Menjajal BMW di Thailand yang Ramah Hibrida
Pemanfaatan energi listrik menjadi kunci dalam pengurangan laju kerusakan bumi akibat polusi dari sektor transportasi. Berbagai produsen otomotif pun berlomba menciptakan mobil berteknologi hibrida yang mampu meminimalkan konsumsi bahan bakar melalui perpaduan mesin bertenaga listrik.
Meski bermacam teknologi canggih sudah disematkan pada mobil-mobil terbaru berteknologi hibrida, sebagian masyarakat awam masih memiliki sejumlah pertanyaan dalam benak mereka akan penggunaan tenaga listrik pada sebuah kendaraan. Misalnya, bagaimana jika listrik pada baterai mobil tiba-tiba habis saat digunakan ke luar kota?
Bagi mobil hibrida, hal tersebut tentu tidak menjadi masalah karena saat listrik pada baterai telah terkuras habis sumber tenaga mesin mobil akan dialihkan sepenuhnya ke mesin bertenaga bensin seperti layaknya mobil biasa. Bahkan, kini semakin banyak produsen mobil ternama yang mengembangkan mobil hibrida berteknologi PHEV (Plug-In Electric Vehicle).
BMW, produsen mobil dari Jerman, adalah salah satu yang gencar mengembangkan penerapan teknologi PHEV pada produk mereka. Wartawan Kompas, Ferganata Indra Riatmoko, beserta tiga jurnalis lain dari Indonesia berkesempatan menjajal dua produk BMW yang telah mengadopsi teknologi tersebut, yakni BMW 740Le xDrive iPerformance dan 530e iPerformance, Jumat (2/2)-Sabtu (3/2) di Bangkok, Thailand.
Huruf ”e” setelah penyebutan angka pada nama seri mobil tersebut menjadi penanda bahwa keduanya telah menggunakan teknologi hybrid atau perpaduan mesin berbahan bakar bensin dengan mesin bertenaga listrik.
Dari segi tampilan luar, BMW 740Le berlimpah dengan aura mewah dengan lekuk bodi yang juga menyiratkan karakter mobil kencang. Velg berukuran 20 inci menambah kesan kekar sedan yang dipasarkan di Thailand dengan harga 6.339.000 Baht atau sekitar Rp 2,7 miliar tersebut.
Salah satu petunjuk bahwa mobil tersebut telah menggunakan teknologi PHEV adalah adanya dua pintu kecil di kedua sisi mobil. Pintu kecil di sisi kanan belakang mobil adalah penutup lubang tangki pengisian bensin seperti layaknya mobil biasa, sedang pintu kecil di sisi kiri depan adalah penutup ”colokan” untuk pengisian daya listrik baterai.
Stasiun pengisian listrik
Melalui teknologi PHEV, pengisian daya baterai mobil dapat dilakukan dengan sangat mudah, yakni dengan menancapkan kabel dari unit pengisi daya (charger) ke lubang colokan tersebut. Pemilik mobil BMW berteknologi PHEV di Thailand saat ini mendapat kemudahan dengan adanya layanan pengisian daya listrik secara gratis di Charge Station atau semacam ”SPBU listrik” yang terletak di tempat parkir sejumlah pusat perbelanjaan dan gedung perkantoran.
Kesempatan mengisi daya baterai di unit pengisian tersebut tentu tidak kami sia-siakan. Mobil berwarna hitam yang masuk dalam kasta tertinggi di keluarga BMW tersebut kami kendarai dari tempat penginapan menuju salah satu lokasi unit pengisi daya yang terletak di areal parkir lantai bawah tanah pusat perbelanjaan CentralWorld di jantung Bangkok.
Sesampainya di lokasi pengisian daya listrik yang dibangun oleh BMW, dua petugas dengan cepat segera mengarahkan posisi parkir mobil agar kabel pengisian dapat menjangkau lubang pengisian listrik. Setelah mesin mobil dimatikan dan pintu penutup lubang pengisian dibuka, salah satu petugas segera menancapkan kabel pengisian ke sisi kiri depan mobil dan petugas lainnya memencet tombol pada unit pengisi daya yang mendapat sebutan Wall Box.
Indikator daya baterai di sisi pojok kanan cluster speedometer pun segera menunjukkan proses pengisian seperti layaknya penunjuk pada saat pengisian baterai pada telepon seluler dilakukan. Pengisian baterai dari keadaan kosong hingga penuh diperkirakan memakan waktu sekitar tiga jam.
Setelah baterai terisi penuh, mobil dengan mesin empat silinder kapasitas 1,998 cc berteknologi TwinPower Turbo ini kami jalankan lagi dengan mengubah-ubah tiga mode kendara. Pengubahan mode dapat dilakukan secara mudah saat mobil berhenti ataupun berjalan dengan memencet tombol yang terletak di dekat tuas transmisi otomatis.
