UMKM Jadi Prioritas Kolaborasi Go-Jek dengan Blibli.com
Oleh
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Usaha mikro kecil menengah menjadi sasaran utama dari kolaborasi antara Go-Jek dan Blibli.com. Kedua perusahaan rintisan yang fokus pada pengembangan UMKM itu yakin produk lokal mampu menumbuhkan ekonomi Indonesia.
Pada Senin (12/2), PT Global Digital Niaga (GDN) yang merupakan pemilik Blibli.com menyuntikkan dana ke perusahaan rintisan Go-Jek di Hotel Ayana, Sudirman, Jakarta. Acara penandatanganan investasi sekaligus kolaborasi antara Go-Jek dan Blibli.com itu dihadiri oleh CEO Gojek Nadiem Makarim, CEO GDN Kusumo Martanto, dan Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara.
”UMKM jadi prioritas kami. Kerja sama ini karena kesamaan semangat antara Go-Jek dan Blibli.com tentang pemanfaatan UMKM,” ucap Nadiem Makarim saat diwawancarai pada acara itu.
Kesamaan semangat itu berasal dari fokus keduanya pada pemanfaatan UMKM dalam bisnis. Go-Jek memanfaatkan sekitar 130.000 pelaku UMKM yang terdaftar dalam layanan pesan antarmakanan Go-Food. Layanan itu menyambungkan pembeli dan UMKM.
”Sekarang sudah ada Go-Food. Jadi makin banyak UMKM yang kami manfaatkan. Sebelum itu, kami juga sudah memanfaatkan sopir Go-Jek untuk usaha kecil. Mereka menjual isi ulang Go-Pay,” kata Andre Soelistyo, Co-Founder Gojek yang hadir juga pada acara itu.
Sementara itu, Kusumo juga sependapat dengan pemanfaatan UMKM. Menurut dia, kesamaan visi dan misi untuk mengembangkan UMKM di Indonesia menjadi prioritas kolaborasi itu di masa depan.
Blibli.com merupakan perusahaan rintisan yang memanfaatkan UMKM. Pelaku UMKM dapat menitipkan barang jualan ke dalam situs Blibli.com. Adapun jumlah penjual saat ini sudah mencapai 10.000.
Menurut Kusumo, jumlah itu naik signifikan dibandingkan tahun 2016, sebesar 2.500 pelaku UMKM. ”Perkembangannya sangat cepat. Kurang lebih satu tahun, pelaku UMKM bertambah empat kali lipat. Mungkin karena kita sering promosi dan kerja sama dengan pemerintah,” ucapnya.
Kusomo menambahkan, kolaborasi antara Go-Jek dan Blibli.com akan fokus pada logistik, pembayaran digital, dan kemudahan transaksi e-dagang. Meski demikian, belum ada rumusan pasti rancangan kolaborasi itu. Intinya, kemudahan itu akan menguntungkan UMKM sekaligus pengguna.
Potensi UMKM
Nadiem melihat, UMKM mampu jadi potensi terbesar dalam menumbuhkan ekonomi Indonesia. Menurut dia, jumlah pelaku UMKM yang sangat banyak harus dimanfaatkan.
Berdasarkan data Kemenkominfo, pelaku UMKM saat ini mencapai 56 juta. Usaha itu mampu menyerap sekitar 90 juta pekerja. Peluang Go-Jek dan Blibli.com didukung dengan pelaku UMKM yang mulai memanfaatkan penjualan daring, sejumlah 4,6 juta.
Rudiantara juga mendukung berkembangnya UMKM melalui ekonomi digital. Menurut dia, ekonomi digital adalah sebuah keniscayaan. ”Digital memberikan nilai tambah karena lebih efisien dan lebih murah. Pembeli juga bisa dimudahkan,” katanya.
Menurut Rudiantara, sampai saat ini e-dagang yang terdaftar sudah mencapai 120 perusahaan. Dari total itu, banyak celah bagi para UMKM untuk memanfaatkannya. Apalagi, era digitalisasi semakin dekat, diperkirakan tahun 2017 sekitar 145 juta penduduk Indonesia menggunakan internet.
Secara terpisah, Deputi Akses Permodalan Badan Ekonomi Kreatif Fadjar Hutomo menyatakan, digitalisasi tidak bisa dihindarkan. Untuk itu, para produsen, yaitu pelaku UMKM, harus mulai berpindah ke ekonomi digital. ”Memangnya punya pilihan? Masyarakat sudah semakin ke arah digital. Untuk itu, pilihan para produsen juga harus ke digital,” ucapnya.
Fadjar menyatakan, ekonomi kreatif telah menyumbang Rp 922 triliun tahun 2016. Jumlah itu naik dibandingkan tahun 2015, sebesar Rp 852 triliun.
”Kontribusi itu berasal dari seluruh industri kreatif, baik yang besar maupun UMKM. Namun, data itu menunjukkan juga ada peningkatan pendapatan UMKM walau tidak spesifik,” kata Fadjar. (DD06)