Pemerintah Optimistis Proyek LRT Jabodebek Selesai pada 2019
JAKARTA, KOMPAS — Pembangunan jalur kereta ringan (LRT) Jakarta-Bogor-Depok-Bekasi telah lebih dari 30 persen. Pemerintah optimistis proyek ini rampung pada 2019.
Total jalur LRT Jakarta-Bogor-Depok-Bekasi (Jabodebek) yang dibangun PT Adhi Karya Tbk (Persero) tersebut sepanjang 44,43 kilometer dan sudah mencapai 32,836 persen.
”Saya optimistis selesai pada 2019,” ujar Direktur Jenderal Perkeretaapian Kementerian Perhubungan Zulfikri saat ditanya wartawan setelah konferensi pers di Jakarta, Kamis (22/2).
Secara rinci, Direktur Utama PT Adhi Karya Budi Harta memaparkan, per 16 Februari 2018, jalur kereta ringan ruas Cawang-Cibubur telah mencapai 56,421 persen, Cawang-Dukuh Atas 16,01 persen, dan Cawang-Bekasi Timur 27,368 persen. Stasiun yang tengah dibangun meliputi Ciracas, Taman Mini, Jati Cempaka, Cikunir 1, Bekasi Barat, dan Bekasi Timur.
Sementara pada pertengahan Desember 2017, total kemajuan proyek sebesar 26,1 persen. Kemajuan ruas Cawang-Cibubur sebesar 47,2 persen, Cawang-Dukuh Atas 12,7 persen, dan Cawang-Bekasi Timur 28,2 persen.
Tantangan yang dihadapi untuk mencapai target meliputi singkatnya waktu pengangkutan gelagar (girder) berbentuk U yang hanya diizinkan pada pukul 00.00-05.00. Pembebasan lahan-lahan privat juga dapat menimbulkan penguluran waktu kerja.
Budi menambahkan, jaringan utilitas seperti pipa air, gas, telekomunikasi, dan listrik yang bertabrakan dengan jalur pembangunan proyek merupakan tantangan.
Selain jaringan utilitas, flyover dan jembatan penyeberangan orang (JPO) yang sudah ada dan berada pada jalur pembangunan juga menuntut pihaknya dalam mendesain proyek.
Terkait dengan adanya penghentian sementara proyek-proyek konstruksi layang yang diminta Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Budi mengatakan, hal ini memang tantangan yang tengah dihadapi, tetapi bukan masalah yang berarti.
Budi berharap, proyek LRT Jabodebek ini selesai pada 2019.
Ditemui secara terpisah, Direktur Jenderal Bina Konstruksi Kementerian PUPR Syarif Burhanuddin menyatakan, proses evaluasi selama penghentian sementara ini tidak akan memakan waktu lebih dari dua minggu.
Target uji coba
Sementara itu, Kepala Divisi Kereta Rel Ringan Jabodebek PT Kereta Api Indonesia John Roberto menargetkan uji coba operasi kereta ringan ini pada Mei 2019.
Sejumlah 31 rangkaian kereta ringan akan dikirimkan dari PT Inka di Madiun secara bertahap. Pengiriman pertama dimulai Maret 2019 sampai Agustus 2019.
Satu rangkaian kereta ringan terdiri atas enam gerbong. Tiap rangkaian berkapasitas 800 orang.
Anggota Dewan Transportasi Kota Jakarta dari unsur lembaga swadaya masyarakat, Damantoro, berharap kereta ringan ruas ini dapat mengangkut 116.000 orang per hari. ”Kami harap, terjadi perubahan perilaku dari pengguna kendaraan pribadi menjadi pengguna angkutan umum,” ujarnya saat ditemui, Senin.
Budi menambahkan, sinyal dan listrik pada kereta listrik Jabodebek ini menggunakan sistem rel ketiga yang dipasang sejajar dengan rel kereta listrik.
”Sistem ini dapat mendeteksi posisi kereta dengan cepat dan tepat. Kami bekerja sama dengan Siemens dan LEN untuk hal ini,” ujarnya.
Ancaman kemacetan
Berdasarkan pantauan, mayoritas lintasan kereta ringan sudah terpasang di atas tiang-tiang penyangga yang berada di sepanjang sisi jalan tol dari Gerbang Tol Cibubur hingga Gerbang Tol Pasar Rebo. Pada ruas ini, jalur kereta ringan berada di sisi Tol Jakarta-Bogor-Ciawi (Jagorawi) yang mengarah ke Jakarta.
Setelah melintasi Gerbang Tol Dukuh, jalur kereta ringan berada di sisi Tol Jagorawi yang mengarah ke Bogor. Akan tetapi, belum ada jalur kereta ringan yang terpasang melintasi Tol Jagorawi.
Pembangunan yang bersilangan dengan Tol Jagorawi di kawasan tersebut berpotensi menimbulkan gangguan lalu lintas. ”Perlu ada manajemen lalu lintas di ruas ini ketika pembangunan berlangsung,” kata Guru Besar Rekayasa Struktur Institut Teknologi Bandung Iswandi Imran saat dihubungi, Senin.
Iswandi memaparkan, kemungkinan besar, pembangunan jalur kereta ringan yang bersilangan dengan jalan yang sudah ada menggunakan balanced cantilever, yang dikerjakan segmen per segmen. Tiang-tiang penyangga jalur kereta ringan dipasang satu per satu. Untuk mengurangi gangguan lalu lintas, balok jalur kereta ringan dipasang pada malam hari.
Metode ini sudah diterapkan di sejumlah konstruksi di Jakarta. ”Contohnya, Tol Becakayu (Bekasi-Cawang-Kampung Melayu) yang bersilangan dengan flyover Cawang-Tanjung Priok,” ujar Iswandi.
Gangguan lalu lintas yang dapat terjadi di Tol Jagorawi ini, menurut Damantoro, menuntut pengorbanan masyarakat.
”Masyarakat sudah mengorbankan waktu dan tenaganya melalui kemacetan yang terjadi akibat konstruksi. Karena itu, kualitas konstruksi harus bagus dan tahan lama,” ucapnya. (DD09)