Longsor Susulan Diantisipasi
BREBES, KOMPAS — Pemerintah Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, menetapkan status tanggap darurat selama dua pekan untuk penanganan bencana tanah longsor di Desa Pasir Panjang, Kecamatan Salem, yang terjadi Kamis pukul 08.00. Jatuhnya korban tambahan diantisipasi karena longsor susulan diprediksi masih bisa terjadi.
Hingga Kamis malam, tercatat 5 korban tewas dan 16 orang lainnya masih dicari di titik longsor yang terletak sekitar 37 kilometer dari pusat kota Brebes ke arah selatan. Evakuasi dihentikan pukul 16.30 karena hujan deras dan adanya ancaman longsor susulan.
- English Version: More Landslides Anticipated
”Saya sedang di sawah bersama suami menyiapkan bibit untuk ditanam. Tiba-tiba dari atas bukit terdengar suara bergemuruh dan tanah meluncur dengan cepat,” kata Watirah (50), salah seorang korban selamat yang dirawat di Puskesmas Bentar, Salem, bersama suaminya, Minarto (60).
Watirah sempat mencoba lari sekitar 10 meter untuk menghindari material longsoran bukit, tetapi dia berulang kali jatuh dan tertimbun tanah. ”Beruntung ada yang menarik tangan saya dan suami sehingga bisa selamat,” kata Watirah yang mengalami memar di bahu dan kakinya. Adapun Minarto mengalami luka gores di pipi hingga dagu serta memar di kaki.
Dadang (45), juga korban selamat, mengatakan, pagi itu cerah dan tidak ada pertanda apa pun. ”Saya kaget tiba-tiba tanah meluncur sangat cepat. Saya berlari sampai 100 meter, tetapi tetap tertimbun tanah sampai sedada,” katanya.
Sekretaris Desa Pasir Panjang Arie Sumiarsa menjelaskan, hujan berintensitas tinggi mengguyur Salem dalam sepekan terakhir. Tidak ada yang mengira Hutan Cipangrudan milik Perhutani di bukit yang biasa disebut Gunung Lio itu longsor. ”Tadi pagi tidak ada hujan dan cuaca cerah. Banyak warga beraktivitas seperti biasa di sawah,” kata Arie.
16 orang masih dicari
Dari data yang dihimpun perangkat desa, 5 korban tewas adalah Karsini (66), Casto (40), Wati (80), Radem (59), dan Kiswan alias Tewol (45). Sebanyak 16 warga lainnya hilang hingga semalam. Data ini berdasarkan laporan keluarga yang merasa kehilangan anggota keluarga. ”Selain petani, ada juga pengendara sepeda motor dan mobil yang tertimbun. Mereka biasa lewat jalur itu untuk berangkat ke pasar,” kata Arie.
Mereka yang masih dicari adalah Rasminah, Turkiah, Haryanto, Sarmah, Dastip, Daswa, Tarsinah, dan Sujono. Selain itu juga Kusanto, Rustam, Ajid, Casti, Marsu’i, Wartinah, Wahyu, dan Suwirso. Longsor juga menyebabkan korban luka 14 orang. Mayoritas terluka memar di kepala, badan, kaki; mengalami sesak napas; serta luka tergores. Sempat beredar informasi korban hilang 18 orang. Namun, setelah melalui beberapa klarifikasi, tercatat 16 orang.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Brebes Eko Andalas menyampaikan, lebar longsor 300-500 meter dan panjang luncuran mencapai 3 kilometer. ”Luas areal terdampak longsor 6-7 hektar. Longsor menimbun sawah sekitar 3 hektar. Longsor juga menimbun jalan provinsi yang menghubungkan Salem dengan Kecamatan Banjarharjo dan menimbun Jalan Desa Pasir Panjang,” ujar Eko.
