SLEMAN, KOMPAS — Lima hari setelah menjadi sasaran penyerangan oleh seorang lelaki bersenjatakan pedang, Gereja Santa Lidwina di Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, kembali dipakai untuk menggelar ibadat, Jumat (16/2) sore. Ibadat yang diikuti ratusan umat itu berlangsung dengan penjagaan petugas keamanan.
Berdasarkan pantauan Kompas, pada Jumat sekitar pukul 17.00, ratusan anggota jemaat mengikuti Ibadat Jalan Salib di Gereja Santa Lidwina yang berlokasi di Desa Trihanggo, Kecamatan Gamping, Sleman. Setelah itu, mulai sekitar pukul 18.00, para anggota jemaat mengikuti misa yang dipimpin sejumlah pastor.
Selama ibadat prapaskah itu berlangsung, tampak sejumlah aparat kepolisian dan TNI berjaga-jaga di depan gereja.
”Sore ini, kami sudah mulai lagi ibadat, diawali dengan Ibadat Jalan Salib, lalu dilanjutkan dengan misa,” kata Pastor Paroki Kumetiran Yohanes Dwi Harsanto, yang membawakani Gereja Santa Lidwina, Jumat sore.
Penyerangan terhadap Gereja Santa Lidwina terjadi pada Minggu (11/2) sekitar pukul 07.30 saat jemaat tengah mengikuti misa. Seorang pelaku yang kemudian diketahui bernama Suliono (23) tiba-tiba masuk dan menyerang sejumlah orang dengan pedang. Akibatnya, lima orang terluka, yakni seorang pastor yang sedang memimpin misa, seorang anggota polisi, dan tiga anggota jemaat gereja.
Setelah aksi penyerangan itu, peribadatan di Gereja Santa Lidwina sempat ditiadakan selama beberapa hari. Hal ini karena bangunan gereja mesti dibersihkan dan dibenahi karena ada sejumlah kerusakan.
Yohanes menuturkan, mulai Jumat, Gereja Santa Lidwina akan kembali dipakai untuk menggelar ibadat rutin. Hal itu sekaligus untuk menegaskan bahwa para pengurus dan umat Gereja Santa Lidwina telah pulih setelah peristiwa penyerangan lima hari lalu.
”Kami ingin menyatakan bahwa kami sudah pulih dan tidak gentar dengan serangan kekerasan dan intoleransi dri pihak mana pun,” ungkap Yohanes.
Yohanes juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan memberi dukungan pada Gereja Santa Lidwina.
Menurut Yohanes, sesudah aksi penyerangan pada Minggu lalu, pengurus Gereja Santa Lidwina telah memperketat keamanan di gereja tersebut. Hal itu dilakukan dengan memasang kamera pemantau (CCTV) di delapan titik. Selain itu, pengurus gereja juga berencana merekrut petugas keamanan yang bertanggung jawab menjaga gereja.
Sudah pulang
Terkait dengan tiga korban penyerangan yang dirawat di rumah sakit, Yohanes menuturkan, ketiganya sudah pulang ke rumah masing-masing. Tiga korban itu ialah Romo Karl Edmund Prier serta dua umat gereja, yakni Budijono dan Yohanes Triyanto.
”Tiga korban itu sudah keluar dari rumah sakit dan pulang ke rumah masing-masing,” ungkap Yohanes.
Sebelumnya, Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Sultan Hamengku Buwono X meminta masyarakat DIY mewaspadai upaya pihak-pihak tertentu yang ingin mengadu domba umat beragama. Sultan juga berharap para pemuka agama menjadi pelopor kerukunan demi terhindarnya konflik di antara umat beragama.
”Seruan saya, hentikan persekusi dan waspadai politik adu domba antarumat beragama,” kata Sultan HB X.
Sultan mengecam keras penyerangan di Gereja Santa Lidwina. Ia meminta penanganan kasus itu dipercayakan kepada polisi yang berwenang menyidik dan menegakkan hukum. ”Atas terjadinya kekerasan di Gereja Santa Lidwina yang mencederai kemanusiaan kita, saya mengecam keras, dan memercayakan kepada Polri agar segera mengungkap motif dan latar belakang tindakan pelakunya,” kata Sultan.
Pelaku penyerangan Gereja Santa Lidwina, Suliono, sejak Selasa lalu dibawa polisi ke Jakarta untuk diperiksa Detasemen Khusus 88 Antiteror Polri. Kepala Kepolisian Daerah (Polda) DIY Brigadir Jenderal (Pol) Ahmad Dofiri mengatakan, Suliono dibawa ke Jakarta untuk diperiksa lebih lanjut oleh Densus 88 Antiteror Polri. Dia menambahkan, penanganan lebih lanjut kasus penyerangan Gereja Santa Lidwina memang akan dilakukan oleh Densus 88. ”Penanganan dan pemeriksaan lebih mendalam akan dilakukan Densus 88,” ujarnya.