Longsor di Bogor akibat Tanah Tak Kuat Menahan Beban
BANDUNG, KOMPAS — Longsor yang terjadi di lima lokasi di Kabupaten Bogor pada Senin (5/2) disebabkan tanah tidak kuat menahan beban yang bertambah karena menyerap air hujan.
Daerah-daerah terjadinya longsor tersebut termasuk zona merah rawan longsor dalam peta perkiraan wilayah gerakan tanah yang dirilis oleh Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral.
Kepala Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Rudy Suhendar menjelaskan, tanah tidak mampu menahan beban berat karena menyerap air dari curah hujan yang begitu tinggi. Tanah di daerah itu, yang berjenis tanah vulkanik, memiliki sifat mudah lapuk dan gembur sehingga rentan memicu terjadinya longsor.
Tanah tidak mampu menahan beban berat karena menyerap air dari curah hujan yang begitu tinggi.
”Ketika tanah itu basah, beban yang harus ditopangnya itu bertambah. Satu meter kubik tanah basah saja bisa seberat satu ton, apalagi ini curah hujannya dalam skala luas dan dalam waktu yang lama. Beban yang harus ditanggung tanah bertambah, sementara kekuatannya berkurang,” ujar Rudy saat konferensi pers penjelasan longsor di kantor Badan Geologi, Kota Bandung, Selasa (6/2).
Turut hadir mendampingi Rudy, Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Kasbani dan Kepala Bidang Mitigasi Gerakan Tanah Badan Geologi Kementerian ESDM Agus Budianto.
Kasbani mengatakan, selain berada di lokasi rawan longsor, kekuatan tanah di daerah itu sudah banyak berkurang karena alih fungsi lahan hutan menjadi permukiman warga ataupun lahan kebun sayur.
Kekuatan tanah di daerah itu sudah banyak berkurang karena alih fungsi lahan hutan menjadi permukiman warga ataupun lahan kebun sayur.
”Meski tidak memengaruhi secara langsung, berkurangnya tanaman tegak sebagai resapan meningkatkan beban air yang harus diserap tanah,” ujar Kasbani.
Terlepas dari curah hujan yang tinggi dan alih fungsi lahan yang menurunkan kekuatan tanah, lima lokasi longsor yang tersebar di Kecamatan Cisarua, Kecamatan Ciawi, dan Kecamatan Cijeruk itu termasuk dalam zona merah dalam peta perkiraan wilayah gerakan tanah per Februari 2018 yang dirilis oleh Badan Geologi Kementerian ESDM.
Rudy menjelaskan, daerah yang diwarnai merah dalam peta itu menandakan bahwa daerah itu sangat rawan pergerakan tanah atau longsor. Selain warna merah yang mengindikasikan daerah sangat rawan, ada warna kuning yang mengindikasi kerawanan longsor sedang dan hijau yang mengindikasikan kerawanan longsor rendah.
- Akses ke Puncak Ditutup 10 Hari
- Tiga Korban Hilang di Cejruk Ditemukan Tewas
- Evakuasi Korban Longsor Dilanjutkan Besok
Daerah di zona merah disebut sangat rawan longsor karena kontur batuan dan karakteristik tanah yang gembur serta mudah lapuk. Daerah-daerah itu juga memiliki kemiringan bidang yang curam sehingga sangat rentan longsor.
”Di daerah zona merah itu longsor bisa terjadi berulang kali,” ujar Rudy.
Menindaklanjuti lima longsor yang serentak terjadi di Kabupaten Bogor kemarin, Rudy mengatakan, Badan Geologi sudah menurunkan tim untuk menghitung potensi risiko di lapangan. Apabila dalam observasi lapangan ditemukan risiko besar membahayakan warga, timnya akan memberikan rekomendasi penutupan area atau evakuasi warga setempat.
Rudy menjelaskan, selama curah hujan tinggi, daerah-daerah yang diwarnai merah dalam peta perkiraan gerakan tanah yang tiap bulan dirilis oleh Badan Geologi itu akan tetap berisiko tinggi longsor.
Di Kabupaten Bogor, daerah-daerah yang termasuk zona merah antara lain Kecamatan Cisarua, Kecamatan Ciawi, Kecamatan Megamendung, Kecamatan Sukamakmur, dan Kecamatan Caringin.
Tidak hanya di Kabupaten Bogor, daerah-daerah lain di Indonesia yang termasuk zona merah harus terus mewaspadai potensi longsor. Daerah-daerah itu antara lain Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Sumetera Barat.
Pencarian
Selain longsor di pelintasan kereta api yang terjadi di Kecamatan Cijeruk, Senin (5/2), longsor kembali terjadi di kecamatan itu. Pada Selasa (6/2) pukul 02.00, longsor di Desa Warung Menteng, Kecamatan Cijeruk. Akibat peristiwa itu lima orang tertimbun longsor.
Pencarian itu dilakukan tim Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Bogor, Badan SAR Kantor Sukabumi, serta elemen masyarakat yang lain. Pencarian dilakukan dengan menggali menggunakan sekop dan alat berat.
Koordinator Pos SAR Sukabumi Aulia Sholihanto mengatakan, Selasa pukul 10.00 tim berhasil menemukan korban meninggal atas nama Aldi (8), Nani (35), dan Aurel (1). Tim akan terus melanjutkan mencari dua korban lainnya yang belum ditemukan.