Kisah Aiptu Munir Berduel dan Lumpuhkan Penyerang Gereja
Oleh
Haris Firdaus
·3 menit baca
SLEMAN, KOMPAS — Aksi penyerangan di Gereja Santa Lidwina, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, Minggu (11/2) pagi, menyisakan cerita tentang keberanian Ajun Inspektur Satu Al Munir, petugas kepolisian yang berhasil melumpuhkan pelaku.
Sebelum meringkus pelaku, Munir harus berduel dalam jarak dekat dengan pelaku yang membawa pedang sehingga polisi berusia 57 tahun itu mengalami luka di tangan dan kaki. ”Saya bertindak tegas karena pelaku sudah mengancam keselamatan orang lain,” kata Munir di Markas Kepolisian Daerah DIY, Senin (12/2) siang.
Munir merupakan anggota unit patroli Kepolisian Sektor (Polsek) Gamping, Sleman. Munir mengatakan, pada Minggu sekitar pukul 07.30, ia menerima informasi adanya penyerangan di Gereja Santa Lidwina yang berlokasi di daerah Bedog, Desa Trihanggo, Kecamatan Gamping, Sleman. Setelah mendapat informasi, Munir beserta dua rekannya langsung menuju lokasi kejadian.
Sekitar 10 menit kemudian, Munir dan dua rekannya telah sampai di Gereja Santa Lidwina. Saat itu, hanya Munir yang membawa senjata api. ”Sesampainya di gereja, saya melihat pelaku mengayun-ayunkan pedang sambil mengejar orang lain. Lalu, saya mengeluarkan senjata (pistol), mendekati pelaku dan memberikan tembakan peringatan sambil mengatakan saya polisi dan meminta dia berhenti,” ujarnya.
Namun, pelaku yang diketahui bernama Suliono itu ternyata tidak takut, justru menyerang Munir dengan pedang. Akibatnya, tangan kiri Munir mengalami luka dan harus mendapat empat jahitan. ”Bersamaan dengan itu, saya melepaskan tembakan ke arah kaki sebelah kiri pelaku,” kata polisi yang sudah berdinas selama 34 tahun itu.
Akan tetapi, pelaku ternyata belum menyerah dan kembali menyerang Munir dengan pedang sehingga kaki kiri sang polisi itu terluka di bagian jari kelingking. Setelah itu, Munir kembali melepaskan tembakan ke pelaku dan mengenai kaki kanan sang penyerang. Namun, lagi-lagi pelaku belum menyerah meski sudah terkena dua kali tembakan.
”Pelaku kemudian mendorong saya sampai jatuh, lalu dia mau mengayunkan pedang ke arah badan saya, tapi saya tendang kakinya sehingga dia jatuh. Sesudah pelaku jatuh, masyarakat langsung datang membantu untuk melakukan peringkusan,” ujar Munir yang tahun depan akan memasuki masa pensiun.
Selain melukai Munir, pelaku juga melukai empat orang lain, yakni Pastor Karl-Edmund Prier SJ yang tengah memimpin misa di Gereja Santa Lidwina dan tiga anggota gereja tersebut. Sampai Senin siang, polisi masih menyelidiki motif penyerangan tersebut.
Kapolda DIY Brigadir Jenderal (Pol) Ahmad Dofiri mengapresiasi keberanian dan tindakan yang diambil Aiptu Munir. Menurut Dofiri, tindakan Aiptu Munir sangat tepat dan terukur sehingga pelaku berhasil dilumpuhkan tetapi tidak meninggal.
”Andaikan pelaku tertembak di bagian yang mematikan dan meninggal, barangkali masyarakat akan berspekulasi (tentang motif pelaku). Tetapi, dengan kondisi pelaku yang masih hidup, kasus ini akan bisa dikuak,” kata Dofiri.
Kepala Bagian Humas Polda DIY Ajun Komisaris Besar Yuliyanto mengatakan, Polda DIY akan memberikan penghargaan kepada Aiptu Munir yang berhasil melumpuhkan pelaku penyerangan Gereja Santa Lidwina. ”Bentuk apresiasinya apa yang paling tepat sedang kami pikirkan,” ujarnya.