Duka Suami Iringi Kepergian Sang Istri
Harun (66), menggenggam erat lembaran foto istrinya, Sopiah (64), sambil terus terisak. Sesekali Harun pingsan, foto istrinya terlepas dari genggamannya. Ketika tersadar, Harun kembali mencari foto istrinya dan terduduk lemas.
"Saya tidak kuat, tidak sanggup untuk melihat prosesi pemakaman istri saya," katanya sambil menjauh dari liang lahat tempat istrinya dimakamkan, di Taman Makam Kampung Legoso, Kota Tangerang, Selatan, Minggu (11/2).
Suasana haru terasa di sejumlah rumah Kampung Legoso, tepatnya di RW 01, Kelurahan Pisangan, Kota Tangerang Selatan. Hampir di setiap sudut gang, terpasang bendera kuning dan karangan bunga ungkapan duka cita.
Sebelumnya, sebanyak 27 orang tewas dalam kecelakaan sebuah bus pariwisata pada jalan turunan di Kampung Dawuan, Desa Ciater, Kecamatan Ciater, Kabupaten Subang, Jawa Barat, Sabtu (10/2). Sebagian besar korban tewas merupakan ibu-ibu kader Pembina Kesejahteraan Keluarga (PKK) dan anggota Koperasi Simpan Pinjam (KSP) Permata di Kelurahan Pisangan.
Sebagian besar korban dimakamkan di Taman Makam Kampung Legoso diiringi isak tangis dari para suami. Ratusan warga dan kerabat juga mengerumuni liang lahat tempat para korban dimakamkan. Sejumlah ambulans terus berdatangan mengantar para jenazah hingga pukul 14.00.
"Saya masih ingat, pertemuan saya denga Sopiah pada awal 1970 dan menikahinya di tahun 1975. Sopiah dulu hidup sebatang kara, tidak jelas siapa orang tua kandungnya. Ia diangkat oleh sebuah keluarga China di derah Tanah Abang," ucap Harun setelah tiba di kediamannya RT 02/RW01.
Harun dan Sopiah telah melewati masa-masa sulit bersama selama puluhan tahun. Harun bekerja serabutan sebagai pengemudi ojek dan petugas kebersihan, sedangkan Sopiah bekerja sebagai asisten rumah tangga. Mereka dikaruniai dua anak perempuan dan lima orang cucu.
"Kini, disaat kehidupan ekonomi kami mulai membaik, Sophia malah pergi meninggalkan kami. Banyak rencana yang belum sempat terealisasikan, seperti rencana berlibur ke Setu Babakan bersama keluarga besar," tuturnya.
Kastori, suami dari almarhum Aminah (44) mendeprok di kediamannya, RT 07/RW 01. Sejumlah kerabat menyodorkan minyak kayu putih dan secangkir teh untuknya. Namun, ia sama sekali tidak menyentuhnya.
"Sejak Sabtu (10/2) petang, saya terus menerus kepikiran soal istri saya, sampai saya lupa makan hingga hari ini," ucapnya.
Selain kehilangan Aminah, Kastori juga kehilangan kakak iparnya, Hasanah (46). Sopiah dan Aminah juga masih memiliki ikatan persaudaraan. Sopiah merupakan sepupu dari Aminah.
Kastori melanjutkan ceritanya, dengan suara bergetar dan mata berkaca-kaca. "Awalnya saya yakin sekali istri saya selamat. Tapi begitu sampai rumah sakit, saya tahu dia sudah meninggal. Saya juga melihat beberapa tetangga dan kerabat yang sudah meninggal," ujar Kastori yang bekerja sebagai petugas keamanan di Komplek Griya Satwika Telkom, Kelurahan Pisangan, Kota Tangerang Selatan.
Suwardih, suami Nasiah bin Haji Bade (56), tampak tegar ketika ditemui di kediamannya, RT 02/RW 07. Dengan wajah mendung, ia duduk di bangku plastik sambil berusaha menenangkan diri.
Suwardih dan keluarga menginginkan, jenazah istrinya dibawa terlebih dahulu ke rumah untuk disalatkan.
"Saya belum melihat wajahnya. Semalam (Sabtu, 10/2) saya menyusul ke Subang untuk menjemput istri saya, tapi belum sempat melihatnya," kata Suwardih yg sehari-hari bekerja sebagai sopir mobil jemputan anak sekolah.
Pertemuan terakhir
Harun menjelaskan, pertemuannya dengan Sophia Sabtu (10/2) pagi menjadi pertemuan terakhirnya. "Tidak ada firasat sama sekali, tapi sebelum berangkat, Sophia meminta saya untuk memasangkan peniti di kerudungnya. Jarang sekali ia meminta hal itu," ucapnya.
Harun juga mengingat, terakhir kali Sophia sempat memberikan baju baru untuk cucu pertamanya, "Ia berjanji akan membelikan baju baru untuk cucu lainnya, setelah pulang dari Subang," katanya.
Kastori tidak pernah membayangkan kejadian ini menimpa istrinya, sama seperti Harun, ia tidak berfirasat apapun."Tapi sejak jumat saya tanpa sadar selalu berpakaian terbalik. Apakah itu pertanda buruk, saya tidak tahu," kata Kastori yg memiliki tiga anak dari perkawinannya dengan Aminah.
Para tetangga mengenal Aminah sebagai ibu yang aktif di lingkungan. Dia aktif di acara pengajian, koperasi, PKK, dan olahraga. Dia dikenal sebagai salah satu bintang voli di kawasan Legoso.
"Tim voli yang diperkuat Mpok Aam (panggilan akrab Aminah) sering juara di Kampung Legoso," ujar Candra, yang masih terhitung kerabat Aminah.
Ketua KSP Permata, Purwani Yuli Astuti (62) menjelaskan, ia masih tidak kuat kalau harus mengingat tragedi Sabtu (11/2).
"Kami kehilangan kerabat, bahkan saudara kami. Anggota kami semuanya kompak. Saya tidak menyangka kalau mereka harus pergi dalam waktu yang bersamaan," kata Purwani yang saat itu berada di lokasi kejadian.
Pada peristiwa ini, Purwani juga kehilangan tiga orang saudara kandungnya, yaitu Sri Widodo (63), Martiningsih (35), dan Ari Lestari (42). Pada saat kejadian, Purwani berada di bis terpisah dari tiga saudaranya ini.
Purwani menjelaskan, ibu-ibu PKK dan KSP ini terbilang aktif dalam kegiatannya. "Mereka semua aktif ikut pengajian, kegiatan olahraga, dan rapat rutin koperasi," katanya.
Sambil menangis, Purwani mengatakan, di Kampung Legoso ini memang warganya sebagian besar saling memiliki ikatan saudara yang tinggal berdekatan.
"Ini merupakan momen kehilangan terbesar kami, bukan sekadar anggota, tetapi saudara yang selama ini saling mendukung dalam kehidupan sosialnya," ucapnya.
Harun, Kastori, dan Suwardih masih belum bisa membayangkan bagaimana menjalani hidup tanpa istri tercinta. Tragedi ini memaksa mereka harus berpisah dengan sang belahan jiwa untuk selamanya. (DD05)