JAKARTA, KOMPAS — Tim Reaksi Cepat Pangkalan Utama TNI Angkatan Laut III Jakarta meringkus 14 orang yang terlibat pencurian kabel bawah laut di Kepulauan Seribu. Aksi pelaku yang sudah berjalan berkali-kali ini menunjukkan tingginya risiko akses energi terputus bagi warga pulau atau fasilitas lepas pantai yang tersalur lewat kabel bawah laut.
Komandan Lantamal III Jakarta Laksamana Pertama TNI Muchammad Richad mengatakan, anggotanya mendapati barang bukti kabel tembaga seberat total 1.362 kilogram. Adapun para pelaku sudah beraksi sejak tahun 2003. “Kabel 1,362 ton itu baru dari sekali penangkapan, padahal mereka sudah melakukan berkali-kali,” tutur dia saat dihubungi pada Senin (19/2).
Pengungkapan pencurian kabel bawah laut berawal dari informasi intelijen pada Oktober 2017, bahwa di sekitar Pelabuhan Tradisional Karang Serang, Mauk, Tangerang, Banten, sering terlihat bongkar muat tembaga. Richad menambahkan, pada Januari 2018, PT CNOOC, Ltd (pemilik kontrak kerja sama eksplorasi minyak dan gas di area lepas pantai Laut Jawa) melaporkan bahwa kabel bawah lautnya di sekitar Pulau Pabelokan, Kepulauan Seribu, sering dicuri sehingga memicu gangguan operasional.
Informasi-informasi itu digunakan Tim Reaksi Cepat (Western Fleet Quick Response/WFQR) III untuk mencari pelaku pencurian. Pada Minggu (11/2), tim mendapat kabar bahwa dua perahu nelayan milik R alias Kombih akan mengambil tembaga hasil pengupasan kabel bawah laut yang diduga hasil mencuri di sekitar Kepulauan Seribu. Perahu diperkirakan masuk ke Pelabuhan Karang Serang dalam 3-4 hari.
“Dengan pertimbangan kondisi cuaca tidak memungkinkan untuk penghentian dan pemeriksaan di laut, maka penangkapan pelaku diputuskan di darat, saat menjual tembaga,” ujar Richad. Tim WFQR III lantas mendapat informasi kedua perahu akan masuk pelabuhan pada Kamis (15/2) pukul 20.00.
Setelah perahu bersandar, muatan tembaga dimasukkan ke satu mobil bak. Mobil dihentikan saat melintas di Jembatan Sungai Turi, Jalan Paku Haji Desa Kalibar, Kecamatan Paku Haji, Kota Tangerang. Pemilik barang serta barang bukti dibawa ke Pos TNI AL Tanjung Pasir untuk pemeriksaan awal. Barang bukti antara lain tembaga dalam 13 karung seberat 1.362 kilogram, mobil bak Suzuki Futura, serta sepeda motor Honda Vario.
Richad mengatakan, pihaknya saat ini masih mengamankan pelaku dan barang bukti untuk melengkapi berita acara sebelum diserahkan ke kepolisian, kemungkinan ke Kepolisian Resor Metropolitan Tangerang Kota. Penyerahan kemungkinan besar dalam pekan ini. Untuk informasi-informasi yang lebih mendalam, ia menyerahkan pada kepolisian untuk mengusutnya.
Richad curiga karena para pelaku mengatakan mereka mengambil kabel yang tidak aktif. Ia heran bagaimana mungkin mereka tahu mana kabel yang aktif dan tidak aktif serta titik perairan lokasi kabel bawah laut. Apalagi, jika kabel ternyata masih aktif untuk mengalirkan listrik, nyawa para pencuri terancam saat memotongnya. “Namun, itu ranah polisi. Kami pokoknya tahu mereka mengaku memotong kabel, dan alat pemotongnya ada, kami tangkap,” katanya.
Aktivitas pencurian kabel bawah laut yang sudah berkali-kali oleh komplotan ini menunjukkan, akses energi listrik warga Kepulauan Seribu bisa saja bermasalah nantinya. Sebab, menurut Bupati Kepulauan Seribu Irmansyah, dari 11 pulau yang berpenghuni, warga di sepuluh pulau mendapat energi listrik yang disalurkan lewat kabel bawah laut. Hanya warga di Pulau Sebira masih menggunakan pembangkit listrik tenaga diesel.
“Kabel bawah laut sudah digelar sejak sekitar tahun 2012. Selama ini belum ada keluhan,” tutur Irmansyah.
Dengan adanya pencurian kabel bawah laut, Irmansyah dalam rapat pimpinan tingkat Kabupaten Kepulauan Seribu Selasa (20/2) ini, akan meminta Suku Dinas Perindustrian dan Energi Kepulauan Seribu serta Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Kepulauan Seribu, bekerja sama dengan aparat keamanan, untuk meningkatkan patroli guna mencegah pencurian menimpa kabel bagi energi listrik warga pulau.
Irmansyah menambahkan, pemasangan kabel laut ke pulau-pulau resort didorong karena lebih hemat biaya dibanding jika menggunakan energi listrik dari PLTD. Dengan demikian, kabel bawah laut berkontribusi untuk menekan biaya operasional resort dan diharapkan meningkatkan kunjungan wisatawan karena tarif wisata makin murah.