Arsitek Pun Tertarik dengan Tata Kelola Bangunan di Surabaya
Oleh
Agnes Swetta Pandia
·2 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Tata kelola Kota Surabaya tak hanya menaklukkan wisatawan, tetapi memikat praktisi pendidikan. Kalangan perencana kota yang bergabung dalam Ikatan Arsitektur Indonesia (IAI) juga tertarik untuk ikut membangun sekaligus mengobservasi bangunan yang tersebar di kota berpenduduk 3,5 juta jiwa ini.
Saat membuka Konvensi Arsitektur Indonesia di Surabaya, Kamis (22/2), yang dihadiri oleh arsitek Indonesia, Malaysia, Singapura dan Thailand, Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini mengungkapkan, bagaimana konsep yang dibangun oleh dirinya dalam hal tata kota di Kota Surabaya.
Kota ini tak hanya nyaman dan hijau dengan kehadiran lebih dari 372 taman, setelah menyulap kawasan eks lokalisasi Dolly, melakukan penertiban pedagang kaki lima, membangun lapangan futsal, pelebaran jalan, pembangunan waduk untuk mengurangi intensitas genangan air. Pembangunan taman dengan masing-masing memiliki tema dan dilengkapi tempat bermain dan olahraga, fungsi utama mempertemukan orang muda dan orang tua serta berbagai lapisan. ”Itu semua menggunakan ilmu arsitek,” kata Risma.
Kehadiran para arsitek dari dalam dan luar negeri bagi Surabaya akan memberikan efek yang luar biasa. Momentum ini bagi Surabaya justru sebagai wadah untuk belajar bagaimana menata kota yang lebih baik lagi ke depan.
Paling penting untuk mewujudkan kota yang nyaman sebagai tempat tinggal bagi setiap manusia. ”Nyaman dalam arti sesungguhnya, kota ini menjadi tempat tinggal yang aman, layak dan ramah sehingga manusia lebih manusiawi dan semua bisa diciptakan melalui keilmuan arsitek,” ujarnya.
Pada kesempatan itu, Risma juga mengaku mendesain Surabaya terutama terkait bangunan, dirinya tetap mempertahankan budaya bangunan yang masih melekat pada masyarakat. Meskipun kondisi dan fasilitas bangunan terus berubah dari waktu ke waktu.
”Kondisi sekarang memasuki zaman now, namun saya yakin perilaku manusia tidak menjadi jelek sekalipun kawasan tersebut padat penduduknya,” ungkapnya.
Ketua Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) Nasional Ahmad Djuhara menuturkan alasan memilih Kota Surabaya sebagai tempat untuk menyelenggarakan konvensi karena tata kelola kota yang ada di surabaya sangat komprehensif dan paling dimengerti banyak orang.
Bahkan Surabaya layak dijadikan contoh bagi kota-kota di seluruh Indonesia dan dunia dalam urusan tata kelola kota. Pembangunan Surabaya begitu pesat, tetapi orientasi bangunan lebih kepada manusianya sehingga tidak asal bangun.