Manusia Digantikan Robot pada 2020, Apa Saja Profesi yang Bertahan?
Oleh
Benediktus Krisna Yogatama
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Sudah sejak 2016, Forum Ekonomi Dunia meramalkan, sepanjang 2015-2020 akan ada 5,1 juta-7,1 juta orang di dunia kehilangan pekerjaan karena digantikan robot. Penyebabnya adalah disrupsi besar-besaran hasil dari perkembangan teknologi yang semakin canggih.
Pendiri Forum Ekonomi Dunia (WEF) Klaus Schwab dalam bukunya yang berjudul The Fourth Industrial Revolution (2016) mengungkapkan, gejala pergantian tenaga manusia dengan robot ini adalah fenomena yang menandai mulai berlangsungnya revolusi industri keempat. Revolusi industri keempat adalah fenomena di mana peran digital dan otomasi robot terus menguat menumbangkan bisnis konvensional, bahkan menggantikan peran tenaga manusia.
Fase revolusi industri keempat ditandai dengan disrupsi digital di mana makin berkembangnya kecerdasan buatan, penggunaan robot, berkembangnya aplikasi ponsel dan teknologi, serta perkembangan bioteknologi.
Selain itu, revolusi industri keempat ini juga sering kali disebut internet of things (IOT), konsep di mana suatu obyek yang memiliki kemampuan mentransfer data melalui jaringan tanpa memerlukan interaksi manusia ke manusia atau manusia ke komputer.
Revolusi industri keempat merupakan kelanjutan dari tiga revolusi industri sebelumnya. Revolusi industri pertama ditandai dengan penemuan mesin uap, revolusi industri kedua ditandai dengan ditemukannya listrik, dan revolusi industri ketiga ditandai dengan mulai digunakannya pemanfaatan robot untuk menggantikan tenaga manusia.
Dalam bukunya tersebut, Klaus mengatakan akan ada sejumlah jenis pekerjaan yang segera hilang akibat berlangsungnya revolusi industri keempat ini.
Jenis pekerjaan yang akan segera hilang antara lain telemarketers (pemasaran jarak jauh), tax preparers (penyiapan dokumen pajak), umpires-referees-other sport officials (wasit-hakim garis-petugas olahraga lainnya), legal secretaries (sekretaris urusan peraturan), real estate brokers (perantara tanah-bangunan), farm labour contractors (kontraktor buruh tani), dan couriers-messengers (kurir). Hilangnya jenis pekerjaan tersebut disebabkan adanya otomatisasi berbasis teknologi informasi.
Tren penggunaan robot dengan kemampuan kecerdasan buatan (AI) diprediksi banyak digunakan oleh perusahaan dunia. Dalam sebuah diskusi pada acara Indonesia Developer Summit 2017 di Gedung Sasana Budaya Ganesa (Sabuga), Kota Bandung, November lalu, kekhawatiran soal hilangnya sejumlah pekerjaan manusia ini juga sempat disinggung.
Ken Ratri Iswari, Founder and CEO Geek Hunter, perusahaan pencari tenaga kerja IT, mengatakan, berdasarkan riset yang dia lakukan, 50 perusahaan top dunia, seperti Google, Facebook, Samsung, Microsoft, Lenovo, dan BMW, mulai menggencarkan pencarian tenaga-tenaga ahli IT yang memiliki kemampuan pemrograman AI. Perusahaan-perusahaan itu menganggarkan dana ratusan juta dollar AS untuk riset dan pengembangan tenaga AI.
”Artinya, ke depan, tren penggunaan robot otomasi yang ditanam kecerdasan buatan atau AI akan semakin banyak,” ujar Ken.
Sebaliknya, jenis pekerjaan yang akan langgeng antara lain mental health and substance abuse social workers (pekerja sosial yang menangani mereka yang terkena gangguan kejiwaan atau kekerasan), choreographers (koreografer), physicians-surgeons (dokter-dokter bedah), psychologists (psikolog), human resources managers (manajer sumber daya manusia), computer systems analysts (analis sistem komputer), anthropologists-archeologists(antropolog-arkeolog), marine engineers-naval architectures (ahli teknik perkapalan), sales managers (manajer penjualan), dan chief executives (direktur utama). Jenis pekerjaan ini tidak dapat digantikan fungsinya oleh komputer ataupun teknologi otomasi.
Keterampilan yang dibutuhkan
Meski mengeluarkan ramalan ”mengerikan” soal hilangnya beberapa pekerjaan, WEF juga mengeluarkan solusi pencegahnya. Maksudnya, WEF juga merilis 10 keterampilan yang dibutuhkan di 2020 agar manusia tidak tergantikan tenaga mesin.
Mengutip dari situs WEF, 10 keterampilan yang diperlukan untuk bertahan di revolusi industri keempat adalah complex problem solving, critical thingking, creativity, people management, coordinating with others, emotional intelligence, judgment and decision making, service orientation, negotiation, dan cognitive flexibility.
”10 keterampilan itu jelas menunjukkan pembeda antara manusia dan robot. Tidak cuma itu, penguasaan keterampilan tersebut bisa membuat seorang tenaga kerja lebih unggul daripada tenaga kerja lain,” demikian tertulis di situs WEF.
Pengamat pendidikan, yang juga Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi (1999-2007) Satryo Soemantri Brodjonegoro, punya pendapat lain. Dalam risetnya yang disajikan dalam Laporan ACDP-016 Balitbang Kemdikbud tahun 2015 menunjukkan, ada pergeseran kecakapan di negara maju (OECD) sejak tahun 1960, di mana kebutuhan akan kecakapan non-rutin analitis dan kecakapan non-rutin interaktif meningkat terus. Sebaliknya, kecakapan rutin kognitif, non-rutin manual, dan rutin manual menurun terus kebutuhannya (Kompas, 14/2).
Satryo mengatakan, jelas bahwa kecakapan era revolusi industri keempat atau era 4.0 adalah kemampuannya dalam menangani persoalan yang kompleks melalui kecakapan non-rutin dan kecakapan sosial.
Program pengembangan kapasitas sumber daya manusia di era 4.0 harus dilakukan melalui pendidikan yang memberikan kecakapan non-rutin dan kecakapan sosial, sedangkan untuk kapasitas lainnya, seperti keterampilan dan kecakapan rutin, diberikan melalui pelatihan. Dengan demikian, terdapat pembagian peran yang jelas antara pendidikan (non-rutin) dan pelatihan (rutin), serta ini dapat menjadi rujukan dalam merancang sistem pembangunan sumber daya manusia era 4.0.