TUBAN, KOMPAS — Suara pecahan kaca Masjid Baitur Rohim di Jalan Sumur Gempol 77, Kelurahan Kingking, Kabupaten Tuban, Jawa Timur, Selasa (13/2) dini hari, mengejutkan warga sekitar. Sedikitnya tujuh bidang kaca masjid pecah berantakan.
Sebanyak 2 daun pintu ukuran 1 meter x 2,5 meter, 2 kaca ukuran 1,8 meter x 2,5 meter, dan 3 kaca ukuran 1 meter x 25 meter pecah berantakan. Takmir masjid juga harus membersihkan ceceran darah korban dan kepingan kaca yang berserakan, lalu dikumpulkan di dalam dua drum sampah di depan masjid.
Polisi masih menunggu hasil pemeriksaan pelaku di RSJ Menur.
Pelaku perusakan, Achmad Falikh (40), warga Karangharjo, Kecamatan Kragan, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah, pun dibawa ke Kepolisian Resor Tuban. Akan tetapi, untuk memastikan kondisi kejiwaannya, pelaku dibawa ke Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Menur Karangmenjangan, Surabaya, pukul 10.00.
Wakil Kepala Polres Tuban Ajun Teguh Priyo Wasono kepada wartawan menyebutkan, pelaku dibawa ke RSJ karena ada dugaan mengalami gangguan jiwa.
Menurut keterangan keluarga, kondisi kejiwan pelaku tidak stabil. Untuk memastikannya, dibutuhkan pemeriksaan dari psikiater atau dokter ahli jiwa.
”Polisi masih menunggu hasil pemeriksaan di RSJ Menur,” katanya.
Mengamuknya pelaku memang mengagetkan warga, apalagi dia berteriak-teriak. Pelaku diamankan tanpa perlawanan.
Sejumlah barang bukti juga diamankan, seperti mobil Toyota Innova dan surat tanda nomor kendaraan (STNK)-nya, laptop Acer, dua telepon seluler, sandal jepit, tas berisi pakaian dan popok bayi, bantal, selimut, dan buku beraksara Arab.
Mereka menunggu di masjid untuk ditemui Gus Mad.
Sejumlah saksi juga diperiksa polisi, yakni Muhammad, korban pemukulan oleh pelaku, serta Muflikh dan KH Faisol, keduanya takmir masjid.
Menurut Muflikh, pelaku tiba di Tuban sejak Senin sore dan diantarkan sopir M Zainudin (40) menggunakan Toyota Innova H 8697 JQ.
Pelaku perusakan juga didampingi istri dan tiga anaknya, satu perempuan berusia 14 tahun dan dua anak balita.
Menurut rencana, pelaku berobat dan minta didoakan oleh KH Muhammad Ahmad Ainul Yaqin atau Gus Mad, Pengasuh Pondok Pesantren Al Islahiyah, yang ada di seberang masjid. Mereka melakukan shalat Ashar di masjid. Mereka menunggu di masjid untuk ditemui Gus Mad.
”Padahal sebelumnya, Kamis minggu lalu, saya sudah bertemu dia ke sini naik becak. Saat itu, sama Gus Mad sudah diberi tahu tidak usah ke mana-mana. Oleh Gus Mad disarankan di rumah saja, menunggu anak istri,” ujar Muflikh.
Menurut Muflikh, setelah melakukan shalat Ashar, pelaku dan pihak keluarga yang mendampingi keluar. Mereka saat isya datang lagi membuat barisan shalat sendiri. Mereka beristirahat sampai malam, menunggu Gus Mad.
Pelaku juga mengamuk dan memecahi kaca masjid dengan tangan dan kaki.
Sekitar pukul 02.00, seorang warga, Muhammad, menanyakan tujuan dan keperluan pelaku, kenapa sampai beristirahat di masjid. Saat ditanya itulah, pelaku marah dan memukul Muhammad.
Pelaku juga mengamuk dan memecahkan kaca masjid dengan tangan dan kaki. Akibatnya, tangan dan kaki pelaku terluka terkena pecahan kaca.
Muflikh dan Maftukin berusaha mengetuk gerbang Gus Mad. Selain itu, mereka juga menghubungi polisi. Kericuhan di masjid itu juga mengagetkan Gereja Bethel Tabernakel (GBT) Yesus Juru Selamat yang persis berada di samping masjid.
Pengurus gereja, Haseno Imanuel, juga terkejut mendengar keributan di masjid. ”Saya pikir terjadi penganiayaan, kok, ada suara trang tang tang, pecahan kaca seperti orang mengamuk dan ada tangis anak-anak dan perempuan,” katanya.
Menurut Muflikh, setelah merusak, pelaku sempat tidur di teras masjid. Saat terjadi perusakan, pihak keluarga tidak berani menghentikan.
”Dia, di tempatnya sana, tokoh yang disegani, juga guru. Kelihatannya depresi. Ia dan keluarga sampai dini hari belum ditemui Gus Mad, apalagi anaknya yang kecil menangis terus. Jadi, ketika ada warga yang nanya keperluannya apa, tambah sumpek,” tutur Muflikh.