JAKARTA, KOMPAS — Kebakaran terus terjadi di Jakarta. Berdasarkan data Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan DKI Jakarta, dalam sehari di Jakarta bisa terjadi dua hingga empat kebakaran. Masalah terkait listrik, rokok, kompor, dan kelalaian menjadi empat faktor penyebab utama kebakaran yang merenggut nyawa serta menyebabkan kerugian material amat besar, juga memicu masalah sosial. Hingga kini belum ada solusi antisipatif yang berdampak masif dan efektif untuk mencegah kebakaran di Ibu Kota.
Kejadian terakhir, kebakaran melahap satu rumah dan 11 kios di Jalan Pedongkelan Raya, Cengkareng, Jakarta Barat. Api mengamuk sejak Kamis (1/2) sekitar pukul 21.00 hingga Jumat (2/2) dini hari. Pemicu munculnya api belum diketahui pasti. Penghuni rumah, pasangan Gunawan (80) dan Lani (75), serta anaknya, Edy (40) dan Cencen (38), tewas terbakar.
Thio, Ketua RT 009, yang menjadi lokasi kebakaran, mengatakan, mobil pemadam kebakaran tiba di lokasi tak lama setelah api besar. Proses pemadaman berlangsung sekitar tiga jam. Kepala Sektor Cengkareng Dinas Pemadam Kebakaran Tri Marjono mengatakan, penyelidikan tentang penyebab kebakaran bisa memakan waktu hingga sebulan. ”Terlebih lagi saksi kuncinya meninggal,” kata Tri.
Pukul 16.00 kemarin, anggota kepolisian mensterilkan tempat kejadian dari warga sekitar. Anggota satuan Inafis (Indonesia Automatic Fingerprint Identification System) Polri membantu penyelidikan penyebab kebakaran.
Dari sisa rumah dan kios yang terbakar, terlihat rumah utama berlantai dua hanya memiliki satu pintu keluar-masuk. Sekeliling rumah rapat dengan tembok dan jajaran kios-kios.
Thio mengatakan, sepengetahuannya belum ada penyuluhan mengenai bahaya kebakaran dan tahapan kegawatdaruratan di wilayahnya. ”Warga mengetahui bahaya dan penanganan kebakaran secara mandiri,” katanya.
Leni (23), salah seorang warga yang tinggal di kios yang terbakar, mengungkapkan, di tempat usaha keluarganya ada alat pemadam api ringan (APAR). Namun, saat kejadian api sangat cepat membesar sehingga ia tak berani mengambil APAR untuk memadamkan api.
Musibah di Pedongkelan itu hanya berselang kurang dari sepekan dari kebakaran besar yang menghanguskan 268 rumah di Jalan Talib II dan Jalan Talib III, Krukut, Tamansari, Jakarta Barat, Sabtu (27/1). Kebakaran dipicu tindakan S (35), warga setempat, yang membakar rumahnya, tetapi lalu merambat ke rumah- rumah tetangganya. Kini penghuni 268 rumah itu hidup di tenda pengungsian. Nasib mereka selanjutnya belum jelas.
Perbanyak pos pemadam
Dari data DPKP DKI Jakarta, selama 2017 terjadi 1.226 kebakaran, 2016 tercatat 1.047 kebakaran, dan pada 2015 tercatat 1.642 kebakaran. Penyebabnya, lebih dari 70 persen kebakaran terkait listrik. Dua penyebab kebakaran terbesar berikutnya rokok dan kompor. Sisanya, penyebab lain dan yang tak diketahui pasti pemicunya.
Kepala DPKP DKI Jakarta Subejo mengatakan, jajarannya berupaya melakukan sosialisasi penggunaan peralatan listrik secara baik dan benar. Namun, kebakaran besar dengan korban jiwa terus terjadi. Masyarakat Jakarta, khususnya yang tinggal di permukiman padat, kurang memiliki kesadaran dalam penggunaan alat listrik secara aman.
Di sisi lain, kerja sama dengan PT PLN serta Asosiasi Kontraktor Listrik dan Mekanikal Indonesia juga belum maksimal dalam mengawasi dan menertibkan instalasi listrik di perumahan ataupun tempat usaha.
Menghadapi masalah yang terus berulang, DPKP berencana semakin mendekatkan diri ke masyarakat. Selama ini pos-pos petugas pemadam kebakaran ada di sejumlah suku dinas dan di kecamatan. Warga setempat akan direkrut dan dilatih kesiapsiagaannya.
”Tahun depan kami berencana menambah pos di tingkat kelurahan,” ujar Subejo.
Untuk tahun ini, yang dilakukan adalah penambahan pos di tingkat kecamatan. Ada tiga-lima pos baru. Baru untuk tahun depan juga direncanakan menambah jumlah unit kendaraan. (WIN/HLN/DD16/DD17)