SLEMAN, KOMPAS — Masyarakat diminta tidak terprovokasi oleh aksi penyerangan di Gereja Santa Lidwina di Bedog, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, Minggu (11/2). Kasus itu diharapkan diusut tuntas dan hukum ditegakkan agar peristiwa serupa tidak terulang.
”Kasus itu mesti diusut dengan profesional sehingga tidak terulang. Kita sebagai warga masyarakat berkewajiban menjaga kehidupan bersama yang tetap tenteram,” ujar Uskup Agung Semarang Mgr Robertus Rubiyatmoko seusai menjenguk korban luka di Rumah Sakit Panti Rapih, Yogyakarta, Minggu malam.
Mantan Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Ahmad Syafii Maarif pun mengecam penyerangan di Gereja Santa Lidwina. Ia langsung mendatangi gereja itu karena dekat dengan rumahnya. ”Ini harus ditelusuri. Harus diketahui siapa pelakunya, dan apakah ada kelompok atau menggagas sendiri. Saya kira polisi pahamlah dengan kondisi ini. Polisi harus bergerak,” kata Syafii Maarif.
Ketua Komisi Keadilan dan Perdamaian Keuskupan Agung Semarang FX Endra Wijayanto menambahkan, kasus itu perlu diselidiki tuntas, dan pelaku diajukan ke pengadilan agar mendapat hukuman setimpal. Aparat dan penyelenggara pelayanan publik perlu melakukan langkah cepat menciptakan sistem yang efektif agar kasus serupa tak terjadi.
Keprihatinan juga disuarakan Ketua Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Din Syamsuddin. ”Saya menyampaikan simpati kepada keluarga korban. Kita mengecam keras tindakan itu sebagai bentuk kebiadaban yang tidak bisa ditoleransi,” katanya. Din mendorong aparat keamanan serius dan mengusut tuntas kasus itu.
Profesor tamu Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia Peter BR Carey di Kabupaten Lebak, Banten, menambahkan, penyerangan itu menunjukkan kepemimpinan yang kuat amat dibutuhkan saat ini. Aparat keamanan, kepala daerah, hingga pemuka agama harus bersikap tegas untuk mencegah teror terulang.
Penyerangan di Gereja Santa Lidwina terjadi pada Minggu sekitar pukul 07.30. Saat umat mengikuti misa, seorang lelaki memasuki gereja sambil membawa pedang. Selain menyerang umat, pelaku juga menyerang Pastor Karl-Edmund Prier yang memimpin misa.
Ketika polisi datang, pelaku, yang diketahui bernama Suliono, melawan dan menyabetkan pedang kepada petugas. Akhirnya, pelaku dilumpuhkan setelah kedua kakinya ditembak.
Ada lima orang terluka, yakni Karl-Edmund Prier, Ajun Inspektur Satu Munir, serta tiga umat gereja, Budijono, Yohanes Triyanto, dan Martinus Parmadi Subiantoro. Hingga Minggu malam, Pastor Prier, Budijono, dan Yohanes masih dirawat. Korban lain sudah bisa pulang.
Gubernur DI Yogyakarta Sultan Hamengku Buwono X berharap masyarakat tetap tenang dan tidak terprovokasi. Perangkat pemerintah daerah dan warga diminta mewaspadai kemungkinan aksi kekerasan atau intoleransi di masa mendatang. ”Saya sangat sedih dan prihatin kenapa di Yogyakarta ada kejadian ini. Saya tidak mengerti kenapa ada perbuatan tanpa ada rasa kemanusiaan ini,” ujarnya.
Sultan meminta maaf kepada korban serta umat Katolik terkait penyerangan itu. Ia pun menjamin kemerdekaan beribadah sesuai keyakinan di Yogyakarta.
Jaringan Gusdurian mengecam keras semua aksi intoleransi berupa tindak kekerasan dan pemaksaan yang dilakukan kepada pemeluk agama apa pun. ”Rasa aman dan untuk beribadah adalah hak dasar bagi setiap warga negara Indonesia. Pelanggaran terhadap hak-hak itu tidak bisa diterima,” ungkap Alissa Wahid, Koordinator Nasional Jaringan Gusdurian di Jakarta.
Masih diselidiki
Kepala Polda DI Yogyakarta Brigadir Jenderal (Pol) Ahmad Dofiri menyatakan, polisi masih menyelidiki motif penyerangan itu. Suliono berasal dari Banyuwangi, Jawa Timur. Ia masih dirawat intensif di RS Bhayangkara, Sleman.
Mubarok, mantan Kepala Desa Kandangan, yang juga tetangga Suliono, menuturkan, pelaku dikenal rajin beribadah dan pernah mengenyam pendidikan di pondok pesantren. Namun, anak ketiga dari empat bersaudara anak pasangan Mistadji dan Edi Susiyah itu memiliki pemahaman yang berbeda terkait agama.
Kepala Badan Reserse Kriminal Polri Komisaris Jenderal Ari Dono Sukmanto saat meninjau lokasi kejadian mengatakan, dalam penanganan kasus itu, Polri melibatkan Detasemen Khusus 88 Antiteror.
Di tempat sama, Ketua DPR Bambang Soesatyo mengecam keras aksi penyerangan Gereja Santa Lidwina. Bambang berharap seluruh masyarakat tidak terpancing dan terprovokasi. ”Kerukunan umat beragama di Indonesia sudah baik, jangan dinodai dengan upaya mengadu domba antar-umat beragama,” ujarnya. (SIG/HRS/DIT/GER/BAY/ABK)