logo Kompas.id
UtamaGaris Pantai Terpanjang Kedua ...
Iklan

Garis Pantai Terpanjang Kedua di Dunia, Mengapa Indonesia Masih Impor Garam?

Oleh
Benediktus Krisna Yogatama
· 6 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/hfnhMpbHujSp-LVdWLmUvF8BCBw=/1024x576/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2018%2F01%2F506690_getattachment21101195-4184-4958-9a4b-b5d096a82dcf498076.jpg
KOMPAS/ABDULLAH FIKRI ASHRI

Tambak garam di Desa Waruduwur, Kecamatan Mundu, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, terekam pada Rabu (24/1). Pemerintah memutuskan impor garam industri tahun ini sebesar 3,7 juta ton. Petani garam berharap impor tersebut tidak mengganggu panen raya garam Juli mendatang.

Memiliki garis pantai sepanjang 54.716 kilometer atau menjadi negara dengan garis pantai terpanjang kedua di dunia, tidak sepatutnya Indonesia masih mengimpor garam. Demikian pemikiran yang melekat di sebagian besar benak warga Indonesia. Ada apa dengan industri garam Indonesia?

Berdasarkan data Asosiasi Industri Pengguna Garam Indonesia (AIPGI), kebutuhan garam dalam negeri pada 2017 mencapai 4,23 juta ton. Rinciannya sebesar 3,48 juta ton untuk kebutuhan garam industri antara lain untuk industri petrokimia (1,6 juta ton), pulp dan kertas (450.000 ton), aneka pangan (450.000 ton), pakan ternak (200.000 ton), dan lain-lain. Sisanya sebesar 750.000 untuk kebutuhan garam konsumsi atau yang lebih akrab disebut garam dapur.

Editor:
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000