Teknologi Pita Lebar dan Komputasi Awan Jadi Syarat Optimalisasi Transformasi Digital
Oleh
Ryan Rinaldy
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Agar transformasi digital di Indonesia bisa dinikmati seluruh pihak secara optimal, pengembangan teknologi pita lebar dan adopsi komputasi awan harus digalakkan. Jika investasi dan strategi pengembangan kedua teknologi itu dieksekusi secara tepat, pertumbuhan produk domestik bruto Indonesia berpotensi terdorong naik.
Executive Product Manager Huawei Indonesia Arri Marsenaldi, Rabu (14/2), saat temu media di Customer Innovation and Solutions Center Huawei Indonesia, Jakarta Pusat, mengatakan, Indonesia saat ini tengah memasuki fase awal transformasi digital.
Meski masih dalam fase awal transformasi digital, sejumlah pelaku industri di Indonesia mulai menerapkan data raksasa (big data) dan jasa internet untuk segala benda atau internet of things (IoT) dalam sistem manajemen perusahaan.
Padahal, menurut Arri, penerapan data raksasa dan IoT di Indonesia sebenarnya belum bisa memberi hasil maksimal bagi pelaku industri Indonesia. Sebab, teknologi fundamentalnya, yakni teknologi pita lebar (broadband) dan adopsi komputasi (cloud), masih belum dikembangkan secara optimal.
Sebenarnya, Indonesia, baik melalui pemerintah maupun pihak swasta, telah berinvestasi dalam pengembangan kedua teknologi tersebut. ”Memang ada investasi terhadap teknologi pita lebar dan adopsi komputasi, tetapi implementasinya tidak berkelanjutan,” ujar Arri.
Tantangan dalam mengembangkan komputasi awan di Indonesia ialah belum meratanya infrastruktur teknologi pita lebar serta keterbatasan pusat data. Selain itu, ekosistem bisnis pelaku industri di Indonesia tidak dibekali kemampuan memadai dalam menentukan strategi tepat menyongsong transformasi digital.
Oleh karena itu, seluruh pemangku kepentingan, baik pemerintah, swasta, maupun masyarakat, harus bersama-sama mencari solusi.
Pemerintah harus menyiapkan kebijakan terkait transformasi digital agar bisa memaksimalkan perkembangan industri secara sehat. Sementara sektor swasta perlu berinvestasi dalam pemenuhan sumber daya baru yang kompetitif.
Huawei meyakini, peningkatan investasi infrastruktur digital yang berkelanjutan dan dilakukan seluruh pemangku kepentingan, terutama dalam pita lebar dan adopsi teknologi komputasi awan, adalah landasan transformasi digital Indonesia
”Huawei meyakini, peningkatan investasi infrastruktur digital yang berkelanjutan dan dilakukan seluruh pemangku kepentingan, terutama dalam pita lebar dan adopsi teknologi komputasi awan, adalah landasan transformasi digital Indonesia,” tutur Arri.
Berdasarkan laporan Huawei Global Connectivity Index 2017, pemerintah dan sektor swasta di suatu negara baru bisa berada dalam kondisi optimal untuk memanfaatkan potensi kemampuan data raksasa dan IoT secara penuh jika tingkat adopsi komputasi awan lebih dari 3 persen.
Ditanya soal tingkat adopsi komputasi awan di Indonesia, Arri menyatakan belum memiliki data pendukung. Namun, pihaknya meyakini, tingkat adopsi komputasi belum mencapai 3 persen mengingat Indonesia masih di fase awal transformasi digital.
Dampak ekonomi
Dengan kebijakan dan strategi investasi yang tepat, ekonomi digital diproyeksikan turut berkontribusi terhadap pertumbuhan produk domestik bruto (PDB). PDB Indonesia diperkirakan tumbuh 1,7 triliun dollar AS pada tahun 2025.
Dengan strategi digitalisasi yang mumpuni, Indonesia bisa mendapatkan tambahan pertumbuhan PDB sebesar 1,8 persen pada 2025, dari rata-rata pertumbuhan PDB sebesar 5 persen.
”Dengan strategi digitalisasi yang mumpuni, Indonesia bisa mendapatkan tambahan pertumbuhan PDB sebesar 1,8 persen poin pada 2025, dari rata-rata pertumbuhan PDB sebesar 5 persen,” ujar Arri.
Angka tersebut muncul berdasarkan hasil laporan yang dirilis Huawei dan Oxford Economics bertajuk ”Digital Spillovers 2017”. Laporan itu juga menyebut, ekonomi digital dunia saat ini bernilai 11,5 triliun dollar AS atau berkontribusi sebesar 15,5 persen terhadap produk PDB.
Capaian itu sebagian besar dimotori pengembangan internet berbasis konsumen. Pada tahun 2025, pemakaian internet untuk kegiatan usaha diprediksi akan tumbuh pesat seiring dengan tingkat digitalisasi di sejumlah sektor industri.
Pada tahun yang sama, ekonomi digital juga diproyeksikan tumbuh pesat dan berkontribusi hingga 24,3 persen terhadap PDB dunia.
Sebelumnya, Direktur Jenderal Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika Kementerian Komunikasi dan Informatika Ismail menyebutkan, perubahan dunia digital turut memengaruhi dunia bisnis dan pemerintahan. Alih-alih sebagai ancaman, digitalisasi mesti ditempatkan sebagai peluang. Oleh karena itu, diperlukan adaptasi untuk mencari model bisnis baru (Kompas, 2/11/2017).
Kuncinya, kompetensi berupa sumber daya manusia yang berkualitas dan meningkatkan kewirausahaan. Selain itu, regulasi juga harus beradaptasi dengan perkembangan.
”Yang terjadi saat ini, masyarakat membutuhkan layanan digital, tetapi regulasi belum mengikuti,” ujarnya.