Persija Jakarta akhirnya mengakhiri paceklik gelar juara level nasional selama 17 tahun ini setelah terakhir mereka juara Liga Indonesia pada 2001. Persija mengakhiri paceklik itu dengan menjuarai Piala Presiden 2018 setelah mengalahkan Bali United 3-0 dalam laga final di Stadion Gelora Bung Karno, Sabtu (17/2) malam.
Gol Persija dilesatkan oleh penyerang asal Kroasia Marko Simic di menit ke-20 dan ke-45+2, serta Novri Setiawan di menit ke-63. Dua gol itu sekaligus menasbihkan Simic sebagai Pencetak Gol Terbanyak dengan 11 gol dan Pemain Terbaik Piala Presiden 2018.
Namun, di luar prestasi mentereng Persija, tak boleh dilupakan andil kelompok pendukungnya, The Jakmania. Kelompok pendukung setia klub berjuluk Macan Kemayoran itu sangat antusias menyaksikan laga final tersebut.
Mereka datang ke stadion sejak Jumat (16/2) pukul 16.00. Sebagian mereka sudah tidur di stadion sebelum laga final dimulai. Tiket pun ludes diborong mereka. Total penonton laga final mencapai 70.000 orang yang 90 persen adalah The Jakmania.
Kehadiran mereka memang sangat berpengaruh terhadap penampilan Persija. The Jakmania membuat stadion penuh berwarna oranye, warna sakral Persija. Mereka terus bernyanyi di dalam stadion maupun di luar stadion, sebab memang ada banyak The Jakmania yang tidak kebagian tiket dan terpaksa nonton dari layar besar di halaman stadion.
Bahkan, lantunan yel-yel dukungan untuk Persija dan goyangan serentak The Jakmania membuat stadion bergemuruh. Sesekali, stadion terasa bergetar seperti dihantam gempa. Cukup menakutkan tapi seru.
Teriakan semangat dari The Jakmania seperti pasokan energi ekstra untuk para pemain Persija sehingga tampil penuh semangat dan kompak. Alhasil, Persija mampu mempermalukan Bali United dengan tiga gol tanpa balas. Sebaliknya, para punggawa Bali United merasakan tekanan besar dari para The Jakmania. Mereka pun tak mampu mengembangkan permainan.
Pelatih Persija Stefano Cugurra ketika konferensi pers menyampaikan, dukungan The Jakmania memang menjadi semangat lebih bagi timnya. "Ini merupakan salah satu faktor menguntungkan yang membuat Persija bisa tampil percaya diri dan kompak. Sehingga, taktik permainan bisa diterapkan dengan baik," ujarnya.
Kapten Persija Ismed Sofyan menambahkan, The Jakmania memang pemain keduabelas bagi Persija. Kehadiran mereka bisa memompa semangat pemain walupun sudah letih. "Kami sangat terbantu oleh dukungan para The Jakmania," ucapnya.
Kapten Bali United Fadhil Sausu menuturkan, timnya pun mengakui bahwa kehadiran The Jakmania sangat mempengaruhi jalan pertandingan. Sorakan para The Jakmania membuat pemain Bali United tertekan sehingga tak mampu berkembang. "Di sisi lain, pemain Persija tampil penuh semangat. Kami pun tak bisa berbuat banyak," katanya.
Kehadiran pemain keduabelas ataupun suporter memang menjadi elemen penting yang tidak bisa dipisahkan dari olahraga, lebih-lebih sepak bola. Kehadiran mereka bisa membuat tim biasa-biasa saja menjadi luar biasa. Sementara tim luar biasa bisa menjadi semakin digdaya.
Namun, bila tak terkontol dengan baik, suporter juga bisa jadi boomerang bagi timnya. Suporter yang tak bijak justru bisa membuat pemain tim kesayangannya tertekan dan tampil tak sesuai ekspektasi. Suporter tak bijak juga bisa membuat kerugian materil, contoh yang merusak fasilitas dalam maupun luar stadion.
Atas dasar itu, semoga insan olahraga, terutama sepak bola bisa mengelola suporternya dengan baik. Bagi orang-orang yang tergabung dalam kelompok suporter, mereka diharap bisa berlaku lebih dewasa. Tujuannya, demi kebaikan klub kesayangnya maupun perkembangan dunia sepak bola nasional. Lebih-lebih kepada The Jakmania yang sejatinya sudah sangat hebat mendukung Persija tetapi ada coreng sedikit karena turut andil merusak fasilitas di GBK pada laga final lalu.