Mitos 40 Poin dan 10 Klub yang Berjuang Lolos Degradasi
Oleh
Anton Sanjoyo
·5 menit baca
Akhir pekan ini, kompetisi sepak bola paling populer sejagad, Liga Primer Inggris, memasuki masa jeda dan diisi dengan laga Piala FA. Bagi sejumlah klub yang sudah tersisih dari turnamen tertua di dunia tersebut, inilah momen yang sangat krusial untuk berbenah guna persiapan menyelesaikan 11 pekan tersisa dan berjuang sampai titik darah penghabisan lolos dari jurang degradasi.
Jika menengok klasemen sementara hingga pekan ke-27, musim 2017-2018 tampaknya menjadi persaingan terketat dalam pertempuran lolos dari zona maut. Setelah dua pertiga musim terlewati, bahkan klub yang berada di peringkat ke-11, masih belum aman dari ancaman turun ke divisi Championship.
Namun, benarkah 40 poin merupakan batas aman? Atau sekadar mitos?
Ini karena perbedaan yang sangat tipis, 4 poin, antara tim peringkat ke-11, Watford (30 poin), dan tim peringkat ke-18 (batas degradasi) yang dihuni Southampton (26 poin). Bahkan, antara Watford dan tim paling dasar, West Bromwich Albion, juga hanya berbeda 10 poin. Dengan kata lain, menimbang masih ada 33 poin yang diperebutkan, West Bromwich masih punya peluang lolos, sementara Watford juga belum aman dari jurang degradasi.
Yang menarik, sejumlah tim yang memasuki paruh pertama musim terseok-seok dan seolah tak akan selamat bangkit dengan penampilan menawan. Swansea yang sempat menghuni dasar jurang lepas dari zona maut berkat penampilan tanpa kalah dalam lima laga terakhir. Dalam tiga kemenangan terakhir, tim asal Wales ini mengejutkan dengan memukul dua tim elite, Liverpool dan Arsenal, serta pekan terakhir menumbangkan tim promosi yang paling atraktif, Burnley.
Tim promosi Huddersfield juga mulai bangkit setelah mengalami empat kekalahan beruntun dalam lima laga terakhir dengan menang besar 4-1 atas Bournemouth pada pekan ke-27. Tim asuhan David Wagner itu kini berada di posisi ke-17, hanya terpaut satu poin dari Southampton di batas degradasi.
Penghuni dasar klasemen, West Bromwich Albion (WBA), mendapati dirinya berada dalam bahaya setelah menelan tiga kekalahan beruntun dalam lima laga terakhir. Dua dari tiga kekalahan tim asuhan Alan Pardew tersebut memang terjadi saat melawan dua tim papan atas, Manchester City dan Chelsea.
Namun, itu jelas alarm bahaya bagi Pardew yang saat bergabung dengan WBA pada Desember lalu mengatakan, dia akan minum segelas anggur jika ”The Baggies” meraih 40 poin, batas yang biasanya dianggap aman untuk lepas dari zona maut.
Namun, benarkah 40 poin merupakan batas aman? Atau sekadar mitos?
Menurut BBC Sports yang bekerja sama dengan analis data Gracenote Sports, ternyata batas 40 poin tersebut hanyalah sebuah mitos. Data menunjukkan, sejak Liga Primer beranggotakan 20 klub pada 1995-1996, hanya empat kesempatan sebuah tim butuh 40 poin untuk tetap berada di top flight.
Contoh terkini adalah pada musim 2011 saat peringkat ke-18 Birmingham City terdegradasi dengan perolehan 39 poin, sementara saingannya di Midland, Wolverhampton Wanderers, bertahan dengan poin 40 di akhir musim.
Selain itu, BBC dan Gracenote juga menemukan fakta, sejak 1995-1996, poin terendah untuk menjamin tetap bertahan di Premiership adalah 31 pada 2010. Saat itu, Burnley terdegradasi di posisi ke-18 dengan perolehan 30 poin.
Sementara poin tertinggi untuk menjadi penyintas terjadi pada musim 2003, yakni 43, dengan West Ham yang berada di posisi ke-18 tersungkur dengan poin 42.
Adapun secara rata-rata sejak 1995-1996 atau 22 musim, poin untuk menjamin tetap berada di strata teratas adalah 36,6.
Jadi, dari mana mitos itu berasal? Kemungkinan besar dari Liga Primer pada era yang berbeda, dua dekade lalu. Coventry City, misalnya, bertahan dengan 41 poin di posisi akhir 17, sementara Sunderland terdegradasi dengan nilai 40 di posisi ke-18 pada musim 1996-1997. Sementara Bolton tersungkur dengan hanya beda selisih gol di posisi ke-18 dan Everton bertahan di posisi ke-17 dengan menyelesaikan musim 1997-1998 dengan 40 poin.
Gracenote juga mencatat, rata-rata periode lima tahunan, poin yang dibutuhkan untuk menjadi penyintas di Liga Primer telah turun dari 37 pada 1996-2000 menjadi 35 pada lima tahun terakhir.
Dengan sisa 11 laga sampai dengan akhir musim, Gracenote secara khusus mencatat ada 11 klub yang berjibaku untuk tetap berada di kasta tertinggi. Analis juga menghitung seberapa besar peluang tiap tim untuk turun divisi ke Divisi Championship. Peluang yang dihitung mulai dari Bournemouth di peringkat ke-10 hingga WBA di dasar klasemen (20), sementara sisa sembilan tim teratas kecil peluang untuk turun kasta, kurang dari 1 persen.
Musim ini, delapan klub telah mengganti pelatih di tengah jalan akibat penampilan buruk dan terutama kekhawatiran terpuruk di zona maut. Mereka adalah Watford, Crystal Palace, Everton, Leicester, Stoke, Swansea, WBA, dan West Ham. Sebagian besar penggantian pelatih memberikan dampak positif dan inilah yang menjadi salah satu faktor ketatnya persaingan di papan tengah bawah, terutama setelah periode festival pada akhir Desember.
Palace, misalnya, yang selalu kalah dan tidak pernah mencetak gol sampai dengan delapan laga awal, menampakkan kemajuan pesat setelah ditangani pelatih berpengalaman Roy Hodgson.
Meski sempat meroket ke papan tengah, pasukan Hodgson kemudian kehabisan bensin setelah Boxing Day dan hanya mencatat satu kemenangan dalam lima laga terakhir. Kalah dari Everton di pekan terakhir menempatkan Palace di peringkat ke-15 dengan 27 poin, hanya terpaut satu poin dengan The Saint yang berada di batas merah.
Menggunakan Euro Club Index, Gracenote melakukan simulasi pada klub-klub Liga Primer menggunakan data kompetisi berjalan untuk melihat seberapa besar risiko mereka terkena degradasi di akhir musim. Dengan formula yang sama, analis juga mengatakan, nilai 38 ”lebih mungkin daripada tidak” untuk bertahan di Premiership.
Ini memberikan kemungkinan baru bahwa 62 persen nilai 38 bisa bertahan, sementara di bawah itu punya peluang kurang dari 50 persen untuk bisa bertahan di Premiership.
”Pada posisi ini, lebih mungkin bahwa poin 40 cukup untuk bertahan, tetapi tim dengan nilai 34 akan terdegradasi,” ujar Simon Gleave, Kepala Analis Gracenote Sports, seperti dikutip BBC.