatakan, 2 kuintal beras yang dibelinya dalam OP akan dijual kembali dengan harga Rp 10.000 per kg.
”Di tengah mahalnya harga beras sekarang, beras dengan harga di bawah Rp 11.000 per kg, bagaimanapun kualitasnya, akan tetap diminati,” ujarnya. Beras itu akan dijual dalam kemasan terpisah dan tidak akan dioplos dengan beras jenis lainnya.
Zuliyah mengatakan, ia juga membeli beras saat OP sebelumnya dan menilai beras tersebut berkualitas cukup bagus karena laku terjual. Hal serupa dilakukan pedagang lainnya, Nurul. Karena berkesempatan mendapatkan beras dengan harga murah, ia pun berniat menjualnya kembali. Akan tetapi, karena baru pertama kali membeli, dia pun tidak terlalu yakin beras itu akan laris terjual. (NSA/EGI)