Empat Orang Sekeluarga Tewas Terbakar karena Sulit Mencari Jalan Keluar
JAKARTA, KOMPAS — Empat orang sekeluarga tewas terbakar di rumahnya setelah kesulitan mencari jalan keluar. Gunawan (80), Lani (75), Chen Chen (38), dan Edy (40) tewas dalam keadaan hangus di Jalan Pedongkelan Raya, RT 009 RW 009, Kelurahan Kapuk, Cengkareng, Jakarta Barat.
Mereka adalah satu keluarga. Rumah mereka serta kios-kios yang mereka sewakan terbakar pada Kamis (1/2) malam. Hingga Jumat (2/2) malam, belum ada anggota keluarga lain yang datang mengurus jenazah mereka.
Keluarga itu masih memiliki satu anggota keluarga lagi yang tinggal di luar negeri. Ketua RT 009 Thio mengatakan, anggota keluarga yang dimaksud adalah anak ketiga dari pasangan suami-istri Gunawan dan Lani. Edy adalah anak pertama, sedangkan Chen Chen anak kedua.
”Mereka tinggal berempat. Suami-istri dan dua anak. Tetapi, masih ada satu lagi yang tinggal di luar negeri. Belum ada tanda-tanda buat urus jenazah dari keluarga atau kerabat,” kata Thio di lokasi kejadian, Jumat siang.
Thio menyatakan, keluarga itu cukup tertutup. Mereka jarang mengikuti kegiatan-kegiatan di lingkungan tempat tinggal. ”Memang enggak pernah keluar. Istrinya sudah sangat tua, sedangkan suaminya sudah stroke,” kata Thio.
Thio menambahkan, meski keluarga itu sudah tinggal di sana sejak 1980-an, secara administratif mereka tidak terdaftar sebagai warga Kelurahan Kapuk.
”KTP mereka masih terdaftar sebagai warga (kelurahan) Pejagalan. Saya juga sudah minta data diri mereka sejak tiga tahun yang lalu, tetapi sampai saat ini tidak pernah diberikan,” ujar Thio.
Para tetangga lebih mengenal mereka sebagai pemilik kios-kios sewa yang dibangun seolah memagari rumah mereka. Andre (37), warga sekitar, mengatakan, anggota dari keluarga itu yang paling sering dilihat adalah Lani. Ia selalu melihat Lani sebagai penagih uang sewa kios.
”Setiap melihat ibu (Lani), saya hanya tahu dia sebagai pemilik kios-kios. Saya selalu lihat saat dia menagih sewa kios kepada para pedagang,” kata Andre.
Hal serupa dirasakan oleh Akin (53), penyewa kios. Hanya Lani yang cukup dikenal oleh Akin dari semua anggota keluarga itu. Akin yang telah menyewa kios itu sejak 1980 pun merasa hubungan yang tercipta antara keduanya hanyalah transaksional.
”Ya, dia datang kalau mau menagih uang sewa saja. Berkunjung ke rumahnya pun saya tidak pernah,” kata Akin.
Jumat siang, warga sekitar mengerumuni lokasi kejadian. Sejak pukul 10.00, garis pembatas polisi sudah dipasang dan warga dilarang melewatinya. Hampir semua warga yang ditanyai tidak banyak mengetahui keluarga itu. Hanya sang ibu yang reputasinya sebagai penarik uang sewa kios tenar di mata mereka.
Tidak menyadari kebakaran
Leni (23), penyewa kios, baru saja sampai kiosnya sekitar pukul 08.00. Ia lanjut beristirahat di lantai dua kiosnya. Saat merebahkan badan, mendadak ia mencium bau asap. Ia pun keluar untuk mengecek apa yang sedang terjadi.
Ternyata, ada asap mengepul dari rumah Lani. Asap itu mengepul tebal. Dalam waktu kurang dari 15 menit, Leni mengatakan, asap itu berubah menjadi kobaran api.
”Belum sempat mengambil barang-barang. Asap sudah jadi api. Saya langsung lari menyelamatkan diri,” kata Leni.
Hal itu dialami pula oleh Akin. Ia sedang merapikan catatan nota dagangannya dan merasakan hawa udara bertambah panas. Ia juga mendengar keributan dari luar kiosnya. Ketika Akin keluar, ia melihat api telah menjalar dari jendela-jendela rumah Lani.