Pada mode Eco Pro, mobil bergerak sepenuhnya dengan tenaga listrik. Menurut Director Corporate Communications BMW Group Thailand Krisda Utamote, jarak yang dapat ditempuh dalam mode Eco Mode dengan menggunakan baterai yang telah terisi penuh dapat mencapai sekitar 35 kilometer (km).
Mode ini cocok dipergunakan di area perkotaan seperti Bangkok atau Jakarta di mana pengemudi tidak memerlukan akselerasi secara cepat atau tiba-tiba ketika menyusuri jalanan yang didominasi kemacetan lalu lintas. Jika membutuhkan akselerasi yang lebih lincah dengan tetap mengutamakan efisiensi bahan bakar, mode kendara Comfort dapat dipilih.
Mode tersebut memadukan penggunaan mesin berbahan bakar besin dan mesin bertenaga listrik. Saat pedal gas diinjak lebih dalam, perubahan karakter mesin sangat terasa dan mobil mampu melesat lebih cepat.
Jika tarikan masih terasa kurang dan hasrat mengebut semakin tidak tertahan, pengemudi tinggal memencet tombol bertuliskan Sport yang terletak bersebelahan dengan dua tombol mode kendara sebelumnya. Pedal gas tidak perlu diinjak sampai mentok menyentuh lantai untuk menghasilkan sensasi empasan tubuh ke jok saat ingin mencoba kegarangan mesin yang ditenagai sepenuhnya oleh bahan bakar bensin pada mode ini.
Bimmermeet
Kegiatan uji coba mobil tersebut dilaksanakan bersamaan dengan acara pertemuan tahunan penggemar mobil BMW di Thailand yang dinamakan Bimmermeet. Acara yang baru dua kali digelar itu menghadirkan ratusan mobil BMW dari berbagai tipe dan tahun, baik tua maupun muda.
Setelah menelusuri sejumlah obyek wisata seperti kuil Wat Arun, kompleks istana raja Thailand, dan kuil Buddha Berbaring (Wat Po), kedua mobil yang kami gunakan segera diarahkan ke lokasi acara Bimmermeet di kompleks obyek wisata Wonder World Extreme Park di kawasan Ramintra. Selama perjalanan, keempat jurnalis dibagi dalam dua tim dan saling bertukar mobil agar semua dapat merasakan sensasi berkendara BMW 740Le dan 530e.
Sensasi kendara pada BMW 530e yang juga kami coba tidak jauh berbeda dengan yang dimiliki 740Le. Hal yang membedakan adalah kenyamanan di dalamnya, baik untuk pengemudi maupun penumpang di kursi belakang.
Indikator baterai pun menunjuk pada posisi nol setelah 740Le dikendarai selama lebih kurang dua jam sambil mencoba berbagai fitur mewah di dalamnya, seperti kursi pijat di jok belakang, sunroof, dan moonroof, serta berbagai kecanggihan fitur lainnya yang dijejalkan pada mobil mewah ini. Saat daya listrik baterai habis, mobil ini tetap meluncur mulus dengan tenaga bahan bakar bensin yang beroperasi penuh.
Apabila tengah dipakai bepergian ke luar kota yang jauh dari Charge Station, pengguna tetap dapat mengisi daya baterai dengan menancapkan kabel pengisian listrik ke jaringan listrik rumah. Namun, tentunya rumah yang dapat digunakan sebagai tempat pengisian listrik adalah yang memiliki daya 2.200 VA ke atas.
Ketiga di dunia
Penjualan mobil BMW hybrid berteknologi PHEV di Thailand terus meningkat tajam. Bahkan, menurut Krisda, jumlah penjualannya kini telah menempati urutan ketiga di dunia setelah Malaysia dan negara-negara di Skandinavia.
Hal tersebut antara lain karena adanya dukungan penuh dari Pemerintah Thailand dalam hal kemudahan penerbitan berbagai perizinan untuk pembangunan industri otomotif yang memiliki visi ramah lingkungan. Tahun ini pabrik baterai untuk mobil hibrida BMW mulai dibangun di Thailand dan menurut rencana pada tahun 2019 sudah dapat beroperasi penuh. Selain itu, BMW Group Thailand juga menargetkan pembangunan 100 lokasi charge station pada tahun 2018.
Sudah saatnya Pemerintah Indonesia semakin menggenjot penyediaan infrastruktur pendukung teknologi ramah lingkungan agar bisa turut berperan aktif dalam memperlambat laju kerusakan bumi akibat polusi kendaraan. (DRA)