SAMPANG, KOMPAS — Kematian Ahmad Budi Cahyono (27), guru honorer SMAN 1 Torjun, Sampang, Madura, akibat dianiaya MH (17), muridnya sendiri, terjadi akibat lemahnya posisi guru. Karena harus menjadi panutan, Ahmad tidak melawan ketika dianiaya MH.
Kematian Ahmad, menurut Ketua Dewan Pendidikan Jawa Timur Prof Akhmad Muzakki, terjadi karena relasi sosial guru, dengan murid dan orangtua murid, lemah.
”Antara guru dan murid seharusnya seimbang. Namun, kini (posisi) siswa cenderung lebih kuat, apalagi muridnya anak tokoh masyarakat sehingga merasa bisa berbuat apa saja kepada gurunya,” kata Akhmad, Jumat (2/2), di Surabaya.
Ketua Umum PGRI Unifah Rosyidi, di sela-sela Konferensi Kerja Nasional V PGRI di Batam, mengatakan, penganiayaan terhadap guru oleh siswa sangat memilukan dan memprihatinkan. ”Kami minta kasus ini diinvestigasi serius. Kami harap sekolah, guru, dan orangtua dapat membangun hubungan baik dengan rutin berkomunikasi agar masalah pendidikan anak bisa ditangani bersama,” kata Unifah.
Kami minta kasus ini diinvestigasi serius.
Ahmad meninggal Kamis (1/2) setelah dianiaya MH, siswa kelas XII, saat pelajaran Seni Rupa. Kepala Bidang Humas Polda Jatim Komisaris Besar Frans Barung Mangera mengatakan, penganiayaan terjadi ketika Ahmad mengingatkan MH.
Ahmad mengajar seni lukis dan meminta muridnya melukis. Alih-alih mengerjakan tugas, MH mengganggu temannya. Korban mengingatkan MH, tetapi tidak diindahkan. Peringatan kedua juga diabaikan MH. ”Akhirnya korban mencoret pipi MH dengan cat lukis,” kata Barung.
MH yang tidak terima dengan tindakan gurunya lalu menganiaya Ahmad. Siswa itu memukul leher, kepala, dan tengkuk gurunya, disaksikan siswa lain. Ahmad tidak melawan. Keduanya dilerai siswa lain dan Ahmad melapor kepada kepala sekolah.
”Kepada kepala sekolah, Ahmad mengatakan tidak ada apa- apa. Dia melindungi MH agar tidak ditegur pihak sekolah,” kata Kepala Dinas Pendidikan Jatim Saiful Rahman.
Namun, setiba di rumahnya di Desa Jrengik, Kecamatan Jrengik, korban pingsan. Dia dibawa ke RSUD Sampang dan dirujuk ke RS Dr Soetomo, Surabaya, karena kritis. ”Korban tak tertolong karena terjadi pendarahan di otak dan didiagnosis mati batang otaknya saat divisum,” kata Barung. Setelah mendapatkan informasi kematian Ahmad, polisi menangkap MH.(SYA/GER/ELN)