Tersebutlah cerita, pesta perkawinan putri Presiden Joko Widodo, Kahiyang Ayu dengan Muhammad Boby Afif Nasution, pada November 2017 di Solo. Salah satu menu makanan yang disuguhkan ke tamu yang hadir dalam pesta pernikahan Kahiyang-Bobby adalah sate kere. Sate ini terbuat dari tempe, tempe gembus atau ampas tahu, dan digabung dengan jeroan.
Anik (28), ibu satu anak, warga Kelurahan Begadung, Nganjuk, ini semula mendengarkan cerita soal menu makanan dalam pesta pernikahan putri Presiden Jokowi ini sambil lalu di televisi. Sebulan terakhir dia baru menyadari, menu makanan sejenis sate kere ini populer di Nganjuk tapi dengan nama lain, sate tahu.
Anik menyadari hal tersebut setelah belanja di Pasar Wage, pasar dalam Nganjuk, Jawa Timur. Pasar ini sebenarnya pasar terbesar di daerah ini, tetapi kenyataannya berupa pasar rakyat tradisional yang sederhana dan cenderung sepi pembeli. Di belakang bangunan pasar, dekat pintu masuk belakang pasar ada penjual sate tahu.
Anik awalnya merasa heran, setiap pagi dirinya melihat kerumunan orang mengitari gerobak penjual makanan sate tahu. ”Setahu saya, sekota Nganjuk hanya ada penjual sate tahu di belakang Pasar Wage itu, dan sekarang saya ikut berjualan sate tahu. Sebelum ini saya ke pasar sekali-sekali untuk belanja masakan rumah. Saya pun tertarik karena terlihat laris,” katanya.
Anik mengaku bisa menjual 200 tusuk sate tahu sehari. Dia berdagang di depan kawasan yang sedang ramai di Nganjuk karena sedang menjadi kawasan pertumbuhan kota, yakni kompleks GOR Bung Karno. Sate tahu dibuat oleh ibunya. Keluarga ini membagi peran. Anik menjual, sementara ayahnya, pak Suyat, pengemudi becak, mengantar jemput dari rumah ke lokasi jualan, sekitar 200 meter.
Sate tahu berbahan dasar tepung aci yang mengalami penggumpalan jika dipanaskan atau direbus. Aci gumpalan ukuran 10 cm x 2 cm disisipkan ke dalam tahu yang telah direbus, lalu dikukus ulang.
Hasilnya mirip dengan tambahan tahu pada bakso, yakni tahu dengan tambahan masakan tepung aci bertekstur kenyal. Bahan setengah jadi berupa batangan tahu itu lantas diiris-iris kecil menjadi ukuran 2 x 2 cm.
Jenis-jenis masakan seolah ”baru”, dengan perbaikan persepsi atas citra menu, katakanlah sebangsa rawon bledek (petir), warung KPK (komunitas pencinta kopi), juga tumbuh di Nganjuk. Sama dengan gejala di kota lain. Sate tahu bukan hal baru karena kurang lebih materinya seperti bahan tambahan pada bakso tahu, tetapi menjadi lain karena tahu dan aci kenyal itu kini ditusuk dan dibakar seperti halnya sate daging.
Bagaimana warga kemudian berkelit dengan sulitnya ekonomi lalu berpraksis membentuk unit bisnis riil produktif itulah yang penting.
”Pembelinya anak-anak sekolah di sekitar sini. Ada dua sekolah SMP dan satu SMA, selain pengunjung stadion. Penghasilannya dari berdagang cukup baik. Tapi karena saya juga baru mulai, kami sekeluarga akan mengembangkannya perlahan. Mungkin dengan menambah nasi dan minuman,” kata Anik.
Kepala Dinas Perdagangan dan Industri Pemkab Nganjuk Henni Masyitoh mengatakan, Nganjuk tidak menghadapi kendala untuk mengembangkan bentuk ekonomi apa pun. Sebagai salah satu pemasok besar bawang merah sebagai komoditas komersial utama di Nganjuk, warga kota itu memiliki daya beli untuk membeli barang dan jasa yang baru yang ditawarkan. Katakanlah termasuk menu baru seperti sate tahu.