Tiga Korban Riung Gunung Belum Ditemukan
BOGOR, KOMPAS — Proses evakuasi korban bencana longsor di Riung Gunung, Cisarua, Bogor, Jawa Barat, belum membuahkan hasil hingga hari kedua. Evakuasi itu terkendala cuaca buruk. Oleh karena itu, tiga korban yang diduga tertimbun longsoran belum ditemukan.
Proses evakuasi di Riung Gunung dilanjutkan pada Selasa (6/2) pukul 07.00. Evakuasi tersebut hanya berjalan efektif selama 6 jam dari yang seharusnya 11 jam.
Hujan deras yang turun sejak pukul 12.00 menunda evakuasi dua kali. Penundaan pertama berlangsung satu jam, pukul 12.00-13.00. Meski hujan berhenti dan pencarian korban dilanjutkan, pukul 14.00 pencarian kembali dihentikan, sampai tim dibubarkan pukul 18.00.
Hasilnya, proses pencarian tiga korban yang diduga tertimbun longsoran belum ditemukan. Evakuasi pun akan dilanjutkan Rabu (7/2) pukul 07.00.
”Kalau hujan rintik-rintik, kami masih bisa bekerja. Tetapi kalau hujan deras seperti tadi, memang harus berhenti dulu,” ucap Kepala Polres Bogor Ajun Komisaris Besar Andi M Dicky, saat diwawancarai di lokasi bencana longsor Riung Gunung, seusai evakuasi hari kedua, Selasa.
Dicky menyebutkan, timnya masih bekerja keras untuk menemukan tiga korban yang dilihat oleh saksi mata. Untuk itu, Rabu besok, pencarian masih akan difokuskan di Riung Gunung.
Jumlah tim untuk besok masih sama dengan hari ini, sekitar 300 personel gabungan dari TNI, polres, polda, Brimob, serta gabungan polsek dan polantas.
Kesulitan dalam proses evakuasi juga dikatakan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Willem Rampangilei. Menurut dia, pencarian orang hilang di tanah longsor memang membutuhkan waktu. ”Tidak mudah. Harus menggunakan pompa air dan digali perlahan,” ucapnya.
Apalagi, apabila proses tersebut terkendala masalah cuaca. Willem mengatakan, selama dua hari ini, lokasi bencana masih sering diguyur hujan dengan intensitas tinggi.
”Itu kan alam, tidak bisa dilawan. Kita harus memperhatikan juga orang yang melakukan pencarian. Karena kalau hujan, bisa membahayakan mereka,” lanjut Willem.
Tanah longsor yang basah menyulitkan petugas. Ketika tanah diinjak, kaki tertancap ke tananh hingga mencapai lutut. Belum lagi, kemungkinan longsor susulan yang bisa terjadi karena tingkat kemiringan tanah itu mencapai 45 derajat-60 derajat.
Menurut Willem, pencarian korban akan terus dikejar. ”Tetapi, kalau sampai dua minggu belum ditemukan, biasanya akan dihentikan, sesuai prosedur seperti itu,” katanya.
Anjing pelacak
Pada hari yang sama, Jakarta Rescue bergabung mencari korban tertimbun. Mereka menggunakan dua anjing pelacak bencana berjenis golden retriever. Kedua anjing bernama Alpha dan Delta itu mengindikasikan ada korban pada dua titik yang sama.
Pukul 09.30, Delta terlebih dahulu diterjunkan ke lokasi longsor. Saat baru turun 6 meter, Delta berhenti dan menggongong. Setelah turun lebih jauh, Delta kembali menggonggong.
Setelah 30 menit, giliran Alpha yang turun. Alpha pun mengindikasikan ada sesuatu yang aneh pada dua titik yang sama seperti Delta.
Ketua Umum Jakarta Rescue Fitriana mengatakan, kedua titik itu sudah direkomendasikan kepada petugas. Nantinya, petugas akan fokus mencari korban pada titik tersebut.
”Biasanya, kalau ada korban, pasti Alpha dan Delta menggonggong. Kalau masih hidup, mereka pasti berisik. Sedangkan kalau sudah meninggal, mereka tidak banyak menggonggong dan menampilkan bunyi yang menunjukkan kesedihan,” ucap Fitriana.
Rekan Fitriana, Herawati, yang menganalisis gerakan anjing itu, mengatakan, keduanya terlihat tidak terlalu antusias. ”Kemungkinan besar ada, tetapi kalau dilihat gerak-geriknya sudah meninggal,” ucapnya.
Pasangan Alpha dan Delta ini sudah berpengalaman dalam melakukan evakuasi bencana. Mereka pernah mengevakuasi korban gempa di Nepal tahun 2015 dan di Aceh tahun 2016. Saat itu, mereka berhasil menemukan satu orang yang masih hidup di Nepal. Sementara satunya lagi ditemukan di Aceh dalam kondisi meninggal.
Menanggapi mengenai anjing pelacak itu, Dicky mengatakan belum berani berspekulasi terkait adanya korban atau tidak. Namun, pihaknya akan mencoba mencari lewat petunjuk anjing tersebut.
”Tadi, kan, hujan juga. Pasti anjing pelacak punya keterbatasan, apalagi tadi tanah longsornya tebal, ditambah kabut yang tebal. Penciumannya pasti tidak maksimal,” ujar Dicky.
Sampai pukul 20.00, bencana longsor di Bogor memakan lima korban jiwa. Empat korban meninggal ditemukan di Cijeruk dan satu orang meninggal di dekat Masjid Atta’awun. Sementara tiga korban yang diduga tertimbun di Riung Gunung belum ditemukan.
Untuk mengantisipasi bencana susulan, jalur Gunung Mas-Ciloto akan ditutup selama 10 hari. Kendaraan motor tidak boleh melintasi jalur itu kecuali sepeda motor. Jalur alternatif yang disediakan lewat Sukabumi dan Ciawi serta Gunung Putri-Jonggol-Taman Bunga Cipanas. (DD06)