Hujan yang mengguyur wilayah Cirebon, Jawa Barat, beberapa hari terakhir membuat malam-malam warga Dusun Parenca, Desa Gumulunglebak, Kecamatan Greged, tidak tenang. Rumah mereka terancam ambruk akibat pergerakan tanah.
Malam itu, Jumat (9/2), Saman (45) berjaga-jaga di rumahnya di Dusun Parenca. Entah berapa kali terdengar suara tanah jatuh ke sungai yang berjarak sekitar 15 kilometer dari permukiman warga. “Bluk…bluk…” ucap Saman menirukan suara tersebut, Sabtu (10/2).
Tidak hanya tanah, aneka batang pohon juga telah jatuh ke dasar Sungai Cikanci tersebut. Tumpukan sampah juga menumpuk di sisi sungai. Ketika hujan deras, sungai tersebut menggerus tanah. Pergerakan tanah pun kerap terjadi.
Pada Sabtu siang, rekahan tanah selebar lebih dari 10 meter membelah tanah. Batako jalan setapak juga tak beraturan. Bahkan, tanah di jalan setapak ambrol selebar sekitar 50 sentimeter. Rekahan tanah itu berada tepat di rumah Saman.
Padahal, tanah di depan rumahnya sudah beberapa kali diuruk. Namun, tanah itu tetap retak bahkan terbelah akibat hujan deras pada Jumat malam. Bukan tidak mungkin rumahnya yang dihuni tiga keluarga atau 11 jiwa itu ikut ambruk.
Pada Februari tahun lalu, empat rumah ambruk diamuk tanah bergerak. Selain itu, tercatat 14 rumah retak, dan 10 rumah terancam pergerakan tanah. Tidak ada korban jiwa dalam kejadian itu.
Namun, sebanyak 135 warga dari 35 keluarga pun mengungsi ke rumah keluarga dan Balai Desa Gumulunglebak, yang berjarak sekitar 20 kilometer dari pusat Kota Cirebon. Mereka adalah penduduk yang tinggal di Dusun Parenca.
“Sekarang, ada empat rumah, termasuk rumah saya, yang terancam pergerakan tanah. Kalau ada tempat yang sesuai, kami bersedia direlokasi,” ungkap Saman yang telah 25 tahun menetap di daerah itu. Tinggal di daerah bencana, menurut dia, seperti memelihara kekhawatiran tiap malam.
ketika hujan di wilayah hulu di Kabupaten Kuningan mengguyur, Sungai Cikanci berpotensi meluap dan dapat menggerus tebing di Dusun Parenca
Apalagi, penghuni dari 4 rumah yang ambruk tahun lalu kini mendapatkan lahan desa di Dusun Karanganyar, masih wilayah Gumulunglebak. “Mereka juga dapat biaya Rp 8,5 juta. Tapi mereka hanya diberikan hak guna bangunan bukan hak milik,” lanjutnya.
Desa Gumulunglebak yang berada di perbukitan memang merupakan titik rawan pergerakan tanah. ketika hujan di wilayah hulu di Kabupaten Kuningan mengguyur, Sungai Cikanci berpotensi meluap dan dapat menggerus tebing di Dusun Parenca.
Namun, sepanjang pengamatan Kompas, di lokasi bencana tidak terdapat jalur evakuasi. Warga hanya membuat saluran pembuangan agar air hujan langsung ke sungai.
Kepala Seksi Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Cirebon Eman Sulaeman membenarkan, daerah tersebut rawan longsor. Menurut dia, pihaknya terus memantau titik rawan bencana di Cirebon.
Upaya penanggulangan potensi longsor sekaligus langkah pencegahannya mendesak dilakukan oleh pemerintah daerah serta masyarakat. Jangan sampai pergerakan tanah menelan korban jiwa. Apalagi, puncak musim hujan masih berlangsung hingga akhir Februari di wilayah Cirebon.