JAKARTA, KOMPAS — Meskipun banjir di kawasan Kelapa Gading, Jakarta, telah surut, kewaspadaan terhadap banjir susulan masih terlihat. Pemerintah masih menempatkan beberapa pompa air di kawasan Kali Sunter, Jakarta Utara, Jumat (16/2). Warga pinggir Kali Sunter juga masih menyediakan karung pasir sebagai penghalang genangan air jika permukaan sungai meluap.
Camat Kelapa Gading Jakarta Utara Manson Sinaga mengungkapkan, pompa air yang disediakan di beberapa lokasi adalah andalan untuk mengurangi air yang tergenang. Ia berujar, pemerintah masih mengandalkan pompa air karena secara topografis Kelapa Gading merupakan dataran rendah. Selain itu, beberapa aliran sungai yang mengalir di Kelapa Gading langsung bertemu dengan laut.
Sungai-sungai yang menjadi ujung aliran saluran pembuangan di Kelapa Gading adalah Kali Betik, Kali Sunter, dan berujung di laut melalui Tanjung Priok. Manson berujar, jika permukaan laut naik, permukaan air sungai juga ikut naik. Hal ini mengakibatkan aliran dari saluran pembuangan menjadi tidak bergerak sehingga meluap ke jalan.
Manson berharap hujan deras tidak turun dalam beberapa hari terakhir. Ia memprediksi akan datang banjir susulan jika terjadi hujan deras dengan intensitas yang sama seperti kemarin. ”Kami berdoa mudah-mudahan tidak hujan seperti kemarin supaya kami tarik napas dulu,” ujarnya.
Seperti diberitakan Kompas sebelumnya, banjir menggenangi Kelapa Gading, Jakarta Utara. Permukaan jalan Boulevard Raya atau sisi selatan Mall of Indonesia digenandi air sejak pukul 10.00. Puncak banjir terjadi pukul 12.00 di kawasan ini dengan ketinggian air 70 sentimeter. Untuk mengurangi banjir, Dinas Sumber Daya Air Bidang Aliran Timur mengerahkan tiga pompa air yang mampu menyedor air 200 liter per detik.
Satu pompa air dari pemadam kebakaran yang mampu menyedot air 100 liter per detik juga dikerahkan. Selain itu, 24 pompa air yang berada di seluruh Kelapa Gading juga diaktifkan. Air tidak sampai di pemukiman dan hanya di jalan raya. (Kompas, 15/2)
Dihubungi secara terpisah, pengamat tata kota Nirwono Joga mengemukakan, dalam Rencana Umum Tata Ruang (RUTR) DKI Jakarta 1985-2005, daerah Kelapa Gading merupakan daerah resapan air. ”Dalam RUTR, daerah Kelapa Gading berwarna biru yang berarti untuk daerah resapan air. Tidak heran sekarang daerah ini menjadi langganan banjir,” ujarnya.
Toto (40), warga yang tinggal di pinggir Kali Sunter, menyatakan, daerah pinggiran Kali Sunter memang sudah terbiasa dengan air sungai yang meluap. ”Genangan tidak sampai ke dalam rumah kami. Rumah-rumah di sini telah ditinggikan hingga 30 sentimeter untuk menghindari banjir,” ujarnya.
Untuk mengantisipasi banjir, warga di pinggir Kali Sunter menyediakan beberapa karung pasir di depan rumah dan sungai. Jika permukaan air mulai melewati permukaan jalan, mereka menyusunnya sehingga membentengi pintu rumah dan gang-gang yang berada di bawah permukaan sungai.
”Kalau hujan seperti kemarin, kami sudah memastikan bakal banjir. Jadi, kami mengantisipasinya dengan karung-karung pasir ini. Di Jalan Boulevard memang wajar banjir karena posisinya lebih rendah daripada (tempat) kami. Sekarang pun kalau hujan bakalan banjir lagi. Permukaan sungainya masih tinggi,” tuturnya sambil menunjuk permukaan Kali Sunter yang berada kurang dari 10 meter dari tempatnya berdiri. (DD12)