Peduli Sampah, Siswa SMAK Membuat 1.000 Bata Ekologis
Oleh
Angger Putranto
·3 menit baca
Pelajar dan guru SMAK Hikmah Mandala Banyuwangi hari ini disibukkan dengan pembuatan bata ekologis atau ecobricks. Hal ini dilakukan sebagai peringatan hari peduli sampah nasional yang jatuh pada 21 Februari.
Bata ekologis tersebut dibuat dari sampah-sampah plastik yang dimasukkan ke dalam botol plastik lalu dipadatkan. Botol berisi sampah tersebut cukup kuat menahan beban hingga puluhan, bahkan ratusan kilogram.
Kepala SMAK Hikmah Mandala Banyuwangi Romo Tributius Catur Wibowo Pr mengatakan, pembuatan bata ekologis dilakukan oleh seluruh murid, guru, dan karyawan SMAK Hikmah Mandala.
”Sejak seminggu yang lalu, kami sepakat membuat eco bricks. Hari ini masing-masing siswa dan guru membawa tiga ecobricks,” kata Catur.
Catur mengatakan, pihaknya menargetkan terkumpul lebih dari 1.000 bata ekologis. Nantinya bata ekologis tersebut akan disusun membentuk formasi tulisan Eco School yang menjadi tagline dan semangat SMAK Hikmah Mandala sebagai lembaga pendidikan yang peduli dengan lingkungan.
Pembuatan bata ekologis diawali dengan menyiapkan sampah bersih yang terdiri dari botol plastik, plastik halus dan lunak (kantong plastik), serta plastik kaku dan keras (plastik kemasan makanan dan minuman).
”Sampah harus bersih dari sisa makanan, minuman, dan sampah organik lainnya. Karena apabila dibiarkan, sampah organik akan terus melanjutkan proses penguraian sehingga terjadi pembusukan,” kata Catur.
Kertas juga tidak direkomendasikan digunakan sebagai bahan pembuatan bata ekologis. Pasalnya, kertas merupakan material yang mudah terurai.
Sampah-sampah tersebut lantas dipotong bisa teratur ataupun tidak teratur disesuaikan dengan hasil akhir bata yang diinginkan. Semakin kecil potongan akan memudahkan untuk mendapatkan berat yang tinggi karena sampah yang dipotong kecil akan mengisi botol lebih efektif dan merata.
”Untuk memadatkan sampah di dalam botol, diperlukan tongkat untuk mendesak sampah sampai ke dasar botol. Dengan demikian, didapatkan bata yang padat merata, keras di semua bagian, dan berat minimal yang diharapkan. Berat botol berukuran 600 mililiter harus memenuhi berat minimum 200 gram,” kata Catur.
Apabila telah terkumpul ribuan bata ekologis, diperlukan lem kaca berbahan silikon atau semen organik untuk merangkainya. Di SMAK Hikmah Mandala, bata ekologis akan digunakan untuk membuat dinding dengan formasi tulisan ”Eco School”.
Anton, salah satu siswa SMAK Hikmah Mandala, mengatakan cukup semangat membuat bata ekologis ini.
”Awalnya saya kumpulkan sampah plastik di rumah. Saya jadikan bata ekologis, bisa dapat lima botol, tetapi ternyata kurang padat. Setelah saya padatkan, hanya jadi dua botol. Sekarang justru saya kekurangan sampah plastik,” katanya.
Anton mengatakan, pembuatan bata ekologis cukup membantu mengurangi sampah plastik di sekitar rumahnya. Apabila biasanya sampah plastik hanya berakhir di tempat sampah, kini sampah plastik bisa dimanfaatkan untuk hal lain yang lebih berguna.