Bupati Brebes Idza Priyanti mengatakan, pemerintah setempat menyediakan alokasi anggaran bencana Rp 5 miliar serta akan berkoordinasi dengan pemerintah pusat dan provinsi guna menentukan pembagian tugas penanganan bencana. Kini, penanganan bencana difokuskan pada pencarian korban hilang, perawatan korban luka, dan penanganan sekitar 600 pengungsi.
”Kami juga mengantisipasi longsor susulan yang diperkirakan masih sangat mungkin terjadi. Terlebih cuaca di lokasi masih hujan deras. Pergerakan tanah di beberapa titik juga masih terjadi,” katanya.
Untuk itu, dia meminta warga tidak melintasi jalur-jalur yang rawan. Warga di dekat lokasi rawan diminta mengungsi ke sejumlah lokasi yang tersedia.
Idza menyatakan, selain di Desa Pasir Panjang, longsor juga terjadi di sejumlah titik di sekitarnya. Kondisi itu menyulitkan distribusi bantuan dan mobilisasi tim penolong.
Dia mengungkapkan, Brebes bagian selatan memiliki topografi rawan karena konturnya berbukit. Wilayah rawan itu terdiri dari Kecamatan Salem, Sirampog, dan Bantarkawung.
Sementara itu, dari 14 korban luka, 9 orang di antaranya masih dirawat di Puskesmas Salem, 2 orang di RSUD Majenang, dan 1 orang di RSUD Banyumas. Kepala Bagian Umum RSUD Majenang, Cilacap, Dedi mengatakan, korban yang dirujuk ke RSUD Majenang mengalami luka akibat terkena reruntuhan batu di punggung dan betis.
Menurut Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho, upaya pencarian korban saat ini terus dilakukan hingga tujuh hari ke depan. ”Longsor terjadi ketika cuaca cerah, tetapi di Salem sudah beberapa hari ini intensitas hujan cukup deras,” katanya.
Jenuh air
Ahli longsor dari Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Faisal Fathani, mengatakan, longsor di Brebes ini kemungkinan karena akumulasi air hujan yang menyebabkan tanah jenuh. Jadi, meski saat longsor tidak hujan, tanah yang sudah jenuh air akibat hujan sebelumnya menjadi sangat rentan longsor.
”Umumnya longsor seperti ini terjadi pada akhir musim hujan, Februari sampai Maret mendatang,” katanya.
Menurut Faisal, gerakan tanah atau longsor secara sederhana dibagi menjadi dua. Pertama, runtuhnya lereng akibat hujan langsung, lereng curam, dan dominasi tanah berpasir. Volume longsor biasanya sedikit hingga sedang dengan kecepatan tinggi dan biasanya tanpa tanda-tanda awal sehingga sistem peringatan dini menjadi tidak efektif.
Kategori berikutnya, tanah longsor yang disebabkan naiknya muka air tanah sehingga tanah menjadi jenuh. Longsor jenis ini bisa terjadi di lereng lebih landai dan dominasi tanah lempung. Biasanya volume longsor lebih besar dengan kecepatan lambat hingga sedang. Sebelum longsor biasanya didahului tanda-tanda awal, seperti retakan tanah sehingga seharusnya bisa dipantau oleh sistem peringatan dini.
Berdasarkan pantauan, selain di kawasan Gunung Lio, Desa Pasir Panjang, terdapat dua titik longsor lain di Jalan Bandungsari-Salem yang merupakan jalan provinsi, antara lain di Desa
Sindangheula, Kecamatan Banjarharjo. Dari lebar jalan 6 meter, longsor menyebabkan jalan putus separuhnya sehingga yang bisa dilewati hanya 3 meter.
Desa Sindangheula merupakan desa paling selatan di Kecamatan Banjarharjo yang berbatasan langsung dengan Desa Pasir Panjang, Kecamatan Salem. Puncak Gunung Lio, yang merupakan tempat wisata, merupakan titik perbatasan di antara dua wilayah tersebut. Kemarin, sejak pukul 15.00 hingga malam, daerah tersebut masih diguyur hujan deras.(DKA/DIT/GRE/WER/AIK)