Lalu, api itu menjilati lantai dua kios-kios yang terbuat dari kayu. ”Tak perlu waktu lama, cukup 15 menit saja, api melahap kios-kios itu dan warna merah berkobar-kobar di udara,” cerita Akin.
Pernyataan Akin dibenarkan oleh Aidil (24), penyewa kios lainnya. Saat ia datang, api menjalar begitu cepat dari satu kios ke kios lainnya. ”Enggak lama. Sekitar 15 menit, semuanya sudah terbakar,” kata Aidil.
Aidil mengatakan, pemadam kebakaran mulai datang sekitar pukul 21.30. Pemadaman berlangsung selama tiga jam. Pukul 00.45, api dapat dijinakkan.
Para penyewa kios tidak menyadari bahwa keluarga pemilik kios masih berada di dalam rumah saat kebakaran terjadi. Sebab, mereka tidak mendengar suara minta tolong dari dalam dan mencium bau asap begitu saja. Seperti yang dialami oleh Leni. ”Saya tidak dengar ada teriak-teriak minta tolong dari dalam,” kata Leni.
Andre mengatakan hal senada. Ia tak mendengar kepanikan dari dalam rumah itu. ”Karena tidak ada teriakan dari sumber api, mungkin yang menyebabkan tidak ada yang sadar sebelum api membesar,” kata Andre.
Namun, Andre mendengar ada keributan sebelum kebakaran terjadi. ”Saya mendengar bunyi pecahan kaca. Tetapi, saya membiarkannya. Hal itu sudah sering terjadi,” kata Andre. Ia menceritakan, pertengkaran dalam keluarga itu kerap terdengar ke tetangga sekitar.
Kebakaran mengakibatkan 11 kios dan satu rumah hangus terbakar. Kios yang berlantai dua tinggal bersisa lantai dasarnya. Lantai dua kios itu menjadi kayu arang yang telah runtuh.
Kios-kios itu terdiri dari kios bahan kebutuhan pokok, bengkel las, bengkel motor, warung nasi, kios jamu, salon, tempat fotokopi, dan lain-lain. Barang-barang yang ditinggal di kios itu banyak yang tidak dapat diselamatkan.
Terlihat mesin fotokopi yang penyok di beberapa bagiannya. Akin (53), pemilik kios bahan kebutuhan pokok, hanya bisa menyelamatkan dua botol saus sambal dan satu botol kecap dari tokonya.
Sementara itu, tembok rumah pemilik kios tampak menghitam. Atapnya bolong dan warna hitam mendominasi hampir seluruh rumah.
Penyebab kebakaran itu adalah api yang menyala dari dapur. Satu keluarga itu tewas karena sulit mencari jalan keluar.
Kepala Kepolisian Sektor Cengkareng Komisaris Agung Budi Laksono menyatakan, penyebab kebakaran itu adalah api yang menyala dari dapur. Satu keluarga itu tewas karena sulit mencari jalan keluar. Saat dievakuasi, korban semuanya sudah meninggal.
”Dugaan dari saksi-saksi, sumbernya itu dari kompor. Rumahnya sangat tertutup. Korban kesulitan keluar,” kata Agung, saat dihubungi.
Rumah Gunawan, yang diduga menjadi tempat terjadinya kebakaran, sangat tertutup. Kios-kios yang disewakan itu dibangun seolah memagari rumahnya dan menempel dengan tembok rumahnya.
Hampir setiap jendela rumahnya dipasangi terali. Apabila kebakaran terjadi, evakuasi melalui jendela terasa sulit dilakukan karena terali-terali itu terbuat dari besi. Bahkan, terali-terali itu hanya menghitam warnanya dan tidak rusak setelah dilalap api dalam waktu lebih dari 3 jam.
Agus mengatakan, satu-satunya pintu keluar adalah rolling door yang terkunci saat kebakaran terjadi. Warga berhasil membuka rolling door itu ketika kebakaran terjadi untuk menyelamatkan dua mobil untuk mencegah kebakaran menjadi semakin besar.
Agus menyampaikan, empat jenazah ditemukan di lantai bawah. Jenazah Gunawan berada di ranjang. Sementara, jenazah Lani berada di kamar mandi. Jenazah Chen Chen berada di kamar mandi lain yang berbeda dengan Lani. Lalu, jenazah Edy terdapat di dapur.
Ia menambahkan, keempat jenazah itu dibawa ke Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo setelah dievakuasi. (DD16/DD17)