Indonesia Tempat Uji Coba Narkoba
JAKARTA, KOMPAS — Indonesia menjadi pasar potensial dan tempat uji coba narkoba dunia. Pengungkapan penyelundupan narkoba, khususnya jenis sabu hingga dalam skala ton, hanya salah satu indikator.
Tiga pekan terakhir, lebih dari 2 ton sabu dari China diungkap tim gabungan di perairan Kepulauan Riau. ”Jenis narkoba apa pun di Indonesia laku. Lebih celaka lagi Indonesia dijadikan laboratorium lapangan,” kata Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) Komisaris Jenderal Budi Waseso, Rabu (21/2).
- English Version: Indonesia a Place for Drug Market Testing
Para pengedar jejaring internasional membuat narkoba jenis baru, antara lain, untuk mengelabui petugas. Di sisi lain, ada kecenderungan masyarakat terus ingin mencoba narkoba.
Dengan kata lain, narkoba jenis baru dicoba di Indonesia sebelum dipasarkan ke negara lain. Beberapa jenis baru itu antara lain tembakau gorila dan cairan vape (rokok elektronik) yang mengandung ganja sintetis serta pil PCC (paracetamol, caffein, carisoprodol) yang marak di kalangan remaja dan dewasa dari berbagai kalangan. Pengiriman pil ekstasi dari Eropa berjumlah jutaan butir juga kembali marak.
Para penggunanya pun mulai dari pelajar hingga dosen, penganggur, hingga pemilik usaha, serta rakyat kebanyakan hingga para pesohor, baik artis, politisi, maupun pejabat publik.
Dari sisi jumlah, dibandingkan dengan 2017, sabu dari China naik tiga kali lipat. Tahun ini hampir tembus 3 ton.
”Jumlah ini baru pengungkapan kasus oleh kalangan direktorat reserse narkoba di lingkungan polda. Tidak termasuk pengungkapan kasus di lingkungan BNN, BNN provinsi, serta lingkungan polres dan polsek,” kata Direktur Tindak Pidana Narkoba Badan Reserse Kriminal Polri Brigadir Jenderal (Pol) Eko Daniyanto.
Menurut Budi, maraknya narkoba yang masuk, termasuk jenis baru ke Indonesia, di antaranya karena luasnya lautan dan keterbatasan petugas. Tingginya permintaan turut jadi pemicu.
Banyak yang lolos
Pengungkapan hampir 3 ton sabu tiga pekan terakhir ini patut disyukuri. Namun, diyakini ada lebih banyak sabu dan jenis lain yang lolos serta beredar luas.
Menurut Budi, cara kerja jaringan pengedar narkoba saat ini adalah mengirim kapal bermuatan sabu, seperti dua kapal sebulan terakhir di perairan Kepulauan Riau. Namun, kapal yang tertangkap hanya sebagian kecil.
Sabu yang digagalkan pengirimannya kurang dari 10 persen dari yang masuk. ”Kalau ada kapal tertangkap, kapal lain bergerak,” katanya.
Pada kasus terakhir, setelah kapal MV Sunrise Glory pengangkut 1,03 ton sabu tertangkap tim TNI Angkatan Laut awal Februari lalu, penegak hukum mendapat informasi ada kapal lain memuat sabu. Selasa (20/2) dini hari, tim satgas khusus Polri serta Bea dan Cukai menggiring kapal MV Min Lian Yu Yun 61870 berbendera China dan Singapura yang membawa 1,6 ton sabu.
Setidaknya ada dua kunci menggagalkan penyelundupan narkoba, yakni pelacakan dengan teknologi informasi, seperti alat direction finder, dan kerja sama antarinstansi. Perangkat canggih itu mendeteksi percakapan telepon, melacak keberadaan target di laut, darat, dan udara, bahkan memotret target.
”Tak mudah menyinergikan kerja antarinstansi. Dalam kasus sabu 1,6 ton, kami menyingkirkan ego sektoral,” ujar Eko. Tim terdiri dari Polri, Polda Metro Jaya, serta Bea dan Cukai.
Koordinasi pengungkapan kasus itu perlu waktu berbulan-bulan. Kasus terakhir, anggota tim menyamar untuk memetakan garis pantai di kawasan Tanjung Lesung, Banten, sesuai informasi awal pendaratan kapal. ”Mereka berenang memeriksa pantai,” kata Direktur Reserse Narkoba Polda Metro Jaya Komisaris Besar Suwondo Nainggolan.
Kerja sama
Penyelundupan sabu dalam jumlah besar dipastikan belum akan berakhir. Oleh karena itu, Polri melibatkan kementerian atau lembaga lain.
”Kami efektifkan patroli laut. Konsentrasi harus lebih cermat bahwa kini ada kemungkinan kapal ikan digunakan mengangkut sabu,” kata Kepala Staf TNI AL Laksamana Ade Supandi di Pusat Pelatihan Bektram TNI AL di Grati, Pasuruan, Jawa Timur.
Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti mengatakan, kapal instansinya telah bekerja sama dengan polisi, TNI AL, dan BNN terkait pencegahan masuknya narkoba lewat laut. ”Tim satgas selalu membantu proses penyidikan dan investigasinya,” katanya.
Terkait eksekusi mati pelaku kejahatan besar, seperti kasus narkoba, menurut Jaksa Agung HM Prasetyo, belum akan dilakukan lagi. Ia belum bisa membagikan alasannya dan hanya menegaskan bahwa itu harus dilaksanakan penuh kehati-hatian, selain ada pro dan kontra. (WIN/WAD/SAN/DIA/DIT)