Dukung Target 17 Juta Wisman, Kapasitas Penerbangan Ditambah
Oleh
Maria Clara Wresti
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS -- Untuk mendukung target kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) sebanyak 17 juta kunjungan, AirNav Indonesia dan Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan meningkatkan fasilitas penerbangan di sejumlah bandara. Peningkatan itu dilakukan karena akses wisman terbesar adalah melalui udara.
"AirNav Indonesia menginvestasikan Rp 337 miliar dari total investasi AirNav Indonesia yang mencapai Rp 2,18 triliun, untuk mendukung pengembangan 10 destinasi pariwisata prioritas yang digagas Kementerian Pariwisata," kata Direktur Utama AirNav Indonesia Novie Riyanto di Jakarta, Kamis (15/2).
Investasi itu antara lain dilakukan untuk peningkatan pelayanan navigasi di Lombok untuk pengembangan pariwisata Mandalika. Peningkatan kapasitas landasan dan instrumen di Bandara Juanda untuk pariwisata Bromo. Membentuk unit baru, menggunakan aplikasi menajemen slot Chronos, dan meremajakan peralatan komunikasi penerbangan untuk pengembangan pariwisata Danau Toba.
"Di unit Siborong-borong sebagai akses utama menuju Danau Toba kami akan mengganti DVOR, membuat instrumen penerbangan, dan membangun gedung tower baru," kata Novie.
Selain itu pengembangan juga dilakukan di Cabang Madya Yogyakarta, di Cabang Pembantu Labuan Bajo, di Unit Wakatobi, di Unit Morotai, dan di Cabang Pembantu Tanjung Pandan.
Sementara itu untuk mendukung pengembangan pariwisata di Kepulauan Seribu dan Tanjung Lesung, menurut Novie, kapasitas landasan Bandara Soekarno-Hatta akan ditingkatkan oleh Cabang Utama JATSC hingga menjadi 86 pergerakan per jam serta membangun New ATS System. "Sedangkan untuk Cabang Pratama Bandara Halim Perdana Kusuma Jakarta akan melakukan pengadaan dan meremajakan peralatan navigasi," ujar Novie.
Direktur Jenderal Perhubungan Udara Agus Santoso mengatakan jumlah penumpang pesawat udara nasional rata-rata tumbuh 11 persen per tahun.
"Untuk mendorong lebih besar lagi, kami banyak melakukan kerja sama luar negeri dengan membuka destinasi baru guna mendorong wisatawan asing untuk masuk ke Indonesia. Pada sisi lain Ditjen Perhubungan Udara juga memberi kemudahan akses masuk bagi pesawat asing yang merupakan pasar utama seperti China, Australia, India dan Eropa serta mendorong terbentuknya bandara internasional," kata Agus.
Yang lebih penting lagi, Ditjen Perhubungan Udara juga telah menyiapkan dan terus melakukan pembangunan, pengembangan maupun pengecekan berulang-ulang baik dari segi infrastruktur, armada transportasi, navigasi penerbangan hingga pengelolaan sumber daya manusia dan industri-industri yang bergerak dalam bidang penerbangan.
Sementara Menteri Pariwisata Arief Yahya mengapresiasi dukungan dalam upaya meningkatkan kunjungan wisatawan tahun ini mencapai 17 juta wisman. "Air connectivity menjadi kunci sukes dalam mendatangkan wisman, karena 80 persen wisman yang masuk ke Indonesia menggunakan moda transportasi udara, sedangkan sisanya melalui laut dan cross-border land," kata Arief.
Untuk meraih kunjungan 17 juta wisman di 2018, menurut Arief, perlu pertumbuhan Year on Year (YoY) minimal 22 persen. Pertumbuhan itu hanya bisa mengandalkan Bandara Ngurah Rai Denpasar (DPS) dan Bandara Soekarno Hatta Cengkareng (CGK), karena selain kedua bandara tersebut kontribusinya hanya 10 persen.
"Pintu masuk bandara DPS diharapkan bisa tumbuh di atas 22 persen, untuk ini perlu pengembangan kapasitas bandara DPS agar tersedia tambahan slot untuk penambahan frekuensi maupun rute baru," kata Arief Yahya.
Dia menambahkan, jumlah kursi penerbangan international baru yang harus dibangun di DPS tahun 2018 ini minimal 600.000 kursi atau setara dengan penambahan 5 pesawat berbadan lebar (wide body) ditambah 5 pesawat berbadan sedang (narrow body) setiap hari.
Sementara untuk mendukung target 17 juta wisman tahun ini, dibutuhkan sebanyak 25, 5 juta kursi international, sedangkan yang sudah tersedia sebanyak 23,9 juta kursi sehingga masih kekurangan 1,1 juta kursi.