Pedagang di Pasar Ikan Muara Baru Ingin Pasar yang Lebih Tertata
Oleh
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pedagang di pasar pelelangan ikan Muara Baru yang berlokasi di Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman, Jakarta Utara, berharap pasar ikan modern yang sedang dibangun lebih tertata, Jumat (9/2). Meskipun demikian, mereka mengaku sudah nyaman dengan tempat pelelangan yang sekarang ditempati.
Pernyataan tersebut keluar setelah pemerintah mulai membangun pasar ikan modern (PIM) Muara Baru, Jakarta Utara, sejak 13 Desember 2017 dan ditargetkan dapat selesai pada 27 Desember 2018. Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti telah melakukan peletakan batu pertama pada Kamis (8/2).
PIM dibangun di lahan seluas 22.444 meter persegi. Tujuannya untuk mengembangkan sentra bisnis kelautan dan perikanan.
Dalam siaran pers, Susi mengatakan, dengan konsep higienis dan modern, ia ingin mengubah paradigma yang berkembang bahwa pasar ikan selalu kumuh dan bau. Susi menargetkan angka konsumsi ikan per kapita masyarakat yang telah mencapai 46,7 kg per kapita meningkat menjadi 53 kg per kapita pada 2018.
”Kalau kita bersihkan pasar, masyarakat akan senang makan ikan. Dengan pasar ikan modern, saya yakin akan bisa meningkatkan minat masyarakat untuk datang dan beli,” kata Susi. Menurut Susi, pemerintah juga akan membangun pasar ikan modern di kota besar lainnya di Indonesia. Ia menargetkan, setidaknya setiap kota dengan 100.000 penduduk memiliki satu PIM.
Pedagang di pasar pelelangan ikan Muara Baru mendukung rencana pembangunan PIM. Namun, mereka berharap lapak tempat berjualan sama luasnya dengan yang ada pada saat sekarang, yaitu 2 meter x 3 meter.
Saparudin (36), pemilik lapak, mengatakan, lokasi pelelangan ikan sudah baik hanya kurang tertata. ”Seharusnya ada tempat untuk pembersihan dan pengupasan ikan di sekitar tempat pelelangan,” kata Saparudin.
Biasanya, karyawan Saparudin membersihkan ikan di lapak mereka berdagang sehingga terkesan kumuh. Adin (40), karyawan Saparudin, menuturkan, ikan yang besar seperti marlin dan tuna butuh proses pembersihan, sedangkan ikan yang kecil seperti cucut dapat langsung dijual.
Direktur Jenderal Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan Nilanto Perbowo mengatakan, PIM akan dilengkapi dengan beberapa fasilitas pendukung. Fasilitas tersebut antara lain chilling room, ice storage, layanan perbankan, klinik kesehatan, wisata kuliner, laboratorium, masjid, pengepakan ikan, gardu PLN, dan instalasi pengelolaan air limbah.
Saparudin khawatir, pedagang di pelelangan, ikan tidak mendapat jatah lapak di PIM meskipun telah terdaftar. Ia mengaku belum mendapatkan penjelasan secara rinci tentang sistem di PIM. Berdasarkan penjelasan Nilanto, PIM Muara Baru akan berisi 900 lapak basah, 69 kios pasar kering, 18 kios pancing, dan 68 kios ikan segar.
Banjir dan kebersihan
Sebagian besar pedagang mengeluhkan banjir rob di kawasan muara baru. Mereka khawatir lokasi PIM yang hanya sekitar 50 meter dari pelelangan ikan yang lama juga akan terkena banjir rob.
Adin mengatakan, permasalahan yang sering dialami, yaitu sering terjadi banjir ketika sedang terjadi pasang air laut atau rob. Ketika banjir, jalan di sekitar pelelangan ikan tergenang hingga 1,5 meter.
Menurut Adin, banjir tersebut terjadi karena pelelangan ikan berdiri di atas rawa. ”Pelelangan ikan Muara Baru dibangun pada 1990 dan pernah direnovasi pada 1996. Sebelum direnovasi, lapak selalu tergenang ketika terjadi banjir rob,” kata Adin.
Selain banjir, masalah utama yang dikeluhkan pedagang adalah kebersihan. Nasrul (25) mengeluhkan kebiasaan pengguna pelelangan ikan yang sering membuang sampah sembarangan. Akibatnya, banyak tikus yang berkeliaran di pelelangan ikan. Nasrul berharap, dengan adanya PIM, permasalahan kebersihan dapat teratasi.
Pedagang berharap, segala permasalahan di pelelangan ikan yang lama tidak terjadi di PIM. Mereka juga berharap akses transportasi menuju Muara Baru lebih ditata sehingga pembeli dapat lebih nyaman dan mudah menjangkau PIM. (DD08)