150 hektar lahan terbakar di Riau. Selain itu, 30 hektar lahan di Aceh terbakar, termasuk Suaka Margasatwa Rawa Singkil. Diduga dipicu pembersihan lahan dengan cara dibakar.
PEKANBARU, KOMPAS - Sekitar 150 hektar lahan di Desa Lukun, Kecamatan Tebing Tinggi Timur, Kabupaten Kepulauan Meranti, Riau, terbakar sejak beberapa hari lalu. Kebakaran melanda kebun sagu warga, lahan kosong, dan kawasan hutan. Hingga Rabu (14/2), api belum dapat ditanggulangi. Sementara itu, di Kecamatan Trumon, Kabupaten Aceh Selatan, Aceh, sedikitnya 30 hektar lahan terbakar.
”Kebakaran sangat sulit dipadamkan karena tiupan angin sangat kencang dan sumber air sulit ditemukan,” kata Edwar Sanger, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Riau.
Menurut Edwar, Rabu pagi pihaknya meminta bantuan Sinar Mas Forestry untuk mengirimkan helikopter pemadam. Helikopter jenis Super Puma yang berposko di Perawang, Siak, segera diterbangkan.
Nurul Huda dari Humas Sinar Mas Forestry mengatakan, sampai Rabu siang, heli Super Puma sudah menyiram dari udara dengan menggunakan keranjang air sebanyak 43 kali. Pemadaman masih dilanjutkan sore hari.
Catatan Kompas, Kecamatan Tebing Tinggi Timur, Meranti, adalah salah satu daerah percontohan restorasi gambut yang dilakukan Badan Restorasi Gambut sejak 2016.
Suaka margasatwa
Dari 30 hektar lahan di Aceh Selatan yang terbakar, sebanyak 10 hektar berada di Suaka Margasatwa Rawa Singkil, Desa Sinebok Jaya, Trumon. Kebakaran diduga dipicu pembukaan lahan oleh petani dengan cara membakar.
Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Aceh Sapto Aji Prabowo, Rabu, mengatakan, titik api muncul hari Senin. Saat itu api berada di lahan warga, kemudian merambah ke kawasan Rawa Singkil.
Lahan gambut Rawa Singkil pernah terbakar pada Juli 2017. Sedikitnya 20 hektar lahan gambut terbakar. Sumber api juga berasal dari lahan warga di sekitar.
Di Kalimantan Barat, sebagian petani di Nanga Tayap, Kabupaten Ketapang, mulai meninggalkan cara bertani tradisional dengan sistem bakar.
Kepala Desa Lembah Hijau II B Tri Gunawan di Nanga Tayap menuturkan, dua kelompok tani di desanya sudah menerapkan pertanian ekologi terpadu tanpa membakar lahan.
Vice President Agronomy Sinar Mas Agribusiness and Food Wilayah Kalimantan Barat Junaidi Piliang mengatakan, desa-desa di Nanga Tayap, yang sudah menerapkan pertanian ekologi terpadu, merupakan desa peserta Program Desa Makmur Peduli Api dari Sinar Mas Agribusiness and Food.