Jakarta, Kompas - Kandungan nikotin dalam asap rokok tidak hanya berada pada tubuh perokok, tetapi juga bisa masuk ke dalam tubuh mereka yang tak merokok tapi terpapar asap rokok orang lain. Pada anak-anak yang terpapar asap rokok di rumah, kadar cotinine dalam urine-nya lima kali lebih besar daripada anak yang orangtuanya tidak merokok. Hal ini bisa berdampak buruk bagi kesehatan anak.
Hal itu dibuktikan oleh penelitian oleh dokter di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Persahabatan Jakarta yang telah dipublikasi pada Journal of Natural Science, Biology, and Medicine akhir Januari 2018 lalu. Penelitian tersebut dilakukan terhadap 128 anak sekolah dasar berusia 6-12 tahun di salah satu sekolah dasar di Jakarta Timur pada Maret-Juli 2014.
Mereka dibagi dua kelompok, yakni anak yang terpapar asap rokok di rumah dan tidak terpapar asap rokok. Peneliti berusaha membandingkan kadar cotinine dalam urine pada kedua kelompok anak. Cotinine adalah bentuk lain dari nikotin. Cotinine biasa dipakai sebagai penanda adanya paparan asap rokok.
Salah seorang peneliti dari RSUP Persahabatan, Agus Dwi Susanto, Senin (19/2), mengatakan, hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar cotinine dalam urine anak yang di rumahnya terpapar asap rokok sebesar 30,1 ng/ml sementara pada anak yang tidak terpapar asap rokok di rumah hanya 8,45 ng/ml. “Kalau dalam urine terdapat cotinine tentu pada tubuh juga ada. Ini ada ,” ujarnya.
Faktor yang memengaruhi kadar cotinine itu adalah jumlah rokok yang dihisap oleh perokok di dalam rumah. Dari total 64 anak yang terpapar asap rokok di rumah, 17 orang (26,2 persen) di antaranya memiliki dua atau lebih perokok di rumahnya. Mayoritas perokok di rumah tersebut merokok kurang dari 10 batang sehari. Tapi, ada juga yang merokok lebih dari 10 batang sehari.
Selain itu, dalam sehari, 38 anak (59,4 persen) terpapar asap rokok lebih kurang dari satu jam dan 26 anak (40,6 persen) terpapar lebih dari satu jam. Sebanyak 40 anak (62,5 persen) terpapar asap rokok selama lima tahun atau lebih, sedangkan 24 anak (37,5 persen) terpapar selama kurang dari lima tahun terakhir.
Penelitian tersebut tidak sampai mengeksplorasi apa dampak yang muncul dari timbunan cotinine dalam tubuh anak. Itu memerlukan penelitian kohort untuk mengetahui dampak buruk timbunan cotinine dalam tubuh anak. Secara teori, timbunan nikotin dalam tubuh dapat meningkatkan risiko penyakit jantung dan pembuluh darah.
Menurut Agus, penelitian itu dilatarbelakangi oleh kegelisahan atas sikap sebagian masyarakat, khususnya perokok, yang menganggap rokok tidak berbahaya bagi mereka yang tidak merokok. Setelah diteliti, ternyata bagi mereka yang tidak merokok, asap rokok orang lain sama berbahayanya. Zat-zat berbahaya dalam asap rokok bisa terdapat juga pada tubuh perokok pasif.
Penelitian kadar cotinine tersebut merupakan bagian dari serangkaian penelitian dampak rokok lain yang dilakukan dokter-dokter di RSUP Persahabatan. Selain pada anak, kandungan nikotin pada istri perokok juga diteliti dan saat ini masih dalam proses publikasi pada jurnal ilmiah.
Kawasan tanpa rokok
Dihubungi terpisah, Ketua Yayasan Lentera Anak, Lisda Sundari, berpendapat, hasil penelitian dari RS Persahabatan menunjukkan bahwa rumah memang menjadi salah satu tempat anak terpapar asap rokok. Selama ini, banyak orang tua merokok di dalam rumah yang tidak sadar bahwa paparan asap rokok berbahaya untuk anggota keluarganya juga.
“Melihat fakta bahwa rumah menjadi tempat anak-anak terpapar asap rokok, tujuh lokasi yang sudah ditetapkan peraturan sebagai kawasan tanpa rokok rasanya tidak cukup. Rumah perlu juga dimasukkan menjadi kawasan tanpa rokok. Jangan sampai kita sibuk kampanye KTR tapi di rumah justru anak terpapar asap rokok,” kata Lisda.
Karena paparan asap rokok pada anak intens terjadi di rumah ada sejumlah komunitas warga termasuk forum anak yang menginisiasi rumah bebas asap rokok. Contohnya, forum anak di Pandeglang Banten, misalnya, melakukan gerakan rumah bebas asap rokok di salah satu rukun tetangga. Gerakan rumah bebas asap rokok di sana dimulai dari satu dua rumah hingga kemudian gerakan itu dikomunikasikan dengan ketua RT agar berdampak lebih luas. Setiap rumah yang telah bebas asap rokok diberi tanda.
Gerakan warga dalam mewujudkan rumah tanpa rokok juga ada di Kampung Penas Tanggul, Kelurahan Cipinang Besar Selatan, Jatinegara, Jakarta Timur. Pegiat rumah bebas asap rokok di Kampung Penas Tanggul yang juga mantan ketua RT, Ernawati, mengatakan, sebelum mendeklarasikan diri sebagai kampung warna warni bebas asap rokok para perokok yang umumnya laki-laki terbiasa merokok di dalam rumah. Bahkan, merokok dalam setiap pertemuan warga seperti misalnya rapat RT atau RW sudah pemandangan yang lumrah. Pengurus RT yang tidak merokok menjadi perokok pasif.
Sebagai ibu rumah tangga, Ernawati juga melihat dari sisi ekonomi. Baginya, merokok membebani keuangan keluarga. “Kalau harga rokok Rp 15.000-Rp 20.000 sebungkus sementara suami kita merokok sampai tiga bungkus sehari, sudah habis berapa coba. Padahal, apa-apa mahal sekarang. Pengalaman ibu-ibu lain juga rata-rata sama,” tuturnya.
Editor:
Bagikan
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
Tlp.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.