Gereja Santa Lidwina Dibersihkan, Warga Islam Ikut Membantu
Oleh
Haris Firdaus
·2 menit baca
SLEMAN, KOMPAS — Sehari setelah aksi penyerangan yang dilakukan seorang lelaki bersenjatakan pedang, Gereja Santa Lidwina di Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, mulai dibersihkan, Senin (12/2) pagi. Kegiatan bersih-bersih itu tidak hanya diikuti oleh umat Gereja Santa Lidwina, tetapi juga oleh sejumlah warga Islam.
Berdasarkan pantauan Kompas, Senin sekitar pukul 08.00, sejumlah orang beraktivitas di dalam ruangan utama Gereja Santa Lidwina. Sebagian tampak menyapu lantai, sementara sebagian lainnya mengangkat kursi ke luar ruangan untuk dicuci dan dibersihkan.
Di sekeliling ruangan gereja yang berlokasi di Bedog, Desa Trihanggo, Kecamatan Gamping, Sleman, itu tidak tampak lagi garis polisi yang dipasang sehari sebelumnya.
”Gereja ini memang harus segera dibersihkan agar bisa segera dipakai untuk kegiatan lagi karena setiap hari ada kegiatan di sini, seperti doa bersama, ibadat, dan rapat,” kata Pastor Paroki Kumetiran yang membawahi Gereja Santa Lidwina, Yohanes Dwi Harsanto.
Yohanes menambahkan, Kepolisian Resor Sleman telah mengizinkan pengurus Gereja Santa Lidwina membuka dan membersihkan gereja karena proses olah tempat kejadian perkara dinyatakan telah selesai. Pada Minggu (11/2) malam, polisi juga telah melepas garis polisi yang berada di sekitar bangunan gereja.
”Polisi sudah resmi menyatakan silakan gereja dibersihkan. Makanya ini police line (garis polisi) juga sudah tidak ada,” kata Yohanes.
Selain diikuti oleh umat Katolik, kegiatan bersih-bersih Gereja Santa Lidwina itu juga diikuti oleh warga Islam. Salah satunya adalah Ahmad Muttaqin Alim (37), warga Desa Nogotirto, Gamping, Sleman.
Menurut Ahmad, keikutsertaannya dalam kegiatan bersih-bersih itu sebagai bentuk kesedihan dan kemarahan terhadap aksi penyerangan di Gereja Santa Lidwina. Menurut dia, aksi penyerangan itu tidak hanya melukai sejumlah orang dan merusak beberapa barang di gereja, tetapi juga berpotensi merusak hubungan antarumat beragama.
”Saya marah dengan perilaku orang yang merusak banyak hal ini, termasuk merusak hubungan antar-agama dan merusak iklim politik,” kata Ahmad yang datang bersama istrinya.
Aksi penyerangan di Gereja Santa Lidwina terjadi pada Minggu (11/2) sekitar pukul 07.30 saat berlangsung misa di gereja tersebut. Ketika umat khusyuk beribadah, pelaku yang datang sambil membawa pedang itu langsung menyerang umat dan Romo Karl-Edmund Prier SJ yang tengah memimpin misa.
Akibatnya, tiga anggota gereja dan Romo Prier pun terluka dan harus dilarikan ke rumah sakit. Korban lainnya adalah Aiptu Munir, anggota Kepolisian Sektor Gamping, Sleman, yang datang untuk melumpuhkan pelaku yang diketahui bernama Suliono itu.
Hingga Senin pagi, polisi masih menyelidiki motif penyerangan tersebut, sementara pelaku masih dirawat di Rumah Sakit Bhayangkara, Sleman. Selain itu, tiga korban juga masih dirawat di Rumah Sakit Panti Rapih, Yogyakarta.