JAKARTA, KOMPAS — Sekitar dua bulan terakhir, kecelakaan pada proyek konstruksi terus terjadi. Selasa (20/2), salah satu kepala kolom pada proyek Tol Bekasi-Cawang-Kampung Melayu (Becakayu) di Jalan DI Panjaitan, Jakarta Timur, ambrol. Tujuh pekerja terluka, salah satunya dalam kondisi kritis.
Dari pengakuan salah satu korban yang dirawat di Rumah Sakit UKI, Cawang, Jakarta Timur, ia dan sebagian pekerja lainnya bekerja pukul 08.00-18.00, Senin. Selanjutnya, mereka beristirahat di mes pekerja hingga pukul 22.00, kemudian melanjutkan bekerja. Malam itu, mereka terlibat pengecoran kepala kolom yang sedang dalam tahap penyelesaian, tetapi kepala kolom ambrol pada Selasa pukul 03.00. Penyebab pasti ambrolnya kepala kolom itu masih diselidiki.
Secara nasional, berdasarkan data Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, dalam dua tahun terakhir, peristiwa di Tol Becakayu ini menjadi kecelakaan ke-14 terkait proyek konstruksi.
Di Jakarta, dalam dua bulan terakhir, setidaknya terdapat empat kali kecelakaan konstruksi layang. Sebelum kejadian di Tol Becakayu, 4 Februari lalu, alat berat peluncur gelagar (girder) jatuh dan menewaskan empat pekerja pada proyek rel dwiganda di Jatinegara, Jakarta Timur.
Kecelakaan serupa terjadi saat gelagar kotak Tol Depok-Antasari ambrol pada 2 Januari, tetapi tidak ada korban jiwa. Kemudian gelagar kereta ringan (LRT) di Kayu Putih, Jakarta Timur, ambrol pada 22 Januari yang menyebabkan lima pekerja terluka.
Kini, keputusan besar diambil, yakni menghentikan semua proyek konstruksi layang dan menyerahkan kepada tim konsultan independen untuk mengevaluasinya.
”Untuk pekerjaan yang dikerjakan di atas permukaan tanah, seperti pekerjaan-pekerjaan layang, jembatan, dihentikan sementara. Adapun untuk pekerjaan yang di permukaan tanah, seperti pengecoran, pengaspalan, atau bendungan, bisa jalan terus,” kata Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono setelah bertemu Menteri Badan Usaha Milik Negara Rini Soemarno dan Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi membahas kecelakaan konstruksi, kemarin, di Jakarta.
Basuki mengatakan, ambruknya cetakan beton pada proyek Tol Becakayu, juga kecelakaan konstruksi lainnya, bukanlah kecelakaan dari konstruksi berteknologi tinggi. Namun, pekerjaan konstruksi memerlukan kecermatan dan kedisiplinan yang tinggi.
Evaluasi yang akan dilakukan mencakup desain, metodologi kerja, prosedur standar operasi, sumber daya manusia, peralatan, hingga konsultan pengawasnya. Hasil evaluasi tersebut akan dilaporkan kepada Komite Keselamatan Konstruksi yang berada di bawah Kementerian PUPR.
Komite tersebut akan memberikan laporan atau rekomendasi kepada pemilik proyek, semisal Kementerian Perhubungan atau Kementerian BUMN. Masukan atau rekomendasi juga menyangkut sanksi yang mesti diberikan kepada pihak yang dianggap bertanggung jawab, seperti kepala proyek, pengawas, satuan kerja, dan direktur di instansi terkait. ”Ini adalah perintah presiden untuk penghentian sementara untuk evaluasi,” ujar Basuki.
Ketua Umum Asosiasi Kontraktor Indonesia yang juga Direktur Utama PT Adhi Karya (Persero) Tbk Budi Harto ditunjuk pemerintah memimpin tim konsultan independen yang akan mengevaluasi konstruksi layang pada berbagai proyek. Tim akan segera bekerja.
Komite Keselamatan Konstruksi Kementerian PUPR mengumpulkan dokumen dan data terkait kegagalan pada form work (bekisting, wadah pencetak beton) untuk membuat kepala kolom. Bekisting ambrol saat pekerja mencetak beton di atasnya.
”Investigasi ini tentunya membutuhkan waktu. Belum lagi kami harus melibatkan laboratorium untuk mendudukkan persoalan. Laboratorium mana yang akan bekerja sama, dan berapa lama laboratorium itu bisa bekerja, tentu akan berdampak pada lamanya investigasi,” kata ahli Komite Keselamatan Konstruksi, L Sri Handono.
Kepala Divisi III PT Waskita Karya (Persero) Tbk Dono Parwoto mengatakan, ambrolnya bekisting itu membuat tujuh orang yang sedang berada di atasnya terjatuh dan luka-luka. ”Semua korban kini dirawat di RS UKI Cawang,” kata Dono.
Dia mengatakan, dalam bekerja, PT Waskita Karya telah memperhatikan ketentuan keselamatan dan keamanan kerja.
Kaji waktu kerja
Direktur Operasi II PT Waskita Karya N Wirya Adyana mengatakan, pihaknya akan mengkaji apakah sistem waktu kerja per hari bagi para pekerja perlu dibagi menjadi tiga giliran atau tidak. Saat ini, giliran kerja bagi pekerja Tol Becakayu terbagi dua giliran per hari. ”Satu shift itu delapan jam, jika lembur tambah tiga-empat jam,” ujar Wirya.
Menurut salah satu pendiri Asosiasi Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja Konstruksi Indonesia, Anas Zaini Iksan, durasi kerja ideal pada pagi hingga sore adalah 8 jam dan lembur maksimal 2 jam. ”Jika lembur diperpanjang, butuh izin khusus, termasuk lewat pemeriksaan fisik,” kata Anas.
Adapun durasi giliran kerja malam idealnya 4-6 jam sesuai jam fisiologis tubuh.(JOG/NAD/HLN/IRE/ARN/YUN/HAR/HRS/DD12/DD17)