YOGYAKARTA, KOMPAS — Panen buah kelengkeng tidak harus di dataran tinggi dengan lahan perdesaan yang luas. Selasa (20/2) di Kampung Sanggrahan, Kelurahan Giwangan, Kota Yogya, berlangsung panen raya kelengkeng.
Wakil Gubernur Daerah Istimewa Yoyakarta Paku Alam X bersama dengan Wakil Wali Kota Yogyakarta Heroe Poerwadi mengawali dengan memetik dua gerombol kelengkeng langsung dari tanamannya. Setelah itu, puluhan masyarakat menyerbu tanaman kelengkeng untuk panen bersama yang berada di depan Kantor Kelurahan Giwangan.
”Penanaman pohon kelengkeng di Sanggrahan ini dimulai tahun 2015 dengan bibit tanaman sebanyak 170 buah. Lalu pada 2017, pemerintah kota memberi 150 buah. Kini yang kami petik bersama ini sudah ada 60 pohon yang berbuah, ini panen perdana, ” kata Heroe.
Dalam beberapa tahun terakhir ini, berbagai cara dipakai untuk memberdayakan penduduk kampung Kota Yogyakarta. Ini merupakan salah satu upaya mengurangi ketimpangan ekonomi perkotaan di DIY.
Menurut data Badan Pusat Statistik, pada September 2017, rasio gini perkotaan di DIY tercatat 0,447 atau mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan rasio gini satu semester sebelumnya.
Pada waktu yang sama, angka rasio gini di perdesaan DIY sebesar 0,317 atau menunjukkan penurunan dibandingkan dengan Maret 2017 yang senilai 0,340. Dengan demikian, ketimpangan ekonomi penduduk DIY sangat dipengaruhi oleh ketimpangan di wilayah perkotaan.
”Selain kampung kebun buah seperti di Sanggarahan ini, pemkot juga mengembangkan kampung sayur. Paling tidak kini sudah ada 30 kampung yang penduduknya aktif mengisi lahan sempit di sekitar mereka dengan sayuran,” kata Heroe.
Heroe juga mengatakan, pemkot juga mendorong snack atau minuman rapat instansi yang dekat kampung agar membeli produk dari warga sekitar kampung supaya terjadi peningkatan kegiatan ekonomi rakyat kampung.
Kalau tidak ada pekarangan, mereka bisa saja menanam di pot-pot.
Waluyo, salah satu ketua RT di Sanggrahan, mengatakan, semua warga di kampung itu kini sudah mempunyai tanaman kelengkeng.
”Kalau tidak ada pekarangan, mereka bisa saja menanam di pot-pot,” katanya. Tanaman kelengkeng, kata Waluyo, merupakan tanaman yang gampang perawatannya, sampah daunnya tidak terlalu banyak.
”Buahnya juga manis dan bagi sebagian masyarakat kelengkeng itu termasuk buah yang berkelas,” katanya.
Wakil Gubernur DIY Paku Alam X mengatakan, panen raya kelengkeng ini merupakan bentuk keberhasilan masyarakat dalam melaksanakan budidaya kelengkeng di Yogyakarta, khususnya pada wilayah dataran rendah.
”Panen raya ini merupakan bukti nyata peningkatan pemberdayaan masyarakat di wilayah yang semula kurang produktif atau kurang diperhatikan menjadi sentra produksi hasil pertanian kelengkeng. Keberhasilan ini diharapkan akan dapat menjadi contoh sekaligus bisa memotivasi masyarakat di wilayah lain untuk berbuat yang sama,” kata Paku Alam.
Kampung Sanggrahan dulu sampai awal tahun 1990-an dikenal sebagai kampung lokalisasi di Yogyakarta. Sebenarnya kini sudah banyak yang berubah, terutama dengan adanya pembangunan Terminal Bus dan Pasar Induk Giwangan.
”Salah satu target penanaman kelengkeng di Sanggrahan juga untuk mengubah citra SG (Sanggrahan) yang masih selalu dikaitkan dengan lokalisasi, nantinya SG akan menjadi Sanggrahan Garden yang menghijau,” kata Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kota Yogyakarta Sugeng Darmanto.