PIM Muara Baru Jadi Model Pasar Ikan Higienis Indonesia
JAKARTA, KOMPAS — Indonesia, terutama DKI Jakarta, tak lama lagi akan segera memiliki pasar ikan modern di Muara Baru, Jakarta Utara.
Pasar Ikan Modern (PIM) Muara Baru itu akan menjadi acuan atau model pasar ikan higienis pertama di Indonesia. Pedagang akan menjual ikan segar yang berkualitas.
PIM Muara Baru mulai dibangun sejak 13 Desember 2017 dan ditargetkan rampung pada 27 Desember 2018.
Dibangun di lahan seluas 22.444 meter persegi, PIM Muara Baru akan berisi 900 lapak basah, 69 kios pasar kering, 18 kios pancing, dan 68 kios ikan segar.
Muara Baru dijadikan lokasi pertama pembangunan pasar ikan modern karena menjadi pusat industri perikanan terbesar di Indonesia.
Dalam sehari, terdapat 20 kapal yang memuat 60 ton ikan per kapal dan dibongkar di Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman, Muara Baru, Jakarta Utara.
Muara Baru dijadikan lokasi pertama pembangunan pasar ikan modern karena menjadi pusat industri perikanan terbesar di Indonesia.
Selain ikan laut, pelabuhan di Muara Baru itu juga mendapat pasokan ikan air tawar dan payau hasil budidaya petani nelayan dan pengusaha pertambakan ikan air tawar.
Direktur Utama Perum Perikanan Indonesia (Perindo) Risyanto Suanda mengatakan, pembangunan PIM Muara Baru bertujuan untuk menampung pengelolaan pasar ikan modern yang higienis, bersih, dan tertata sehingga pengunjung yang datang merasa nyaman.
”Konsep tata kelolanya mengacu pada Tsukiji Fish Market di Tokyo, Jepang; Sydney Fish Market di Australia; dan Garak-dong Fish Market di Seoul, Korea Selatan,” kata Risyanto saat ditemui di Jakarta, Rabu (14/2).
Risyanto menyebutkan, ketiga pasar modern tersebut memiliki konsep yang sama, yaitu ada lapak basah, kios pasar kering, dan kuliner.
Tata kelola tersebut berkaitan dengan sistem peraturan mulai dari bongkar muat ikan lalu dibersihkan, ditata, hingga sistem pendinginannya.
Menurut Risyanto, agar tata kelola tersebut dapat tercapai, harus ada pelatihan untuk sumber daya manusia.
Pasar modern harus memperhatikan faktor keamanan, kebersihan, penataan, hingga pengaturan pembuangan sampah.
”Pada pasar ikan tradisional hanya butuh penjagaan keamanan. Pasar modern harus memperhatikan faktor keamanan, kebersihan, penataan, hingga pengaturan pembuangan sampah,” ujar Risyanto.
Pedagang pasar ikan tradisional di Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman, Muara Baru, Jakarta Utara, sempat mencemaskan keberadaan PIM Muara Baru. Mereka takut tidak mendapat tempat dan kesulitan beradaptasi dengan sistem tata kelola di pasar ikan modern.
Risyanto menegaskan, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) bersama dengan Perindo telah membuat sosialisasi dan edukasi.
”Pedagang di pasar ikan tradisional akan menjadi prioritas untuk menempati PIM Muara Baru,” lanjut Risyanto.
Saat ini, ada 900 pedagang yang menyewa lapak di pasar ikan tradisional. Mereka akan menempati lapak basah di lantai bawah, sedangkan pedagang baru akan menempati pasar kering (dry market) yang berada di lantai atas dan wilayah kuliner.
Pedagang akan menempati tempat yang lebih besar dan bersih. Adapun lapak di pasar ikan tradisional berukuran 2 meter x 3 meter.
Pedagang di pasar ikan tradisional akan menjadi prioritas untuk menempati PIM Muara Baru.
Risyanto menambahkan, biaya sewa tidak akan jauh lebih mahal daripada sewa lapak di pasar ikan tradisional. Saat ini, biaya sewa lapak di pasar ikan tradisional per meter sebesar Rp 25.000 per bulan.
Untuk proses transaksi, Perindo sedang membicarakan dengan KKP akan menggunakan uang tunai atau nontunai. Risyanto mempertimbangkan masalah keamanan di pasar ikan modern karena di pasar ikan tradisional terdapat perputaran uang hingga Rp 10 miliar dalam semalam.
Untuk menjaga kualitas ikan di pasar ikan modern, Perindo juga akan membangun unit pengelola ikan dengan investasi sebesar Rp 21 miliar. Perindo telah menyiapkan lahan dan dana untuk pembangunan unit tersebut.
Saat ini masih dalam proses lelang proyek dan diharapkan mulai dibangun dua bulan ke depan.
Pembangunan tersebut diperkirakan butuh waktu sekitar enam bulan sehingga pada Januari 2019 PIM dan unit pengelola ikan dapat dioperasikan.
Pengunjung nyaman
Salah satu alasan pembuatan pasar ikan modern adalah untuk meningkatkan konsumsi ikan per kapita. Tahun 2018, pemerintah menargetkan naik dari 46,7 kilogram menjadi 53 kilogram. Salah satu caranya, dengan membuat pengunjung nyaman berkunjung ke pasar ikan.
Risyanto optimistis pasar ikan modern akan ramai karena lokasinya berdekatan dengan pasar ikan tradisional. Bahkan, pengunjung akan bertambah karena lebih nyaman.
Pasar ikan tradisional, Rabu (14/2) malam, terlihat becek dan berbau amis yang menyengat. Sejumlah tikus juga terlihat berkeliaran di sekitar pasar.
Pengunjung senang membeli ikan yang bersih dan segar.
Hendra (42), pedagang ikan di pasar ikan Muara Baru, mengatakan, tikus tersebut berdatangan karena pedagang terbiasa membuang sampah sembarangan. Ketika pasar dalam kondisi bersih, tikus tersebut tidak ada.
Ia mendukung apabila ada pasar ikan modern yang lebih bersih dan tertata. ”Pengunjung senang membeli ikan yang bersih dan segar,” kata Hendra.
Soleh (34), pedagang ikan di Pasar Kemayoran, mengatakan, pasar ikan Muara Baru sudah bersih, tetapi sering terjadi banjir rob akibat pasang air laut. Wempy (32), pedagang ikan di Pasar Blok M, mendukung adanya pasar ikan modern. Namun, ia berharap, pasar tersebut lebih tertata sehingga membuat pedagang serta pengunjung nyaman.
Risyanto mengatakan, banjir rob tersebut terjadi karena adanya penurunan tanah di Muara Baru. Untuk penanggulangannya, Perindo dan KKP akan memperbaiki titik terparah. Selain itu, mereka juga telah menyiapkan dua rumah pompa untuk mengatasi banjir rob. (DD08)