Kartu Kuning Jelang Akhir Babak
Presiden Joko Widodo diacungi kartu kuning, tapi dia tidak sedang bertanding sepak bola. Kejadian ini berlangsung di tengah pidato Jokowi pada Dies Natalis Ke-68 Universitas Indonesia, Jumat (2/2).
Peserta yang berlaku bak wasit dengan mengacungkan map warna kuning itu adalah Zaadit Taqwa, Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa UI.
Tidak ada kelanjutan dari peristiwa itu karena Zaadit segera diantar meninggalkan ruangan tanpa insiden lanjutan.
Dalam peraturan sepak bola, pemberian kartu kuning dilakukan oleh wasit sebagai peringatan kepada pemain sepak bola yang melakukan pelanggaran ringan dan masih bisa melanjutkan permainan.
Apabila pelanggaran kembali dilakukan, pemain tersebut akan diganjar kartu merah yang berarti harus diusir dari lapangan.
Zaadit mengatakan, setelah acara, bahwa tindakannya merupakan bentuk aksi simbolis sebagai aspirasi kepada pemerintah agar segera menyelesaikan masalah gizi buruk di Asmat, Papua, diikuti keprihatian terkait penunjukan pelaksana tugas gubernur dari kalangan TNI atau kepolisian. Selain itu, juga tuntutan terakhir, yakni peraturan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi soal organisasi mahasiswa yang dianggap mengancam kebebasan berorganisasi dan gerakan kritis mahasiswa.
Presiden Jokowi sendiri menganggap santai aksi yang dilakukan itu. Dia bahkan berniat mengundang BEM UI agar terlibat langsung dalam aksi sosial di Asmat.
Di linimasa, acungan kartu kuning dari Zaadit dengan segera menjadi isu yang dibahas dengan intens. Kecaman datang dari mereka yang menganggap tindakan Zaadit tidak etis sampai menuding ada kepentingan politik di belakangnya.
Namun, ada pula kelompok yang memuji tindakan yang sama sebagai upaya membuka mata pemerintah atas segala ”pencitraan” yang dilakukan selama ini.
Layanan Keyhole sendiri mencatat setidaknya 31.800 twit yang memperbincangkan tagar #KartuKuningJokowi yang muncul sejak 2 Februari hingga Senin (5/2) ini. Kicauan masih terkonsentrasi di Pulau Jawa dengan Jakarta sebagai wilayah yang dominan.
Linimasa pun terpecah dengan sikap yang mendukung ataupun mengecam tindakan pengacungan kartu kuning tersebut. Beberapa mengecam Zaadit dan mengunggah rekam jejak digital yang diduga terkait dengan salah satu partai politik hingga pada tingkatan perundungan (bullying).
Tidak sedikit pula yang memberikan acungan jempol ataupun dukungan kepada tindakan Zaadit sebagai bentuk partisipasi mahasiswa dalam memberikan kritik kepada pemerintah.
Dan tidak ketinggalan, peristiwa ini pun dimanfaatkan oleh politisi yang selama ini berseberangan dengan pemerintah. Politisi Fahri Hamzah, misalnya, mengacungkan kartu merah saat membuka Musyawarah Kerja Nasional Keluarga Alumni Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia, Sabtu (3/2).
Setelah tagar #KartuKuningJokowi, muncul pula tagar #KartuMerahJokowi dengan narasi bahwa Presiden Jokowi sudah saatnya diganti pada Pilpres 2019. Beberapa akun Twitter mulai menggunakan foto profil berupa kartu kuning yang diacungkan.
Namun, tindakan Zaadit pun juga harus dimaknai secara positif, yakni upaya kontrol dari mahasiswa kepada pemerintah. Zaadit yang mengacungkan buku berwarna kuning dan dimaknai sebagai pertanda kartu kuning tidak perlu disikapi secara berlebihan.
Kartu kuning bisa jadi akan menjadi pesan yang akan berlanjut hingga beberapa waktu berikutnya. Terlebih tahun ini juga berlangsung Piala Dunia 2018 yang menyedot perhatian penggila bola seluruh dunia. Pesan dari acungan kartu kuning untuk Presiden pun bisa jadi akan menyelinap di tengah kemeriahan itu.