Kurangi Polusi Udara Saat Asian Games, Pemerintah Berencana Liburkan Warga
Oleh
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Menjelang Asian Games 2018, kualitas udara Jakarta sebagai salah satu lokasi pesta olahraga terbesar di Asia ini mulai diperhatikan. Pengurangan volume kendaraan diperlukan untuk mengurangi polusi karena gas buang kendaraan bermotor adalah salah satu sumber utama polusi udara di Jakarta.
Kepala Bagian Hubungan Masyarakat Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Hary Tirto Djatmiko di Jakarta, Rabu (21/2), menyatakan, kondisi udara berubah-ubah sesuai dengan aktivitas manusia dan kondisi alam yang berdebu. Ia menjelaskan, gas buang kendaraan dan industri menjadi penyumbang utama dalam polusi udara di Jakarta.
Hal ini terlihat dari tingkat polusi yang ada menurun saat aktivitas warga berkurang. Hary menjelaskan, polusi udara berkurang hingga 30-70 persen saat libur Lebaran, ketika warga tidak banyak beraktivitas di Jakarta.
Gas buang kendaraan dan industri menjadi penyumbang utama polusi udara di Jakarta.
”Tahun Baru kemarin, saat warga banyak yang keluar kota, polusi udara di Jakarta berkurang hingga lebih dari 30 persen,” ujarnya.
Menurut Hary, Asian Games berlangsung pada puncak musim panas sehingga potensi hujan yang minim membuat debu dan polusi lebih lama bertebaran di udara. ”Meskipun minim, potensi hujan masih tetap ada. Hujan merupakan pembersih karena air hujan mampu menurunkan debu di udara,” ujarnya.
Jadi, kata Hary, untuk mengurangi potensi turunnya kualitas udara saat Asian Games, mengurangi sumber polusi bisa menjadi jalan keluar. Salah satunya dengan meminimalkan aktivitas masyarakat yang menggunakan kendaraan bermotor dan aktivitas industri. Masyarakat juga disarankan untuk menggunakan moda transportasi massal yang ramah lingkungan.
Asian Games berlangsung pada puncak musim panas sehingga potensi hujan yang minim membuat debu dan polusi lebih lama bertebaran di udara.
Ditemui terpisah, Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) DKI Jakarta Isnawa Adji menyatakan, aktivitas masyarakat dan pembangunan infrastruktur menyebabkan kemacetan di beberapa lokasi. Ia berujar, kendaraan yang statis meningkatkan polusi.
Iswandi memaparkan, pemerintah berencana mengurangi volume kendaraan untuk menurunkan tingkat polusi di Jakarta dengan cara meliburkan sekolah. Kebijakan ini menjadi pilihan seperti yang dilakukan di Beijing dan Shanghai saat Olimpiade 2008.
”Kami menunggu kebijakan. Jika diliburkan seperti Shanghai, kualitas udara bisa meningkat saat Asian Games nanti,” ujarnya.
Belajar dari Olimpiade 2008 Beijing, pemerintah setempat melarang kendaraan bermotor tua masuk ke Beijing sejak 3 bulan sebelum penyelenggaraan. Kendaraan pengumpan ramah lingkungan ke wilayah kota dari kantong parkir juga disediakan untuk masyarakat (Kompas, 21/2).
Kualitas udara
Iswandi menyatakan, berdasarkan pengukuran pencemaraan udara oleh Kedutaan Besar Amerika Serikat di beberapa negara, kualitas udara DKI Jakarta saat ini di posisi moderat di angka 93. Artinya, kondisi udara di Jakarta tidak membahayakan.
Kondisi ini sama dengan Seoul, Korea Selatan (87), dan Hongkong, China (87), dua kota dari negara maju di Asia. Bahkan, ujar Iswandi, posisi Jakarta lebih baik daripada New Delhi, India (182), sehingga berstatus unhealthy (tidak sehat). (DD12)